Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH KALUNG
Setelah makan malam bersama Nyonya Conti tadi, Alex langsung ke kamarnya yang berada di lantai atas. Ia masuk ke ruang kerja dengan membawa sebotol bir, bermaksud mendinginkan kepalanya.
Hingga tengah malam tiba, ia terbangun karena mendengar suara tangisan seseorang. Sejenak, Alex memegang tengkuknya yang terasa kaku karena posisi tidurnya menelungkup di meja, ia sedikit memberi pijatan, mencoba menghilangkan rasa tidak nyaman.
Kaki panjang Alex melangkah menuju balkon, mencari sumber suara dan pandangannya jatuh ke area kolam renang di bawah. Di sana, ia melihat seorang perempuan dengan bahu yang terguncang lembut.
Rasa penasaran muncul, ia berpikir apakah perempuan itu adalah salah satu dari maid di rumah ini?
Alex keluar dari kamar, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya sambil menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Angin malam yang menusuk kulit tampaknya tak cukup untuk menghentikan rasa penasarannya, ia tetap melangkah menuju kolam renang, tempat seorang perempuan terlihat menangis sendirian.
Ketika jarak mereka semakin dekat, Alex terkejut menyadari bahwa perempuan itu adalah ibunya sendiri. Meskipun sang ibu tidak menoleh, Alex langsung mengenali postur tubuh tersebut.
Alex mempercepat langkahnya, kemudian duduk di samping ibunya, dan merengkuh tubuh rapuh itu dengan hangat. Nyonya Conti tidak menolak, membiarkan dirinya larut dalam pelukan putranya, membuat tangisannya perlahan mereda. "Sepertinya Mommy lupa kalau kamu menginap di sini, hiks" ujarnya masih sedikit terisak, sambil menghapus air mata dengan punggung tangannya, suaranya masih tercekat.
"Ada apa?" tanya Alex dengan suara datar, tapi raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran. "Apa pria tua itu menyakitimu?"serunya lagi.
Nyonya Conti menggeleng pelan, masih menunduk tanpa menjawab, tidak berani menatap putranya. Alex meraih tangan ibunya dan mendapati sebuah kalung tergenggam erat di dalamnya.
"Kalung apa ini, Mom?"tanya Alex sambil memegang kalung itu, sorot matanya penuh tanya. "Kenapa Mommy menangisinya?" Nyonya Conti terpaku sejenak, terkesan oleh ketepatan intuisi putranya. Beliau tersenyum tipis, "Kau itu jangan asal menyimpulkan, Lex," kilahnya.
"Bukannya asal menyimpulkan, Mom."Alex menoleh ibunya sekilas, lalu kembali menatap kalung yang kini telah beralih di tangannya, "Tapi itulah kenyataannya, Mommy menangis sambil menggenggam kalung ini. Pasti ada cerita dibaliknya, aku benar bukan?" Nada suaranya tetap santai, namun penuh rasa ingin tahu.
Karena Nyonya Conti masih belum mengeluarkan suara, Alex kembali bertanya. "Sepertinya kalung ini langka, ya, Mom?" sambil menyerahkan kalung itu kembali ke tangan ibunya.
Nyonya Conti mengangguk, "Ya, tentu saja." Jawabnya lembut, sudut bibirnya mengembang saat menatap kalung itu.
Alex menarik napas, lalu berkata dengan nada serius, "Sebenarnya, Daddy memintaku untuk mencari adikku, Mom." Mendengar itu, Nyonya Conti langsung menoleh, matanya terbelalak penuh keterkejutan. "Apakah Mommy tidak ingin menceritakan suatu hal padaku?" Alex menatap ibunya dengan tatapan dalam.
"Kapan Marco memintamu?"
"Sudah dua minggu yang lalu, Mom. Dan dia menyuruhku untuk menemuimu meminta penjelasan."
Nyonya Conti mendesah panjang, berusaha menenangkan dirinya yang masih syok. "Maafkan Mommy...... Mommy belum bisa cerita sekarang, Lex. Dan sebaiknya sekarang kita tidur."
Alex mengerti, ibunya adalah seseorang yang tidak mudah berbagi dengan orang lain, ia selalu memendam masalahnya sendiri karena tidak mau orang lain ikut terbebani.
"Baiklah, mari Alex antar Mommy ke kamar, udara malam tidak bagus untuk kesehatan." Ujarnya sambil merangkul lengan ibunya.
***
Setelah mengantar ibunya, Alex kembali ke kamar dan mengirimkan pesan kepada Fedrick.
"Bagaimana, apa kau sudah mendapatkan petunjuk?" (Terkirim)
Tidak sampai sepuluh menit, Alex sudah mendapat balasan dari Fedrick. Menjadi asisten Alex, ia memang harus siap sedia 24 jam jika di butuhkan.
"Sudah, Bos."
"Baiklah, besok jemput aku di mansion Marco pukul sembilan!"
"Laksanakan, Bos."
...💣💣💣💣💣...
Pagi harinya, Nyonya Conti menuju ke kamar Alex untuk memberitahunya suatu hal. Ketika masuk, beliau menggelengkan kepala melihat Alex masih tidur.
"Lex, bangun." Ujarnya lembut, sambil mengusap rambut putranya.
Alex terbangun dari tidur nyenyak nya, karena usapan tangan sang ibu. Alex termasuk orang yang memiliki kepekaan yang tinggi, sehingga ia bisa selalu waspada, bahkan saat sedang tertidur lelap.
"Enggghhh...." Alex menggeliat. "Ya, Mom. Ada apa?" tanyanya dengan suara parau.
"Mandilah dulu, Mommy akan menunggumu di ruang kerja." Titah Nyonya Conti, yang kemudian berlalu meninggalkan Alex.
Alex pun segera beranjak, dan masuk ke kamar mandi. Kali ini, dengan cepat ia menyelesaikan mandinya.
Di dalam di walk-in closet, ponsel Alex berdering. Ketika melihat siapa yang menelpon, dengan enggan ia meraihnya.
"Ya, kau dimana?" tanya Alex dengan suara malas.
"Bagaimana, apakah sudah bertemu Mommymu?" tanya seseorang dari seberang sana.
"Pulanglah, istrimu menangis semalaman. Kau ini suami macam apa, Dad!"
Tut !
Tiba-tiba panggilan terputus, membuat Alex berdecak.
***
Di Ruang Kerja Alex.
Alex duduk di kursi kerjanya, "Ada apa, Mom?" tanyanya sembari menatap ibunya.
Nyonya Conti menarik napas dalam sebelum berkata, "Maafkan Mommy, Lex. Memang benar, selama ini kamu memiliki seorang adik."Ucap Nyonya Conti membuat kedua alis Alex bertaut, walaupun terkejut, tapi ia selalu bisa menutupi nya dengan baik.
"Lalu kenapa adikku bisa hilang, Mom? Dan kenapa kalian baru mencarinya sekarang, kenapa harus menunggu aku yang mencarinya?"
Nyonya Conti seketika tertunduk, "Ada suatu hal yang masih berat untuk Mommy ceritakan nak. Maafkan Mommy." Air matanya kembali menetes.
Alex mendesah frustasi saat memandang ibunya, tapi ia juga tidak tega untuk lebih mendesaknya bercerita. "Baiklah, aku akan mencari tahunya sendiri, Mom."
"Sekali lagi maafkan, Mommy, Lex." Kemudian Nyonya Conti menyerahkan sebuah kalung dan selembar kertas padanya. "Bawa ini, pergilah ke kota yang bernama Surabaya. Mommy minta tolong temukan adikmu," ucapnya menatap Alex penuh harap.
"Satu lagi, lakukan dengan hati-hati, kakekmu mungkin akan terus mengawasimu." Kata Nyonya Conti sembari beranjak.
"Jadi benar, semua ini karena kakek?"tanya Alex penasaran.
Nyonya Conti menggeleng, "Belum pasti, bisa iya, bisa tidak, kita tidak bisa asal menuduh tanpa bukti kan?"
Setelah Nyonya Conti pergi, Alex meraih kalung dan membaca kertas yang di tinggalkan ibunya.
...----------------...
...Selamat malam reader's, jangan lupa tinggalkan Like, coment setelah membaca ya, Terimakasih 👋🏻...