NovelToon NovelToon
Lovely Lawyer

Lovely Lawyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:74.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.

Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.

Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.

Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saksi Baru

TOK

TOK

TOK

Elina mengangkat kepalanya begitu mendengar suara ketukan. Fathir masuk lalu mendudukkan diri di sofa. Pria itu mengeluarkan USB dari saku celananya. Melihat itu Elina segera mengambil laptopnya lalu menyusul duduk di samping pria itu.

“Aku berhasil mendapat rekaman cctv pada malam pembunuhan Hadi.”

Fathir menyambungkan USB yang dibawanya ke laptop Elina. Pria itu memainkan rekaman cctv yang berhasil didapatkannya. Nampak seorang pria mengenakan jaket hitam berhodie. Pria itu berjalan membelakangi kamera cctv yang terdapat di salah satu toko kelontong.

“Ini satu-satunya cctv yang kudapat. Di tempat lain, pria itu tidak terekam sama sekali.”

“Itu artinya dia sudah mempelajari daerah rumah Hadi.”

“Ya, terlihat ketika dia menghindari sorotan kamera cctv. Satu-satunya kamera yang menangkapnya hanya memperlihatkan punggungnya saja.”

“Itu berarti dia memang sudah merencanakan pembunuhan pada Hadi. Dan hari dia memilih hari eksekusi, adalah hari di mana terjadi pertengkaran antara Hadi dan Santi dan terjadi penusukan. Dia memanfaatkan kesempatan itu dan melimpahkan kesalahan pada Santi.”

“Tapi bagaimana kita bisa menangkap pria itu?”

“Coba Abang lihat ini. Apa Abang bisa memperbesarnya?”

Elina menunjuk sebuah mobil yang terparkir di daerah tersebut. Mobil tersebut menghadap langsung pada pria yang diduga melakukan pembunuhan pada Hadi. Fathir mencoba memperbesar gambar agar bisa melihat nomor polisi mobil tersebut. Namun mereka masih belum bisa mendapatkan nomor polisi mobil tersebut. Elina segera mengambil ponselnya lalu menghubungi Aditya.

“Apa Abang bisa mencarikan sesuatu untukku?”

“Apa?”

“Aku akan mengirimkan video pada Abang. Laki-laki yang diduga pembunuh Hadi muncul keluar dari gang tapi aku tidak bisa melihat wajahnya. Di rekaman cctv terlihat ada mobil yang menangkap gambar laki-laki itu dari depan. Tapi gambarnya kurang jelas. Abang pasti bisa mempertajam gambarnya kan?”

“Kirimkan videonya. Aku akan menyelidikinya.”

“Kalau Abang sudah mendapatkan sesuatu, tolong kabari aku. Aku harus secepatnya menemukan bukti atau saksi agar bisa membebaskan Bu Santi dari tuduhan.”

“Oke.”

Panggilan segera berakhir. Elina mengajak Fathir untuk mengunjungi TKP sekali lagi. Siapa tahu mereka bisa mendapatkan bukti tambahan di sana.

Setengah jam kemudian Elina sampai di daerah di mana Santi tinggal. Baru saja wanita itu hendak memasuki gang, sebuah pesan masuk dari Aditya. Pria itu baru saja mengirimkan siapa pemilik mobil beserta alamatnya. Mobil terdaftar atas nama perusahaan. Elina pun memilih mendatangi kantor itu lebih dulu.

Cukup lama perjalanan yang harus Elina dan Fathir tempuh untuk sampai di kantor Mega Buana yang ada di daerah Sudirman. Keduanya segera memasuki lobi kantor dan menemui resepsionis.

“Selamat siang,” sapa sang resepsionis.

“Siang. Apa kami bisa bertemu dengan manajer GA di sini?” tanya Elina.

“Maaf dengan Ibu siapa? Apa sudah buat janji sebelumnya?”

“Belum. Saya Elina, dari D&G Law Firm. Ada hal penting yang harus saya tanyakan pada manajer GA di sini,” Elina memberikan kartu namanya.

Sang resepsionis segera menghubungi ruangan kerja manajer GA. Pegawai wanita itu kemudian meminta Elina menunggu di lobi. Bersama dengan Fathir, Elina menuju sofa yang ada di sana. Lima menit berselang, seorang pria berkacamata muncul dan mendekatinya.

“Saya Pandu, manajer GA di sini. Ada yang bisa saya bantu?” pria bernama Pandu itu mengulurkan tangannya.

“Elina,” Elina membalas uluran tangan Pandu.

“Saya ingin bertanya apakah mobil ini adalah satu mobil operasional kantor ini?”

Elina memberikan gambar mobil yang sudah diperjelas oleh tim digital forensik. Pandu menganggukkan kepalanya.

“Iya, benar. Apa ada masalah?”

“Apa di mobil tersebut ada kamera dashboard?”

“Ada.”

“Saat ini saya sedang membela seorang klien. Rekaman yang ada di mobil itu, saya butuhkan untuk kepentingan pekerjaan saya. Apa saya bisa melihatnya?”

“Ehm.. boleh. Tapi mobil itu sedang dibawa pergi oleh salah satu supir kami. Saya akan menghubunginya lebih dulu.”

Pandu bergegas kembali ke ruangannya. Dia perlu melihat siapa supir yang membawa mobil yang dimaksud Elina. Setelah mengetahui supir yang membawanya, pria itu segera menghubungi supir tersebut. Setelah mendapatkan kejelasan, Pandu kembali menemui Elina.

“Saat ini dia masih menunggu tamu di stasiun Bandung. Mungkin sekitar setengah jam lagi baru kembali ke kantor. Apa Ibu mau menunggu?”

“Iya, tidak masalah.”

“Kalau begitu silakan menunggu. Saya harus kembali bekerja. Saya sudah memberitahu pada supirnya untuk langsung menemui Ibu di sini.”

“Baik, terima kasih.”

Sebelum kembali ke ruangannya, lebih dulu Pandu menuju meja resepsionis. Dia meminta pegawai wanita itu menyediakan minuman untuk Elina dan Fathir. Setelah itu barulah dia kembali ke ruangannya.

Empat puluh menit kemudian, seorang pria mengenakan kemeja lengan pendek kotak-kotak datang mendekati Elina. Pria itu langsung mengenalkan diri.

“Santoso.”

“Elina. Pak Santoso, mungkin Pak Pandu sudah mengatakan tentang apa yang kami butuhkan.”

“Iya. Silakan ikut saya.”

Santoso segera memandu Elina dan Fathir menuju basement di mana mobil yang tadi kendarainya terparkir. Pria itu langsung memutar rekaman sesuai tanggal yang disebutkan oleh Elina. Dalam rekaman nampak jelas pria yang diduga sebagai pembunuh Hadi. Namun pria itu memakai masker untuk menutupi wajahnya.

“Apa kami bisa mendapatkan rekaman video ini?”

“Boleh, tadi Pak Pandu sudah mengatakannya pada saya.”

Santoso mengeluarkan kartu memory dari kamera lalu memberikannya pada Elina. Fathir dengan cepat menyalin rekaman tersebut menggunakan tab yang dibawa oleh Elina. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, keduanya segera berpamitan.

“Apa mungkin kita bisa menemukannya? Bahkan wajahnya tidak terlihat,” tanya Fathir setelah keduanya berada di dalam mobil.

“Kita harus menemukannya agar Bu Santi terbebas dari tuduhan.”

“Sekarang kita akan kemana?”

“Ke TKP.”

Fathir menambah kecepatan mobil yang dikendarainya. Jarak kantor Mega Buana ke TKP lumayan jauh. Ditambah kemacetan yang terjadi di beberapa ruas jalan, perjalanan mereka memakan waktu lebih lama. Setelah memarkirkan kendaraan di sisi jalan, Elina dan Fathir berjalan memasuki gang. Mereka terus berjalan sampai akhirnya tiba di TKP.

Keadaan TKP masih sama. Elina berkeliling mencoba mencari keterangan tentang pria yang baru saja didapatnya. Namun semua mengatakan tidak melihat pria itu, baik pada malam terbunuhnya Hadi atau sebelumnya.

“Apa sebelumnya Ibu-ibu pernah melihat orang yang mencurigakan berkeliaran di sekitar sini.”

“Mencurigakan seperti apa?”

“Seperti mengamati sesuatu.”

Kelima wanita yang ditemui Elina terdiam sebentar. Mereka mencoba mengingat hal yang ditanyakan pengacara wanita itu.

“Ah ya, saya ingat. Memang pernah beberapa kali ada yang datang. Dia menanyakan di mana rumah Hadi. Waktu itu saya sedang melayani pembeli, jadi tidak terlalu memperhatikan wajahnya. Kalau tidak salah dia memakai masker.”

“Apa seperti ini?” Elina kembali memperlihatkan gambar pria misterius tersebut.

“Saya tidak tahu pasti. Tapi mungkin saja.”

“Berapa kali dia pernah datang ke sini?”

“Mungkin sekitar dua atau tiga kali. Ketika dia datang, selalu di saat pembeli sedang ramai. Jadi saya tidak terlalu memperhatikan.”

“Terima kasih atas keterangannya, Bu.”

“Sama-sama.”

“Kalau Ibu diminta bersaksi di pengadilan, apa Ibu bersedia?”

“Apa ini ada hubungannya dengan kasus Santi?”

“Iya.”

“Kalau saya bersaksi, apa bisa mengurangi hukumannya?”

“Bisa jadi.”

“Kalau begitu saya bersedia.”

“Terima kasih, Bu. Nanti saya kabari lagi.”

Setelah berhasil mendapatkan beberapa informasi, Elina bermaksud untuk pergi. Namun pandangannya tertuju pada seorang wanita yang tengah menyuapi anaknya. Wanita itu tinggal tepat di samping rumah Santi. Namun sebelumnya Elina tidak pernah berjumpa dengan wanita itu.

“Apa Ibu yang di sana, tetangga Bu Santi juga?”

“Iya, namanya Desi. Dia baru pulang dari rumah orang tuanya.”

Elina segera mendekati wanita bernama Desi tersebut. Kegiatan wanita itu yang tengah menyuapi anaknya terhenti ketika Elina mendekat.

“Dengan Ibu Desi?”

“Iya. Maaf, dengan siapa?”

“Saya Elina. Saya sedang menyelidiki kasus Bu Santi.”

“Ah ya, Santi adalah perempuan yang baik. Saya harap dia bisa dibebaskan dari hukuman.”

“Apa Ibu ada di rumah saat peristiwa itu terjadi?”

“Iya, saya ada di rumah. Saya mendengar pertengkaran Santi dengan suaminya. Tapi saya tidak berani ikut campur. Saat itu saya belum tidur, sedang menunggu suami saya pulang kerja.”

“Apa Ibu mendengar atau melihat hal yang tidak biasa?”

“Malam itu, saya sedang membereskan dapur. Saya mengumpulkan sampah dan menaruhnya di pintu belakang rumah. Saat sedang menaruh sampah, saya melihat ada orang di dekat rumah Hadi. Sepertinya dia keluar lewat pintu belakang.”

“Apa Ibu bisa menunjukkan tempatnya?”

Desi mengajak Elina dan Fathir masuk ke dalam rumahnya. Wanita itu membawa keduanya ke dapur. Desi kemudian membukakan pintu dapur yang langsung menuju keluar rumah. Jarak pintu belakang rumah Desi dan Santi hanya berselang beberapa meter saja.

“Saya berdiri di sini, dan orang itu ada di sana,” Desi menunjuk jalan kecil di dekat pintu belakang rumah Santi.

“Apa Ibu bisa melihat wajahnya?”

“Tidak. Keadaan waktu itu gelap. Saya hanya melihat dari arah belakang saja.”

“Apa penampilannya seperti ini?”

Elina memperlihatkan rekaman video pria misterius pada Desi. Wanita itu terdiam sebentar untuk mencoba mengingat. Tak lama kemudian kepalanya mengangguk. Saat melihat tampilan pria itu dari depan, Desi tidak yakin. Tapi ketika melihat dari belakang, Desi mulai yakin. Karena cara berjalan pria itu yang khas.

“Kalau Ibu diminta bersaksi di pengadilan, apa Ibu bersedia?”

“Saya bersedia kalau itu bisa membantu Bu Santi.”

“Terima kasih atas bantuannya, Bu. Jika waktunya sudah tiba, saya akan menghubungi Ibu.”

Desi hanya menganggukkan kepalanya. Elina dan Fathir pun segera berpamitan. Wanita itu senang karena mendapatkan informasi berharga dari saksi yang ditemuinya. Dia semakin yakin bisa memenangkan persidangan.

***

Batas waktu seminggu yang diberikan Hakim untuk membuktikan eksepsinya hanya menyisakan dua hari lagi. Elina kembali lembur di kantor. Wanita itu tengah menyusun pembelaan untuk kliennya. Dia juga menyiapkan pertanyaan apa saja yang akan diajukan saat persidangan nanti. Perhatian Elina teralihkan ketika mendengar ponselnya berdering. Melihat sang pemanggil adalah Desi, wanita itu segera menjawab panggilan tersebut.

“Halo.”

“Ha.. halo.. dengan Bu Elina?”

“Iya.”

“Maaf Bu Elina, saya menarik keterangan saya. Saya tidak bersedia bersaksi di pengadilan.”

“Tapi kenapa, Bu?”

“Saya tidak bisa. Apa yang saya katakan hanyalah kebohongan. Saya tidak pernah melihat siapa pun keluar dari rumah Bu Santi malam itu.”

“Tapi Bu..”

Belum sempat Elina menyelesaikan kalimatnya, Desi sudah mengakhiri panggilan. Elina berusaha menghubungi Desi lagi, namun wanita itu tidak menjawab panggilannya.

***

Waduh gimana nih Desi Ratnasari🤭

1
Ila Lee
dulu nya mama kamu juga terima el tapi masih ada pendakwah dan papa MU samguh menjadi mama MU pendamping hidup nya walau tahu apa yg berlaku pada mami waktu itu terbaik papa zar❤️❤️❤️❤️
dwi ka
pemenang itu sllu bahagia di akhir cerita, ttp dukung elina sama bang Ge 🤣
fifia
favorit pokok ny
fifia
bau bau nya elina milih zahran
sum mia
Dengan banyaknya dukungan buat El , untuk mencoba bekerja sama dengan Gita semoga dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Gita . mungkin awalnya gita juga akan menolak dan julid tapi semoga kedepannya mereka bisa akur .
aku yakin Gita suka sama Gerald , tapi sayangnya Gerald suka sama Elina . dan pada akhirnya nanti Elina malah mendukung Gita dengan Gerald .
pikiranku terlalu jauh gak sih , tapi namanya juga nebak , bener sukur , kalau salah ya udah berarti gak sesuai dengan ide cerita kak othor . jadi nikmati aja ya El......

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
❤Rainy Wiratama Yuda❤️
Ya udah deh, aku dukung El sama Zahran aja, jadi kesel.juga sama Ge.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
aq tau maksudmu menggiring opini thor. tetep aq pendukungnya bang Ge🤣🤣🤣🤣.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
pointnya itu loh elina. kelak kau akan sadar kemana hatimu lebih lebih pantas berlabuh.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
ga rela oeeekkkkk 🤣🤣🤣🤣
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
zahran cmn bisa menghibur elina tp tidak bisa membimbing dan mengarahkan nya, apalg mslh pekerjaan
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
nah ini yang dibutuhkan seorang elina. yang balance. klo salah blg salah, klo benar blg benar. bkn yg hny bs kasih kata2 mutiara dan penyemangat.
Febri Nayu
kok aku lebih suka el sama Gerald yaa. embuh opoo lebih sreg kesana
Nabila hasir
mak author kayaknya ke zahran deh. padahal nabila pengen El ma bang Ge.
tapi nabila ikutin alurnya mak author deh
Jenong Nong
sebenarnya aku lebih sreg klo elina sm bang Ge... bang Ge tahu menempatkan diri memanjakan bisa memang bisa tegas jg bisa... ❤❤🙏🙏
anonim
baru pertama kali sidang Carya sudah mrepet aja nih...Elina tidak gentar menghadapimu pak Jaksa...tunggu Elina bisa mencari bukti-bukti Santi tidak bersalah
☠ᵏᵋᶜᶟ⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
tapi aku gak suka kalau Elina sama Zahran aku lebih suka sama bang GE😀
Popy Desiana
he he hee... menurut qu apa yg di Arahkan Gerald bener kalo untuk urusan pekerjaan Gerald cocok sama Elina sepemahaman dan tegas... tapi kalau urusan rumah tangga Gerald keras dan pemaksa sedang kan Elina orang nya manja dan gak mau di paksa jadi agak susah menyatukan 2 hati kemungkinan Elina akan sering menangis..
sedangkan sama Zahran , Zahran bisa mengimbangi Elina biar kata Zahran menuruti elina tapi dia bisa membujuk Elina dan mengarahkan insyaallah bahagia terus kalau sama Zahran..
ardiani rosanti
Iya hilalnya udah keliatan,
E..tapi kok aq lebih sreg EL sam bang Ge ya 🤭🤭🤭
Ya walaupun duda sih, kan skrg Duda semakin didepan 🤣🤣🤣
Tapi aq manut aja apa yg ditulis kak icha.,
Siapa tw dgn kasus ini akhrnya El sama Gita bisa jadi bestie ye kan....
Trys gita jadian sama zahran 🤣🤣🤣
Lila
bang ge sdng mempersiapkan diri dg apapun pilihan hati el/Smile/
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
tim Gerald pada Ter potek potek hatinya 💔💔🤣🤣🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!