Tentang sebuah ruang yang ku sebut bahagia.
Sebuah kisah tentang persahabatan di sebuah GC di mana canda dan tawa di tuangkan dalam tulisan menjadi sebuah karya dan bisa di nikmati banyak orang.
Yang tanpa bertatap ataupun berjabat tapi saling bersahabat.
This is The Random Zodiak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indri Diandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6: Guru ganteng.
Brak!!!
Seorang perempuan menggebrak meja lumayan keras. Sehingga suasana dalam kelas itu seketika hening karena ulahnya.
"Ngapain sih, lo datang-datang udah pijitin meja gitu!" Seru Alisya dengan nada suara yang baik satu oktaf.
"Ada berita heboh guys! Gue lihat ada bidadari surga yang turun ke bumi guys. Duh, ganteng bener. Muka nya itu, kinclong kayak lantai kamar mandi yang habis di kasih porselin. Nyamuk aja kayaknya kepleset kalau menginjakkan kaki di sana." Ujar Silvi yang biasa di sapa Vi.
" Oh, kirain ada apa. Ngga penting menurut gue. Lebih ganteng mas Putra Wijaya deh kayak nya, dingin-dingin empuk kayak permen yupi gitu." Ucap Alisya memuji Putra.
" Orang kek kulkas sepuluh pintu gitu ganteng dari mane nye, sih. Otak lo agak gesrek emang. Di sapa aja ngga noleh, di panggil namanya aja ngga nyaut. Menurut gue tampang nya sih pas aja lah, ngga ganteng. " Keluh Vi.
"Itu kan sama elu, kalau sama gue beda dong. Eh, bidadari kok ganteng?"
"Bidadara maksudnya, maaf ya, lidah gue kepleset,"
"Heleh, alesan aja sih lo," saut Lulu.
"Kalian ributin apa? Udah yuk, duduk sebentar lagi pelajaran di mulai." Ucap Mona, salah satu anggota geng mereka yang sedikit pendiam dari yang lain.
Mereka berempat pun duduk di tempat nya masing-masing. Lalu serempak mengeluarkan kaca kecil berbentuk bulat dari dalam tas. Ini bulat kaca ya, jangan bayangin tahu bulat. Kalau murid yang lain mengeluarkan buku nya dulu, mereka mengeluarkan kaca beserta seluruh anggota nya.
"Halo, anak-anak!" Sapa seorang guru pria yang baru masuk ke ruangan yang tak lain adalah Brandon.
"Halo, pak ganteng," jawab serempak semua murid.
Brandon pun memperkenalkan diri nya sebagai guru baru.
"Pak, sudah punya pacar belum?" tanya Lulu tiba-tiba.
Seluruh murid di kelas tersebut bersorak. Sebenarnya hal ini sudah biasa terjadi saat mereka bertemu dengan guru baru. Tapi kami ini beda, guru barunya lebih ganteng dan terlihat muda.
Brandon tersenyum mendengar pertanyaan dari Lulu. Lalu ia mengangkat tangan kanan nya yang terpasang cincin emas tanpa ia sudah menikah.
"Oh, sudah tunangan? Ngga apa-apa, sebelum jalur kuning melengkung apapun bisa terjadi." Ucap Lulu.
"Emang lo mau terjadi apa?" tanya Al.
"Ngga apa-apa juga sih," jawab Lulu yang masih memandang kagum pada Brandon.
"Ngga apa-apa, wajah lo ngarep dia masih lajang ya?"
"Kok lo, tahu sih Vi? Ya, pokoknya gue mulai sekarang menaruh harapan sama dia."
"Sudah, diam! Dengerin senpai ngomong! Lagian Lulu kan udah punya pacar masih aja genit," Mona yang sedari tadi diam, akhirnya menegur teman-teman mereka yang rusuh. Ya, walaupun ia juga bagian geng rusuh itu.
Di dalam satu hubungan persahabatan pasti memiliki beberapa karakter. Bahkan mereka bisa tetap bersama dalam ikatan persahabatan walaupun kadang mereka mereka berselisih paham.
"Cari cadangan aja sih." Jawab Lulu.
"Telepon Lou, ah, kali aja dia butuh informasi apa gitu," ancam Vi yang mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana.
"Stop! Jangan aduin dong. Dia nyebelin gitu, gue tetep suka. Bahaya kalau dia tahu gue genit."
"Sekarang ngaku suka, walaupun dia nyebelin. Makanya kayak gue dong setia sama mas Putra."
"Setiap tikungan ada ya? Hubungan kalian aja belum jelas lu udah kagum aja sama dia."
"Empat orang yang di sana, keluar!" perintah Brandon menunjuk gang gesrek.
"Kita, pak?" tanya Alisya yang menunjuk ketiga teman lainnya.
"Ngga,"
"Oh, kirain kita pak." Ucap Mona.
"Ya, kalian lah! Pakai nanya, keluar! Ngga dengerin penjelasan saya malah asyik ngobrol aja dari tadi. Ngga usah ikut kelas saya, kalau kalian merasa sudah pintar."
"Cepat, keluar!"
Alisya, Mona, Silvi dan Lulu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar ruangan. Ini adalah pertama kali nya mereka di hukum saat jam pelajaran. Karena guru yang lainnya tidak akan berani bertindak seperti ini karena melihat latar belakang keluarga mereka yang notabene adalah orang kaya.
"Eh, tampar gue dong? Ini mimpi kan? Itu gitu songong banget, dia ngga tahu nyokap bokap kita apa ya?" Ujar Lulu.
"Kayaknya ngga tahu deh, kan dia guru baru di sini. Tapi, bahasa Indonesia nya kok lancar ya?" ucap Mona yang juga merasa penasaran dengan sosok Brandon.
"Mau dia tahu atau ngga, ntar gue aduin sama bokap gue dia deh. Enak aja, gue di suruh keluar saat jam pelajaran. Yang ada gue malu tujuh turunan tujuh tanjakan." Saut Vi.
Plak....Pukulan mendarat di lengan Vi yang dilakukan Alisya. "Mau lo aduin gimana? Yang salah kita, dari tadi ngga nyimak pelajaran nya. Yang ada malah lo yang kena amuk."
"Duh, Al, kurang kenceng, sekalian lo pakai tiang listrik buat tabok gue,"
"Besok gue pakai tiang listrik, nyolong dulu di depan gang rumah gue."
Begitu lah hari mereka, selalu ada keributan dan kegaduhan tapi masih dalam batas yang wajar.
...----------------...
Seorang wanita muda dan cantik sedang menatap makanan yang ada di dalam piring putih yang sudah tersaji untuknya. Hampir satu tahun ia seperti hidup dalam neraka. Bahkan ia sendiri tak tahu sedang di mana dirinya. Menghabiskan hari di dalam rumah besar dan halaman yang cukup luas. Harinya di selimuti kesedihan. Tak tahu harus dengan cara apa dia membujuk orang yang sudah memenjarakan nya dalam rumah yang mewah dan megah ini.
"Nona, ayo makanlah!" pinta seorang asisten rumah tangga yang di tugaskan untuk menjaga dia.
"Aku ngga lapar," jawab nya yang mengalihkan pandangan nya ke arah wanita separuh baya tersebut.
"Kalau nona sakit lagi, saya yang akan di pecat. Nanti anak-anak saya makan apa, nona?" ucap bibi dengan mengiba.
Ayako sudah hafal betul dengan rayuan sang bibi yang selalu membawa anak-anak agar Ayako mau makan. Tapi, hari ini ia kekeh tidak mau menyentuh makanan tersebut. Bukan karena tidak lapar, tapi hatinya sudah lelah dan seperti nya tidak ada harapan untuk nya bisa pulang dan berkumpul bersama Brandon sang suami.
"Maaf kan aku, seperti nya kau harus mencari pekerjaan lain kalau di pecat. Aku sungguh lelah, bahkan kalau sekarang mati pun, aku rela," ucap Ayako dengan nada suara yang bergetar karena menahan tangis.
"Nona, saya mohon makan lah!"
"Bi, sekarang saya tanya, kalau bibi terpisah dari suami dan seluruh anggota keluarga bibi, bahkan bibi tak tahu ini di mana, apakah bibi akan bisa makan dengan lahap dan merasa kenyang? Apakah bibi akan senang walaupun semua fasilitas tersedia?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai guys yuk tebak di mana Ayako berada 😉
Tebak berhadiah motor berupa brosur 🤭
Jangan lupa like dan komen ya, terimakasih 🙏❤️
tenang aja, aku masih setia menunggu kok./Facepalm//Facepalm/
Perempuan yg tidak pernah marah, sekalinya dia marah konahan pun akan hancur🙂
tidak ada kata toxic di antara kalian
wish you all the best wat kalian