Fania seorang gadis cantik yang berasal dari desa, ia seorang anak art yang bekerja di sebuah rumah mewah.
Rumah yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggalnya, menjadi misteri oleh penghuni desa, karena rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh pemilik rumah.
suatu ketika Fania mendengar suara aneh dari balik kamar, kamar yang terbilang aneh itu membuat Fania penasaran.
Saat melihat itu Fania merasa.... mau tau kelanjutan ceritanya, jangan lupa baca terus novel ini ya semoga kalian suka dengan karyaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. terlena
Fania sibuk menyiapkan sarapan, saat Edward datang dia melihat sebuah makanan manusia yang terdapat di atas meja makan.
"Apa yang kamu buat Fania." ucapnya melihat makanan manusia sangatlah aneh.
"Aku sedang membuat sarapan untuk kita berdua." jawab Fania, wanita itu kembali melanjutkan menyusun piring dan juga lauk pauk.
"Sepertinya makanan manusia lebih menggugah selera." batin Edward melihat dan mencium masakan yang dibuat oleh Fania.
"Mari makan Edward. Kita makan sama-sama jangan berdiri di sana." Fania mengajak Edward untuk makan bersama, Edward terdiam hanya memandangi masakan Fania.
Dia ingin sekali menikmati masakan yang ada di dunia manusia, tapi ia sadar bahwa dirinya seorang iblis mana mungkin mencicipi makanan manusia yang bukan golongannya.
Fania mengerutkan kening melihat Edward kebingungan melihat makanan yang ada di meja makan, "Kenapa kamu diam saja Edward. Mau aku bantu ambilkan makanan untuk kamu?"
Fania mengambil piring dan beberapa makanan, piring tersebut diberikan oleh Edward membuat Edward bingung harus memakannya atau tidak. Dia memandangi Fania lalu memandangi piring yang diberikan oleh Fania.
"Kenapa tidak makan, apa kamu tidak suka masakan yang aku buat. Mau aku buat yang lain selain ini." kata Fania melihat Edward bingung harus menjawabnya.
"Kamu makan duluan saja Fania. Saya masih kenyang." jawab Edward, sebelum Fania masak Resta sudah menyiapkan darah segar untuknya.
"Baiklah kalau gitu." Fania menyendok nasi dan memasuki sendok tersebut ke dalam mulut, Edward tersenyum melihat bagaimana cara Fania makan.
Menurutnya sangat lucu saat melihat Fania seperti orang yang tidak makan beberapa hari. Tangannya reflek menyentuh ujung bibir Fania, saat dia melihat ada sebuah nasi yang menempel.
Fania terdiam melihat ada seorang laki-laki menyentuh bibirnya, ini pertama baginya ada pria asing yang masuk ke dalam kehidupannya. Seperti ada yang aneh dalam benak Fania, Edward memang pria yang tampan tetapi ia juga tidak mungkin jatuh cinta kepada Edward.
Fania menggeleng dengan cepat, "Tidak Fania. Kamu dengan Edward hanya teman tidak lebih, dia pria yang baik dan dia lebih pantas mendapatkan apa yang dia inginkan."
Fania terus menatap Edward, wajahnya tenang walau ada ketegasan dalam ekspresi wajah Edward.
Saat asik makan Fania teringat kejadian di siang hari, bahwa dirinya bertemu dengan ibunya yang begitu mencurigakan. Dia begitu ragu untuk menanyakan hal ini kepada Edward.
"Edward." lelaki itu langsung memandangi Fania, membuat jantung Fania berdegup kencang.
"Kamu ingat waktu itu aku pernah cerita tentang seorang wanita tua yang terlihat awet muda."
"Hem."
"Wanita yang sempat aku ceritakan waktu itu adalah ibuku." mendengar itu Edward terdiam, Fania menjeda sedikit ucapannya mengingat apa saja yang dia lihat.
"Waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengan ibu. Ibu pergi ke suatu ruangan menurutku sangat aneh, walaupun ruangan itu menyeramkan aku sangat penasaran kenapa ibu berani ke tempat tersebut."
"Yang membuatku aneh ibu berdiri di depan patung besar, saat itu ibu berkata : tuanku. Aku tidak tahu maksud ibuku apa."
"Yang membuatku bingung ibu berbicara dengan seorang lelaki, lelaki itu memakai jubah hitam tanpa terlihat wajahnya sedikitpun. Kalau gak salah namanya Syabru."
Edward menoleh dengan cepat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fania, "Siapa nama lelaki itu, Fania?"
"Syabru." ulang Fania yang penasaran kenapa ekspresi wajah Edward berubah mendengar nama 'Syabru'.
"Apa kamu mengenalnya?" tak ada jawaban dari Edward lelaki itu hanya diam, seperti marah, kecewa dan dendam yang tersimpan dalam hati Edward.
Fania tidak tahu apa yang terdiri dalam diri Edward, seperti tersimpan dendam yang amat dahsyat untuk dibalas oleh Edward.
...•••...
"Ada apa tuan memanggil saya kemari." lelaki itu sedikit membungkuk seperti tanda hormat kepada majikannya.
"Resta. Apa kamu sudah menemukan jejak Syabru?" Edward bertanya dengan tatapan mata serius, lelaki itu terus memandangi Resta saat orang kepercayaannya berkata tidak.
"Selama berabad-abad saya belum menemukan keberadaan Syabru tuan. Saya sudah berusaha untuk mencarinya, sampai detik ini saya belum menemukan hasilnya."
Resta menatap Edward dengan serius saat lelaki itu berdiri sambil berdiri di depan jendela, "Saya mendapat informasi dari Fania tentang Syabru."
Resta terkejut mendengarnya, selama ini dia sudah mencarinya tapi hasilnya nihil. Iblis jahat itu sangat pandai bersembunyi, apalagi soal penyamaran orang lain saja tidak tahu keberadaannya apalagi yang golongan iblis seperti dirinya.
"Maksud tuan?"
Edward berdiri berjalan melangkah kearah kursi lelaki itu kembali berkata, "Fania cerita sama saya kalau dia tidak sengaja bertemu dengan Ratih. Dia mengikuti Ratih secara tidak langsung Ratih masuk ke dalam ruangan, ruangan itu sangat gelap dan hanya terdapat cahaya kecil saja Resta."
"Fania bilang juga kalau ibunya sibuk berbicara dengan seorang pria. Pria itu tidak nampak wajah hanya memakai jubah hitam." Edward kembali menatap Resta saat dia mendapatkan sebuah ide.
"Saya minta kamu cari tahu siapa lelaki yang sering ditemui oleh Ratih. Dan Fania bilang kalau ibunya sering berkunjung ke belakang kastil, di sana terdapat hutan lebat yang menyeramkan."
"Dan di dalam hutan itu ada sebuah bangunan tua yang tertutup dengan pagar besi penuh duri. Kamu bisa minta bantuan yang lain atau menghancurkan pagar besi itu, takutnya pagar itu sengaja dibuat supaya orang lain tak tahu tempat tersebut."
"Baik tuan saya akan melakukan tugas ini dengan baik." setelah itu Resta pergi untuk melakukan tugas yang diperintahkan oleh Edward.
Sedangkan Fania sudah kembali ke tempat tinggalnya, dia memandangi sebuah buku yang sangat tebal. Buku itu tersimpan rapi di ruangan baca yang sudah lama sekali tidak dibuka oleh ibunya.
Tidak sengaja Fania menemukan buku yang menurutnya sangat unik, buku itu hanya terdapat gambar-gambar saja ada sebuah tulisan juga di dalam buku ini. Fania tidak paham betul dengan tulisan ini, bagi Fania buku ini terlihat kuno dan bersejarah makanya ia hanya melihat lihat saja.
Fania menutup kembali buku tersebut, saat buku itu tertutup tidak sengaja Fania menemukan sebuah kertas saat Fania ingin menyimpan bukunya kembali. Fania mengambil kertas tersebut, dia membukanya.
Fania mengerutkan kening melihat ada sebuah foto keluarga, di dalam foto ada tiga orang. Sepasang suami istri ini memiliki satu anak perempuan, mungkin sekitar enam tahun.
Di foto ini juga mereka seperti keluarga bahagia sedang merayakan pesta ulang tahun putrinya.
"Kenapa ada foto di belakang buku. Foto siapa ini sebenarnya." batin Fania bertanya-tanya mengenai foto yang dia pegang.
Fania tidak sengaja membalikan foto, terdapat ada sebuah tulisan aneh dengan warna merah pekat. Warna sudah sangat aneh tapi baunya begitu menyengat, seperti darah yang sebagai menempel di foto ini.
Lagi lagi dia tidak tahu mengenai tulisan ini, Fania menyimpannya kembali. Dia tidak mau ingin tahu mengenai apapun, setiap ia ingin tahu pasti kepalanya selalu sakit tanpa henti.
Fania memutuskan menyimpan kembali buku dan foto tersebut ke dalam rak buku, Fania memilih keluar dari ruang baca. Kini Fania disibukkan untuk menyiapkan makan malam.
Fania terus memandangi jam dinding, sudah beberapa hari ini ibunya tidak pernah datang ke rumah lagi. Untuk makan bersama saja tidak, malah seperti tidak menganggapnya saat keluar dari ruangan aneh itu.
Resta kini terus mencari apa yang diminta oleh tuannya, dia berusaha memecahkan pagar besi yang banyak sekali duri beracun. Duri yang dikelilingi tempat ini begitu beracun, kalau sampai orang lain mengenai duri ini akan berakibat fatal.
"Kenapa kekuatan mengubah menjadi duri beracun ini begitu familiar. Apa pemilik kekuasaan ini adalah Syabru." batin Resta melihat banyak sekali duri beracun yang begitu tebal.
"Racun duri ini harus dinetralkan oleh pemiliknya. Hanya menggunakan kekuatan biasa saja tidak akan bisa, pasti ada satu cara untuk melakukan ini semua." ucap Resta, Resta kembali meninggalkan rumah tua yang begitu menyeramkan.
Dia memilih kembali ke kastil untuk memberitahu dan mendiskusikan sihir racun, kepergian Resta membuat sosok wanita itu datang buat menemukan tuannya. Dengan mudah pagar racun itu dihilangkan, walau pagar ini dikelilingi duri dan racun dia sama sekali tidak merasakan sakit.