Istri Tak Dihargai

Sesampainya di kantor Gio langsung berkutat dengan berkas berkas penting yang

harus ia selesaikan hari ini.

Tak lupa ia juga mentransfer sejumlah uang untuk Agnes berbelanja.

Hari ini ia memang tidak terlalu sibuk karna hampir semua urusan kantor sudah ia selesaikan dari beberapa hari yang lalu.

Clekkk

Suara pintu yang menandakan seseorang masuk ke dalam ruangan Gio dan mengganggu dirinya bekerja.

"Hai bro" Sapa lelaki yang sudah masuk ke ruangannya.

"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?" Tanya Gio yang berdecak kesal.

"Sorry, aku hanya merindukan dirimu" Ucap lelaki yang tak lain sahabat dari Gio.

"Ck, merindukan? Itu terdengar menjijikan ditelingaku" Gio merasa geli mendengar kata kata yang dilontarkan Leon padanya.

"Ayolah... Apa kau tidak merindukanku? Sudah sebulan kita tidak bertemu. Bagaimana pernikahan mu?" Tanya Leon yang kini sudah duduk dikursi yang berhadap-hadapan dengan Gio.

"Tidak ada yang spesial, kau pasti tau aku tidak menginginkan pernikahan ini"

"Kenapa?" Tanya Leon lagi.

"Aku mencintai Agnes dan akan selalu seperti itu, tapi orang tua ku malah menjodohkan aku dengan wanita itu jika aku mau perusahaan ini menjadi milikku" Gio mulai menceritakan asal mula perjodohannya dengan Dara.

"Kau masih bersama Agnes? Wow... Kau gila bro! Apa orang tuamu tau?"

"Tidak" Jawab Gio singkat.

"Ck, apa sebegitu tidak menariknya istrimu? Ceritakan padaku" Leon seperti sangat penasaran dengan sosok wanita yang sudah menjadi istri dari sahabatnya ini.

"Dia hanya gadis yatim piatu dari panti kumuh yang aku sendiri tidak tau dimana tempatnya, disitulah orang tuaku bertemu dengannya.

Hufff... Sungguh mengenaskan hidupku kini" Keluh nya pada diri sendiri.

"Apa dia cantik? Bagaimana bentuknya?Apa lurus bak jalan tol seperti kekasihmu itu" Cibir leon.

Mendengar nama kekasihnya disamakan dengan jalan tol membuat Gio tak terima, baginya Agnes adalah wanita sempurna yang ada didunia ini.

"Jaga ucapanmu brengs*k! Kau hanya belum tau bagaimana dia sebenarnya " Ucap Gio yang begitu mengkoreksi.

"Cih, kau bahkan bisa menemukan wanita yang lebih sempurna di klub milikku" Leon memang pemilik klub malam ternama dikota ini bukan seperti sahabatnya yang seorang pengusaha kantoran.

"Jangan samakan wanitaku dengan jal*ng yang berkeliaran di klub mu itu. Mereka menjijikan" Kata kata yang begitu tajam Gio lontarkan pada Leon yang menyamakan Agnes dengan wanita malam diluaran sana.

"Wanitamu? Lalu kau anggap apa istrimu itu?" Merasa heran dengan yang diucapkan Gio.

"Dia hanyalah perusak hubunganku dengan Agnes, maka dari itu aku ingin menyewakan dia pada seseorang agar dia tidak menganggu hubunganku dan Agnes" Ucap Gio sukses membuat Leon menganga.

"Kau gila bro! Kau tega menyewakan istrimu pada orang lain, Wah... Apa kau tidak akan menyesal nantinya?"

"Untuk apa aku menyesal, justru aku senang jika wanita itu bisa pergi jauh dari hadapanku. Jika kau menemukan seseorang yang sedang mencari wanita sewaan katakan padaku" Leon hanya bisa menggeleng kan kepalanya tak percaya dengan keputusan sahabatnya ini.

"Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Bagaimana jika mereka tau kau menyewakan istrimu pada orang lain?"

"Itu urusan gampang, karna minggu ini orang tuaku akan pergi ke Jerman selama 6 bulan untuk urusan bisnis. Jika mereka ingin bertemu dengan menantunya maka aku tinggal menemuinya di rumah si penyewa" Ucap Gio dengan santai seperti tak ada beban sedikit pun mengatakannya.

"Kau ini benar-benar ya, apa aku juga boleh menyewa istrimu?" Tanya Leon yang bermaksud bercanda dengan ucapannya.

"Boleh" Jawab Gio dengan singkat, padat, jelas.

"Whattt? You are crazy man. Sudahlah aku akan pulang sekarang, wanitaku sudah menunggu dua jam lalu" Leon pun berdiri dari duduknya.

"Dua jam yang lalu? Kau membiarkan wanitamu menunggu selama itu?" Tanya Gio tak percaya.

"Ya, memangnya kenapa?" Sambil menaikkan satu alisnya.

"Tidak apa, pergilah"

Setelah Leon keluar Gio pun meneruskan pekerjaannya yang tertunda.