"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Negotiation
"Namamu, Daniel?"
"Yes, Uncle," Daniel tersenyum.
"Sejak kapan kau pandai melukis?" tanya Gavin mengalihkan pembicaraan.
"Sejak lama. Hanya, Mommy baru memberikanku alat melukis beberapa waktu lalu."
"Apa arti dari lukisanmu itu?" tanya Gavin yang begitu penasaran.
Daniel melihat ke atas langit-langit ruangan, "I want to fly, Uncle. Aku menggambar sayap-sayap indah, yang membentang luas mengitari Samudera. Sayap yang mampu mengantarku ke sebuah tempat, yang bernama awan. Sayap adalah tanda, jika aku mampu terbang, Uncle. Dengan sayap itu, aku tak perlu susah payah membeli tiket pesawat yang mahal untuk menemui Daddy-ku!" Ucap Daniel semangat.
"Menemui Daddy-mu? Dia telah tiada?" Gavin mengernyitkan dahinya.
"No, dia masih ada Uncle. Dia naik pesawat, jauh ... sangat jauh ... Aku, tak bisa berlari mengejarnya. Mommy bilang, Daddy lebih betah tinggal di awan daripada tinggal di rumah bersama Mommy dan aku. Karena itulah, aku menggambar sayap, agar aku bisa terbang menjemput Daddy pulang."
"Ah, sudah. Lupakan saja ceritamu itu. Aku mengerti," Gavin mengangguk-angguk.
Apakah Uncle menyukai lukisanku?" tanya Daniel menatap Gavin.
"Lukisanmu sebenarnya masih banyak yang harus diperbaiki. Hanya saja, para juri menyukainya. Jadi, aku tak ada pilihan lain selain menerimanya." Jawab Gavin tak mau kalah.
"Oh, baiklah kalau begitu Uncle. Aku tak apa-apa, aku tak usah menjadi pemenangnya saja, karena Mommy juga tak begitu mengizinkan aku untuk melukis. Apa boleh aku membawa lukisanku pulang? Aku ingin pulang saja, aku ingin membawa hasil lukisanku," jawab Daniel tak merasa sedih.
"Kenapa kau tak sedih?"
"Untuk apa aku bersedih? Mommy melarangku untuk menangis. Aku harus kuat, Uncle. Mommy bilang, anak laki-laki itu tak boleh cengeng. Jika aku gagal, aku bisa mencobanya lagi dan lagi." Daniel begitu semangat.
"Semangat sekali kau rupanya. Berbicara soal lukisanmu, kau tak bisa membawanya pulang!" Tegas Gavin.
"Why Uncle? Itu kan milikku!" Daniel seakan tak terima.
"Aku sudah memajang lukisan itu ditempat yang tak akan bisa kau lihat! Sebagai gantinya, aku akan membayar lukisanmu sesuai dengan perjanjian yang tertera di kompetisi." Jelas Gavin.
"Berapa kau akan membayarku?" tanya Daniel tanpa ragu.
"5000$, untuk lukisanmu!"
"30000$, Uncle!" Daniel bernegosiasi.
"What? 30000$? It's impossible! Tak mungkin, harga lukisanmu tak akan jatuh dari 10.000$ saja!" Gavin seakan meremehkan.
"Baiklah, kalau begitu kembalikan lukisanku, Uncle! Lebih baik aku membawanya pulang saja, dan memberikannya pada Mommy!" Daniel tak mau kalah.
Oh God! Ini kali pertama dalam sejarahku menjabat menjadi seorang CEO di Louvre gallery. Ada orang yang berani menolak tawaranku! And then, this is a child! Anak kecil yang berani-beraninya menolak tawaranku! Bukannya takut padaku, dia malah menantangku! Geram Gavin dalam hati.
"Kau tak takut padaku? Kenapa berani sekali kau bernegosiasi denganku? Look at me! Do you know, who I am? Tahukah kau, siapa aku, anak kecil?" tantang Gavin.
"CEO!" Jawab Daniel.
"Betul. Lalu, kenapa kau berani sekali?"
"Kata Mommy, aku tak boleh jadi anak yang penakut, Uncle. Aku harus berani, aku harus bisa menghadapi siapapun dengan keberanianku!" Balas Daniel sangat-sangat polos.
"Shut up! Kata Mommy, Mommy, Mommy, saja! Memangnya, siapa Mommy-mu? Apakah jabatannya lebih tinggi daripada aku, ha?" Gavin mulai tersulut emosi.
"No, Uncle. Uncle adalah orang kaya. Mommy bukan orang kaya, tapi Mommy adalah yang terbaik dalam hidupku. Mommy sangat baik, Mommy perhatian, Mommy sangat cantik, dan ia juga sangat pandai memasak. Masakannya sangat istimewa, lebih enak dari restoran-restoran mewah di manapun berada. Karena Mommy ... membuatnya dengan penuh cinta!" Daniel begitu memuji Ellea.
"Cih, tak akan ada yang bisa melawan masakan Chef yang ada di rumahku! Kenapa kau pintar sekali membual sih, anak kecil!" Gavin emosi lagi.
Ya Tuhan ... kenapa aku tersulut emosi pada anak ini? Kenapa aku harus berkelakuan seperti dirinya? Dia sangat menyebalkan! Kenapa bisa anak ini bertemu denganku!
"Uncle, aku hanya memberi tahumu, itu saja."
"Ah, terserah padamu! Intinya, 5000$, ambil atau tidak sama sekali!" Tegas Gavin.
"No, Uncle. 30000$, atau tidak sama sekali!" Daniel mengikuti ucapan Gavin.
"Berani sekali kau! Sekalipun kau memohon, jika tak sesuai dengan keinginanku, maka lukisan itu tetap tak akan aku berikan!" Gavin sudah tak peduli lagi ia sedang berbicara dengan siapa.
"Baiklah, kalau begitu. Akan kuserahkan saja pada polisi. Mereka yang akan mengurus Uncle, jika Uncle menahan lukisanku!"
"Anak kecil, apa yang kau tahu tentang polisi, ha? Kau tak tahu apa-apa. Bahkan, aku bisa melaporkanmu balik, atas dugaan pemerasan! Sekalipun kau menghubungi polisi, ratusan pengacaraku tak akan tinggal diam!" Gavin bak anak kecil.
"Baiklah, Uncle akan menang, karena Uncle orang kaya. Aku akan mengalah, pada orang seperti Uncle. Ambil saja lukisanku, jika aku bertemu Daddy-ku nanti, akan kubayar kembali lukisan itu!" Daniel berdiri, ia emosi, lalu beranjak pergi.
Gavin merasa bersalah. Ia tak seharusnya emosi pada anak kecil seperti Daniel. Harusnya, Gavin memahami sikap anak kecil yang masih labil dan sesuai keinginannya. Bukan tanpa alasan, Gavin terbawa emosi, karena ia seakan teringat pada dirinya di masa kecil. Menjadi anak yang nakal dan menyebalkan. Persis seperti Daniel, yang berani melawannya. Gavin juga dahulu seperti itu.
"Tunggu! Kau mau ke mana! Aku belum menyuruhmu keluar," Gavin turut berdiri.
"Untuk apalagi, Uncle? Silakan ambil saja lukisanku, aku tak membutuhkan uangmu. Aku masih punya kedua tanganku, untuk membuat lukisan yang berpuluh-puluh kali lebih indah dari lukisan itu!" Daniel tak mau kalah.
"Baiklah, baiklah. Duduklah dulu, aku akan negosiasikan kembali harga untuk lukisanmu. Come here, Boy!" Gavin mengalah.
Daniel tersenyum kecut, ia sengaja seperti itu karena ingin melihat Gavin merasa bersalah. Daniel ingin sekali membahagiakan Ibunya, ia ingin kehidupan Ibunya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Selama ini, Ellea dan dirinya hanya mampu makan daging sebulan dua kali, itupun jika hanya diberikan oleh Samuel. Daniel ingin, setiap hari makan enak dan Ibunya tak kesulitan memikirkan uang.
"Apa yang ingin Uncle katakan lagi?" tanya Daniel.
"Berapa yang kau inginkan?" Gavin bertanya balik.
"30000$, Uncle."
"Sudah kuputuskan, untuk memberimu 20000$, bagaimana?" Gavin lagi-lagi bernegosiasi.
"Apa Uncle miskin?" tanya Daniel tanpa aba-aba.
"What the hell are you talking about? Aku adalah Crazy Rich di Negara ini. Aku adalah orang terkaya nomor 1 yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan, dan tujuh tanjakan. And, what do you say? Aku miskin? Berani sekali kau meledekku? Apa kau ingin tahu, seluruh aset-aset dan kekayaanku? Kau pasti tercengang melihatnya!" Gavin tak bisa menahan emosinya ketika berbicara dengan Daniel.
"Kalau begitu, kenapa memberiku 30000$ saja, kau masih keberatan? Bukankah kau kaya raya, Uncle?"
Sial, anak ini pintar sekali berbicara! Aku benar-benar kalah telak darinya. Batin Gavin yang malu karena kalah bicara dengan Daniel.
*Bersambung*
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.