🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6. Satu ranjang
Arka membuka pintu, terlihat suasana rumah yang sudah sangat sepi dan beberapa lampu telah dimatikan. Pertanda sudah tidak ada lagi aktivitas dan mungkin seluruh penghuni rumah sudah tertidur lelap. Maklum saja, jam sudah menunjukkan hampir pukul 01.00 dini hari. Arka melangkahkah kakinya dengan masih dibuntuti oleh Nira di belakangnya.
Sedangkan Nira, sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri melihat isi rumah yang terlihat sangat mewah dengan perabot-perabotan mahal yang tertata rapi membuatnya berdecak kagum. Walaupun dia dikatakan dari kalangan orang berada, tapi ini sangat berkali-kali lipat lebih mewah dari apa yang dia miliki. Membuatnya bertanya-tanya, siapakah sosok Arka sebenarnya.
Bruugghhh...!
Nira menabrak sesuatu di depannya yang tak lain adalah Arka yang tiba-tiba berhenti mendadak.
"Apa kamu tidak bisa bilang dulu kalau mau berhenti?" tanya Nira dengan kesalnya sambil mengelus hidungnya yang agak nyeri. Dia lalu mengikuti arah mata Arka yang sedang menatap ke sebuah kamar.
"Apa kamu tidak punya mata, sampai tidak melihatku berhenti?" balas Arka lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya.
Di dalam kamar, Arka langsung melepas jas dan dasinya. Dilipatnya lengan kemeja sampai siku dan membuka dua kancing kemejanya. Karena terlalu lelah dengan aktivitas seharian ini, tanpa membersihkan tubuhnya dulu, Arka langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk dengan tangan terlentang lalu memejamkan kedua matanya.
Sedangkan Nira masih berdiri dengan tangan bersedekap di dada. Dia memandang tak percaya pada Arka yang seenak jidatnya sendiri. Tanpa mempersilahkan dia duduk atau istirahat, Arka langsung tidur dan tidak memeperdulikan dirinya sama sekali yang juga merasa sangat lelah dan ingin segera tidur.
Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, Nira masih berdiri mematung menatap Arka yang mungkin sudah enak-enaknya tidur atau bahkan sedang menari-nari di alam mimpi menertawakan dirinya yang bagaikan orang bodoh.
"Dasar! Laki-laki tak berperasaan! Dia malah enak-enakkan tidur." Nira tak habis-habisnya menggerutu. Kakinya saja sudah terasa sangat lemas. Ingin rasanya dia menjatuhkan tubuhnya di lantai karena lelah yang menderanya.
Arka yang mendengar suara orang menggerutu, lalu teringat dengan sosok wanita yang tak lain adalah orang yang kini berstatus sebagai istrinya. Karena terlalu lelah, dia sampai melupakannya. Dia lalu membuka sebelah matanya dan melihat Nira yang masih berdiri sambil menatapnya tajam.
"Kenapa aku mau-maunya menikahi wanita bodoh itu? Bukannya tidur, malah berdiri di sana. Kurang kerjaan." batinnya dalam hati.
"Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? Cepat tidur! Atau kamu mau tetap berdiri menjagaku sampai pagi?" tanya Arka dengan mata terpejam kembali.
Tanpa menjawab, Nira merasakan sangat lega karena sudah dipersilahkan oleh sang pemilik kamar untuk istirahat. Dia tahu diri dan balik badan menuju sofa yang sejak tadi sudah melambai-lambai dan menggodanya untuk segera merebahkan tubuhnya di sana. Walaupun dia tahu, tidur di sofa akan membuat seluruh tubuhnya sakit.
"Mau kemana?" tanya Arka yang membuat langkah Nira terhenti, padahal sedikit lagi sampai di sofa yang terlihat sangat empuk itu. Ingin sekali segera menghempaskan tubuhnya di sana.
"Ada apa lagi pria menyebalkan satu ini?"
Dengan malasnya, Nira balik badan menatap Arka. Ingin rasanya Nira menjitak kepala pria yang selalu seenaknya sendiri itu.
"Ya jelas mau tidurlah!" jawab Nira ketus sambil memutar kedua bola matanya.
Tanpa berkata, Arka menepuk kasur tepat di sampingnya. Sedangkan Nira yang tak paham hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Tidur di sini!" suara berat Arka memberikan perintah untuk Nira.
"What?" pekik Nira tak percaya dengan mata membulat sempurna. Dia menajamkan telinganya, mungkin saja dia salah dengar.
"Apa kamu tuli? Aku bilang tidur di sini!" Arka mengulang perintahnya kembali. "Jangan besar kepala dulu karena aku menyuruhmu tidur seranjang denganku! Aku bukan orang kejam, yang membiarkan seorang wanita tidur di sofa!" imbuh Arka dengan santainya.
"Kamu tenang saja! Aku tidak akan berbuat macam-macam karena aku sama sekali tidak tertarik dengan tubuhmu itu! Jangankan tertarik, untuk menyentuh kulitmu saja itu tidak akan pernah terjadi. Bukan seleraku!" ujar Arka lalu membalikkan badannya membelakangi Nira.
"Pria kurang ajar! Aku juga tidak sudi kamu sentuh! Ingin sekali aku menendang pantatmu itu supaya kamu jatuh ke lantai." umpat Nira pelan dengan tawa sinis menghiasi wajahnya. Membayangkan kalau Arka benar-benar jatuh ke lantai, betapa bahagianya dia.
"Aku mendengarmu. Sebelum kamu menendangku, aku lebih dulu menendangmu keluar dari rumah ini!" balas Arka sengit.
Nira langsung menutup mulutnya dan menguncinya rapat-rapat. Kalau dia meladeni Arka tak akan ada habisnya. Bisa-bisa sampai pagi dia akan berdebat dengan pria menyebalkan itu. Lebih baik dia simpan tenaganya. Dengan ragu, dia melangkah menuju ranjang. Tanpa pikir panjang, dia lalu merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Arka. Dan dia percaya kalau Arka tidak akan macam-macam padanya. Tidak perlu menunggu lama, Nira langsung terlelap memasuki alam mimpi.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia