NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Susah Lepas

‎Hari Minggu sore, langit Bandung mulai berubah jingga.

‎Padahal Andika janji datang pagi-pagi untuk mengantarkan ponsel Lucy, tapi sampai jam empat sore Andika baru saja tiba dengan wajah lelah yang dibuat-buat.

‎Begitu bel pintu berbunyi, Lucy sudah bisa menebak gaya bicara yang bakal keluar dari mulutnya.

‎“Sayang, maaf ya, tadi aku nganter Mama dulu…”

‎Lucy hanya menatapnya datar, lalu tersenyum kecil.

‎“Oh gitu? Nganter Mama, ya?”

‎Nada suaranya terdengar tenang, tapi ada sindiran halus di ujung kalimatnya.

‎Andika mengangguk cepat, “Iya, Mama pengen jalan-jalan ke mall, terus—”

‎Lucy meletakkan iPad-nya di meja, membuka layar yang menampilkan GPS tracker yang masih tersambung dengan ponselnya.

‎“Sejak kapan Mama suka nonton film ke bioskop? Lo gak usah bohong lagi dik...gue udah tau semuanya!”

‎Ia tersenyum miring, tatapan matanya tajam tapi tetap tenang.

‎Andika tertegun, kaget.

‎“Sayang, kamu salah paham—”

‎Lucy menatap lurus ke arah Andika, rahangnya mengeras.

‎“Gue nggak salah paham, semuanya udah jelas!” suaranya bergetar tapi tegas.

‎“Lo selingkuh, Andika!”

‎Andika mematung, wajahnya pucat. “Sayang, aku bisa jelasin... Dengerin dulu penjelasan ak—”

‎Lucy tertawa pendek, getir. “Penjelasan apalagi? Lo kira gue bego?"

‎Andika terdiam. Tak satu kata pun keluar dari mulutnya.

‎Lucy menghela napas panjang, lalu menatapnya untuk terakhir kali.

‎“Udah cukup. Kita putus Dik! Lo tau sendiri gue paling benci dibohongi… apalagi diselingkuhi.”

‎Ia berjalan ke arah meja, menarik satu kotak besar dan mendorongnya ke depan Andika.

‎“Nih bawa lagi semua barang yang pernah lo kasih ke gue. Gue nggak butuh!”

‎Lucy menatapnya tajam.

‎“Bawa aja, kasih buat gundik lo itu sekalian!"

‎Andika mencoba meraih tangannya, tapi Lucy mundur satu langkah.

‎“Jangan sentuh gue! Lo udah cukup ngotorin semuanya.”

‎Andika tiba-tiba kembali meraih tangan Lucy, mencengkeram keras lalu mendorongnya hingga membentur dinding apartemen.

‎Tubuh Lucy terhempas, bunyi dentuman kecil terdengar saat punggungnya terbentur.

‎“Lo siapa, hah? Berani-beraninya mutusin gue??!" suara Andika meninggi, matanya merah, rahangnya menegang.

‎“Sakit, sialan! Lepas, Dika!” Lucy berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman itu makin kuat.

‎“Andika, lo gila?! Lepasin gue!”

‎Andika mendesis, nadanya dingin.

‎“Lucyana, kita bentar lagi mau nikah. Orang tua kita udah sepakat. Lo jangan ngancurin semuanya!”

‎Lucy menatapnya tajam, napasnya tersengal.

‎“Ngancurin? Lo yang selingkuh, lo yang ngancurin semuanya!”

‎Ia menepis tangan Andika dengan paksa.

‎“Dan sekarang gue liat warna asli lo—kasar, egois, bajingan!”

‎“Bisaan banget ya lo,” suara Lucy bergetar tapi tegas, “so suci empat tahun terakhir! Dan sekarang? Wow... ternyata gini ya lo aslinya.”

‎Andika mencibir, langkahnya mendekat.

‎“Lo yang bikin gue jadi kayak gini, Lucy! Jadi jangan harap lo bisa lepas dari gue!”

‎Sebelum Lucy sempat menjawab, Andika menariknya kasar dan membungkam bibir Lucy dengan ciuman paksa.

‎“Mm—!” Lucy meronta, memukul dada Andika, mendorong tubuh itu menjauh sekuat tenaga.

‎Plak!

‎Tamparan Lucy mendarat keras di pipi Andika.

‎“Berengsek! Lo emang gila, Andika!”

‎Andika terdiam, rahangnya menegang, tapi Lucy lebih dulu mundur beberapa langkah sambil memegangi bibirnya yang gemetar. Antara marah, jijik, dan takut.

‎Andika mengusap pipinya yang masih panas akibat tamparan Lucy. Tatapan matanya berubah tajam, dingin, dan berbahaya.

Kemudian Andika meremas kedua pipi Lucy dengan tangan kanan nya hingga membuat Lucy meringis.

‎“Lo pikir bisa ninggalin gue gitu aja?” suaranya rendah tapi penuh ancaman. “Gak akan semudah itu sayang...”

Lucy meronta mencoba menepis tangan Andika, meski tubuhnya gemetar. “Keluar dari sini, Andika! Sekarang juga!”

‎Andika mendengus, langkahnya berat menuju pintu.

‎“Terserah lo mau ngomong apa. Tapi ingat kata-kata gue. Lo gak akan pernah bisa lepas dari gue!”

‎Pintu apartemen dibanting keras hingga menggema.

‎Lucy terduduk di lantai, napasnya tersengal. Tangannya memegangi dinding seakan mencari pegangan.

Ia tidak pernah menyangka, di balik tutur lembut dan sikap manis Andika selama ini, tersimpan sisi gelap yang menakutkan.

Selama bertahun-tahun bersama, tak pernah sekalipun ia melihat pria itu kehilangan kendali—hingga malam tadi. Tatapan dingin, genggaman keras, dan rasa sakit di tubuhnya menjadi bukti bahwa Andika bukan lagi sosok yang dulu ia kenal.

Baru kali ini Lucy benar-benar sadar... lepas dari Andika tidak akan semudah itu.

...****************...

‎Pagi itu kantor terasa sama seperti biasa — deru printer, bunyi ketikan, dan suara telepon dari klien memenuhi ruangan.

‎Tapi untuk Lucy, semuanya terasa hening...

‎Kepalanya berat, matanya sayu.

‎Ia menatap layar laptop yang sudah terbuka lima belas menit, tapi halaman Excel di depannya masih kosong.

‎Tangannya refleks menggenggam pulpen, mengetuk meja pelan.

‎Pikirannya bukan di laporan yang harus segera dikirim. ‎Tapi di wajah Andika, suara ancamannya, dan perasaan ngeri yang belum hilang.

‎“Lo kenapa, Lucy?”

‎Suara Detri memecah lamunan. Wanita itu berdiri di sebelah meja Lucy sambil membawa dua gelas kopi.

‎Lucy tersentak kecil. “Hah? Enggak... gue cuma kurang tidur.”

‎“Kurang tidur apaan, muka lo pucet banget. Biasanya juga kalau lembur, lo masih bisa ngelawak.”

‎Lucy memaksa senyum. “Beneran deh, gue cuma pusing dikit.”

‎Detri menaruh kopi di meja Lucy, tatapannya gak lepas.

‎“Gue kenal lo, Luc. Ada yang lo sembunyiin, kan?”

‎Lucy terdiam.

‎Dalam dadanya, rasa takut dan malu bercampur jadi satu.

‎Dia ingin cerita, tapi juga takut — karena begitu kata “Andika” keluar dari mulutnya, semua yang ia pendam akan terkuak.

‎Ah biarlah pikir Lucy, untuk saat ini ia memang butuh tempat mencurahkan semua masalahnya tentang Andika.

‎Lucy menatap meja cukup lama sebelum akhirnya berbisik pelan,

‎“Det… kalau cowok lo berubah… terus kayak bukan dia lagi, lo bakal apa?”

‎Detri berhenti ngaduk kopi. “Maksud lo Andika?”

‎Lucy menghela napas panjang. “Dia…selingkuh, Det. Dia juga—”

‎Suara Lucy tercekat.

‎Satu tarikan napas lagi dan kalimat itu akhirnya keluar,

‎“Dan dia juga berani nyakitin gue Det...”

‎Detri refleks memukul meja pelan.

‎“Andika selingkuh, Luc? Demi apa? Astaga! Udah gak modal, macem mokondo, selingkuh pula!”

‎Ia geleng-geleng kepala. “Dimana letak urat malunya, coba? Udah selingkuh, kasar lagi!"

‎Lucy cuma bisa senyum miris. “Gue ngerasa bego banget, Det. Empat tahun gue pikir dia orang yang tepat.”

‎Detri menatap tajam seakan siap perang.

‎“Anjing emang! cowok sialan dia tuh! Lo masih mau diem aja? Kita laporin, Luc. Orang kayak dia gak bisa dibiarin!”

‎Lucy buru-buru pegang tangan sahabatnya. “Bentar...bentar jangan asal main laporan gitu Det.”

‎Ia menepuk pundak Lucy pelan.

‎“Luc, lo gak bisa terus kayak gini. Gue tau lo masih shock, tapi kalau bener Andika udah mulai kasar dan ngancem lo, itu udah red flag banget.”

Detri menatap Lucy serius, lalu menyodorkan ide yang baru saja terlintas di fikirannya.

“Gue ada rencana,” katanya singkat. “Gimana kalau kita pasang CCTV? Biar kita punya bukti kuat.”

Lucy menelan ludah, bayangan malam itu kembali mengusiknya. “Tapi… gue takut dia bakal lebih menggila kalau tau.” Suaranya kecil, ragu.

Detri menggenggam tangan Lucy sebentar, menatapnya tegas. “Tenang aja. Gue yang pantau. Lo kabarin gue terus. Nanti CCTV-nya kita connect ke laptop dan ponsel gue. Kalau dirasa bahaya, gue langsung lapor polisi.”

Ada jeda. Kemudian, dengan napas yang lebih mantap, Lucy mengangguk. “Baiklah. Demi gue bisa lepas dari cowok bajingan kaya dia.”

‎“Thanks Det..sarannya. Sorry ya gue jadi ngerepotin lo gini.”

‎Detri tersenyum lembut. “Udah tugas gue sebagai sahabat lo. Tapi satu hal, Luc…”

‎“Apa?”

‎“Next time lo cari cowok, tolong cek dulu CV-nya. Jangan cuma tampang sama janji manis doang”

‎Lucy geleng-geleng “Lah? Yang ini aja belum selesai weh!"

...----------------...

Kira-kira rencana Lucy dan Detri berhasil ga ya?

Jangan lupa vote like dan komentar yaa 🥰

Have a great day all 😘

Happy Satnite! 💕

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!