NovelToon NovelToon
Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib / Balas Dendam
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."

Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.

Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.

Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.

Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Kota Kekaisaran dan Identitas Baru.

Gerbang Kota Kekaisaran adalah mulut raksasa yang terbuat dari basal hitam, menjulang tinggi seolah mencemooh Pegunungan Sejuta Kabut yang jauh di belakang Ling Yuan. Arus manusia yang bergerak melewatinya terbagi menjadi dua kategori: yang berjalan dengan kepala tegak, dan yang merangkak di bawah beban. Ling Yuan memastikan dirinya berada di kategori kedua.

Ia berjalan dengan gaya pemulung yang sudah ia latih selama beberapa hari: lambat, membungkuk, dan matanya selalu tertuju pada tanah. Pakaiannya yang kotor dan berbau membuatnya secara otomatis dihindari. Di dalam, energi Demigod-nya meronta, terperangkap oleh segel Ji Yue, tetapi Ling Yuan memaksanya tunduk. Setiap otot menegang menahan kekuatan spiritualnya agar tidak meledak dan menguapkan penyamaran ini.

Ketika ia melewati gerbang, bau Kota Kekaisaran menerjangnya. Bukan bau kabut murni atau racun gunung, tetapi campuran busuk kemewahan dan pembusukan. Aroma parfum mahal bercampur dengan asap masakan, kotoran hewan, dan bau besi yang berkarat.

“Bau kebohongan,” bisik Jendral Mao, suaranya dingin di benak Ling Yuan.

Di pos penjagaan, dua prajurit kekaisaran yang mengenakan baju zirah mengkilap sedang mengobrol malas. Salah satu dari mereka, dengan wajah penuh bekas luka dan hidung bengkok, menatap Ling Yuan yang kurus.

“Hei! Kau, tikus busuk!” teriak prajurit itu, suaranya serak seperti gerinda batu.

Ling Yuan berhenti, tubuhnya sedikit gemetar, persis seperti reaksi yang diharapkan dari seorang pemulung yang ketakutan. Ia menunduk, tidak berani melakukan kontak mata.

“Mau kemana kau? Kota ini terlalu bersih untuk sampah sepertimu. Apakah kau punya izin?” tanya prajurit itu sambil mendekat, tangannya memegang gagang pedang dengan santai.

Ling Yuan hanya menggelengkan kepala pelan, menunjuk karung goni yang ia bawa. Ia bisu. Identitas ini harus absolut. Ia tidak akan mengucapkan sepatah kata pun yang bisa dianalisis oleh kultivator mana pun.

BUK!

Prajurit itu menendang karung goni Ling Yuan, membuat beberapa potong kayu busuk dan kain lap terlempar ke udara. “Kau tuli, atau bisu? Jawab aku!”

Rasa sakit fisik tidak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit spiritual yang dirasakan Ling Yuan saat ia menahan kekuatan untuk menghancurkan prajurit itu menjadi debu. Jendral Mao berteriak dalam jiwanya: “Tahan! Jangan berikan mereka alasan! Jangan biarkan segel itu retak!”

Ling Yuan berlutut, dengan gerakan memelas ia mengambil kembali barang-barangnya yang tercecer. Ia menunjukkan giginya yang kuning, memberikan senyum bodoh dan memohon ampunan. Wajah yang ia tunjukkan adalah wajah Ling Yuan yang lama, anak yang naif, yang kini telah ia bunuh.

Prajurit itu tertawa keras, lalu meludah ke tanah di dekat kaki Ling Yuan. “Pergilah, sampah. Jangan sampai aku melihat wajahmu di sektor atas. Kembali ke lubangmu.”

Ling Yuan mengangguk, buru-buru berdiri, dan dengan langkah pincang palsu, ia melanjutkan perjalanannya, menjauh dari gerbang. Pengalaman itu menyakitkan, namun berhasil. Mereka tidak melihatnya. Ia hanyalah debu.

Kota Kekaisaran terbagi menjadi distrik-distrik yang jelas. Sektor atas adalah tempat para bangsawan, dikelilingi oleh dinding perak dan taman-taman yang disihir. Ling Yuan harus menghindari wilayah itu. Ia bergerak menuju pinggiran barat daya, daerah kumuh yang dikenal sebagai ‘Lembah Rongsokan’.

Lembah Rongsokan adalah perut kota, tempat segala sesuatu yang dibuang dibiarkan membusuk. Di sini, hirarki berbeda. Itu adalah kerajaan tikus dan lintah darat, tempat di mana kekuatan fisik dan kecerdasan bertahan hidup lebih berharga daripada silsilah keluarga.

Ling Yuan menemukan dirinya berada di antara tumpukan besi tua, tulang binatang, dan kain busuk yang menjulang setinggi rumah. Udara bergetar dengan dengungan lalat dan suara para pemulung lain yang berebut barang berharga.

“Ini adalah tempat yang sempurna,” komentar Mao. “Tidak ada yang akan mencari pewaris klan Yang di antara kotoran ini.”

Malam pertama Ling Yuan di Lembah Rongsokan adalah pelajaran kejam tentang bertahan hidup. Ia harus bersaing dengan pemulung lain untuk mendapatkan tempat tidur di bawah tumpukan terpal. Ia harus melawan dorongan naluriahnya untuk menggunakan kultivasi setiap kali ia merasa terancam. Ia hanya menggunakan kecepatan fana dan kecerdasan jalanan yang ia pelajari dari Mao.

Ia menemukan sudut tersembunyi di bawah puing-puing bangunan tua yang runtuh, cukup besar untuk berbaring. Tempat itu kotor dan lembap, tetapi tersembunyi dari pandangan. Di sinilah ia akan memulai basis operasinya.

Sambil berbaring, mata Ling Yuan memejam. Ia memfokuskan jiwanya, membiarkan energi kutukan yang tersegel perlahan-lahan menyentuh lingkungan sekitar. Tujuannya adalah Pedang Kutukan Mao. Jendral Mao telah memberinya petunjuk spiritual, tetapi pedang itu sendiri adalah artefak kuat yang akan mengeluarkan getaran jika Ling Yuan berada cukup dekat.

Selama berjam-jam, Ling Yuan membiarkan pikirannya berkeliaran di antara sampah dan kotoran. Ia menyentuh setiap objek spiritual yang pernah dibuang—pecahan jimat, sisa-sisa artefak yang rusak. Semua itu dingin dan mati.

“Terus cari, Nak. Pedang itu berada di tempat yang paling tidak terhormat. Ia telah menunggu pewarisnya,” desak Mao.

Tiba-tiba, jauh di dalam lautan spiritualnya, sesuatu berdenyut. Bukan getaran energi spiritual biasa, melainkan resonansi yang gelap dan kuno. Itu adalah panggilan. Sangat samar, hampir tidak terdengar di tengah kebisingan kota yang membusuk, tetapi ia merasakannya.

Sensasi itu terasa seperti logam yang berkarat, dingin, dan dipenuhi dengan kutukan dari ribuan pertempuran. Jantung Ling Yuan melonjak, mengancam untuk merobek segelnya lagi. Ia segera menenangkan diri, menekan kegembiraan dan tekadnya.

Panggilan itu datang dari arah utara Lembah Rongsokan, di mana tumpukan sampah terlihat paling tua dan paling tidak terjamah oleh pemulung lain. Tempat itu, ia sadari, pasti adalah gudang tua yang disebutkan dalam petunjuk Jendral Mao.

Ling Yuan membuka matanya. Malam telah larut. Di sekelilingnya, para pemulung lain terlelap dalam tidur yang gelisah. Ia telah menemukan target pertamanya. Senjata yang akan menentukan nasibnya—Pedang Kutukan Mao—bersembunyi, menunggu, di balik tumpukan kotoran dan puing-puing, hanya beberapa ratus meter darinya.

Ia mengencangkan cengkeramannya pada karung goni, yang kini terasa seperti jubah perang. Ling Yuan, sang Pemulung Misterius, telah tiba. Dan perburuannya baru saja dimulai.

"Bagus, aku telah menemukan milik kita,Guru. Aku akan ke tempat itu!"

"Aku akan segera menunjukkan pada benda itu, bahwa pemilik aslinya kini telah tiba, dan akan membawanya serta kemanapun aku akan melangkah nantinya,"

"Akan aku tunjukkan, apa itu kutukan yang sebenarnya pada para penindas ku dulu. Dan akan aku tunjukkan pula bagaimana mereka harus menjalani kutukan yang akan berbalik pada mereka semua, hahahaha... tinggal menunggu saat dan waktu yang tepat, bukan?" monolog Ling Yuan.

"Tunggu aku, tunggu aku... aku datang!" seru gembira Ling Yuan.

1
Nanik S
Cukup menarik diawal
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih sudah mampir kakak. semoga suka. ikuti kisah author yang lain juga. thx all. lope lope sejagat😍🙏👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!