Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DEMAM TINGGI
Grace mGrace mendorong keras tubuh Ethan, wajahnya kemerahan karena menahan marah. Tangannya tergenggam erat seraya gematar. Pada akhirnya sebuah tamparan mendarat di wajah Ethan.
Semua orang yang ada di sana, terperanjat, siapa yang tidak kenal Tuan Muda Mo. Mereka langsung berbisik-bisik melihat tampang Ethan saat ini.
“Apa dia sedang mencari mati, berani menyinggung Tuan Muda Mo!”
“Tamat sudah wanita itu!”
Wajah Ethan pun menjadi tidak enak dipandang, kuping pria itu ikut memerah, karena kemarahan yang memuncak. Sarah langsung merangkul Ethan, “Kau ini kenapa, mengapa begitu kasar!”
Grace menaikan dagunya, “Apa selingkuhanmu ini tidak memberitahumu?”
Lagi-lagi perkataan pedas Grace menuai bisik-bisik. “Selingkuhan, aku pikir istrinya!”
“Anak muda sekarang, tidak lihat apakah pacarnya sudah menikah atau belum!”
“Pantas saja wanita itu menampar suaminya?”
Sarah merasa serba salah, lalu dia segera berkata ketika Ethan menatapnya, “A-aku kira kak Grace sedang bercanda, karena sengaja mau menarik perhatian kak Ethan!”
Salah satu perawat senior berkata mencibir Sarah, “Kalaupun dia mau menarik perhatian suaminya apa salahnya!”
“Ya betul, kau adalah orang luar, kenapa jadi ikut mengatur rumah tangga mereka!”
Saat ini Grace tidak memiliki tenaga untuk mengikuti permainan Sarah. Dia mundur selangkah, lalu berkata kepada Ethan. “Jenazahnya sudah dibersihkan, wasiat kakek ingin dikremasi, tidak mau diawetkan, jadi jenazahnya ada di pendingin ruang!”
“Proses kremasi, sedang aku urus!” kata Grace lagi sembari melangkah pergi.
Ethan menghempaskan rangkulan tangan sarah, dia segera pergi ke pendingin ruang tempat menyimpan jenazah yang tidak diawetkan dengan formalin.
Ethan tertegun melihat tubuh kakeknya terbaring kaku, diselimuti kain putih rapi yang hanya menyisakan wajah pucat dengan garis-garis keriput yang dulu selalu tersenyum hangat padanya. “Kek…” suaranya parau, nyaris tak terdengar. Ada penyesalan yang menghimpit, ada rindu yang takkan pernah terjawab lagi. Semua kesempatan berbincang, bercanda, dan sekadar duduk bersama kini terkubur bersama dinginnya ruangan itu.
Di tengah sunyi, Dia berdiri hening. Air matanya akhirnya jatuh, deras, seakan tak sanggup lagi ditahan. Sarah mencoba mendekat, “Kak Ethan…!”
Merasa mereka sudah terlalu lama di pendingin ruangan itu, Sarah pun memberanikan diri berkata, “Kak sebaikanya kita pergi dari sini, ini terlalu dingin. Bukankah baru saja sembuh dari Flu!”
Tanpa di duga, Ethan menarik kasar Sarah dan mendorongnya sampai ke dinding, ada kemarahan di binar mata pria itu. Namun, kembali melembut ketika melihat Sarah ketakutan.
Ethan mengulurkan tangannya, sambil merapikan rambut Sarah seraya berkata, “Ayo kita pulang!”
Sarah mengangguk lega, lalu mengandeng tangan Ethan lagi, “Ya, ayo kita pulang!”
Pada saat ini Grace sudah ada di Rumah Tua keluarga Mo, Rumah Leluhur. Sebelum di kremasi, jenazah Kakek Mo akan disembahyangi dulu. penghormatan terakhir sebelum jenazah dikremasi.
Alasan tradisi ini dilakukan untuk memberi penghoramtan terakhir dan mendoakan arwah agar tenang, menunjukan bakti anak atau keturunan kepada orang tua atau leluhur. Dan, diyakini sebagai bekal rohani agar arwah tidak merasa “ditinggalkan” sebelum menuju ke alam berikutnya.
Asap dupa mengepul perlahan, di bawah lampu aula leluhur yang temaram. Di tengah aula duka, peti kayu cokelat gelap berdiri tenang, dijaga lilin merah yang menyala di kedua sisinya. Bayangan nyala api bergetar di dinding, seolah ikut berduka.
Seorang biksu tua berdiri di depan altar, jubah kuningnya terlipat rapi. Dia mengangkat lonceng kecil, suaranya lirih melantunkan sutra "Namo Amituofo… Namo Amituofo…"
Suara itu bergema, bercampur dengan pukulan kayu ikan yang berirama”tok… tok… tok…” menciptakan suasana sakral, seakan membuka jalan di antara dua dunia.
Jenazah Kakek Mo tiba bersamaan dengan Ethan dan Sarah. Jenazah pun diletakan di dalam peti. Ethan dan Sarah memberikan pernghormatan terakhir mereka.
Di meja altar, persembahan tertata rapi. buah pir, jeruk, arak, teh panas, nasi putih dengan sepasang sumpit yang ditancapkan tegak. Di sisi lain, setumpuk uang kertas arwah menunggu untuk dibakar. Asapnya kelak akan membawa bekal bagi sang jiwa di perjalanan panjang menuju dunia leluhur.
Seorang kerabat maju, menyalakan sebatang dupa, lalu membungkuk dalam-dalam ke arah peti jenazah. Tangannya bergetar, matanya basah. Setelah dia mundur, tamu berikutnya melangkah dengan langkah berat, mengikuti tradisi penghormatan terakhir.
Tamu berdatangan dari segala penjuru. Tangisan lirih terdengar bersahut-sahutan, namun di sela itu doa biksu tak berhenti, mengalun lembut menuntun jiwa yang telah pergi.
Ethan dan Grace menyambut para tamu yang datang dengan tanpa henti. Saat ini Wajah Grace nampak sangat pucat, seakaan tidak ada darah yang mengalir di wajahnya.
Grace yang berdiri di sisi Ethan terlihat sedikit terhuyung, lalu jatuh bersandar di bahu Ethan yang langsung menangkap tubuh istrinya itu. “Hei kau kenapa?”
Grace tak sadaran diri, Ethan langsung menggendongnya dan segera membawa ke kamar utama, kamarnya. Dengan perlahan dia meletakan tubuh istrinya, lalu meletakan tangannya di kening Grace.
“Demam… suhunya terasa tinggi!” imbuh pelannya.
Ethan segera memanggil dokter keluarga yang langsung memberikan infus kepada Grace. “Nyonya terlalu lelah, harus banyak beristirahat!”
Ethan mengangguk sambil melambaikan tangannya, Dokter pergi meninggalkan kamar utama. Pada saat ini kepala pelayan masuk ke kamar. Ethan menoleh seraya berkata, “Berikan dia makanan suplemen vitamin!”
Kepala pelayan mengangguk, segera menjalankan perintah Tuannya. Ethan pun kembali ke Aula leluhur. Sarah langsung mendekat, pada saat tadi dia melihat Ethan menggendong Grace hatinya sangat cemburu. Namun, semua harus dia tahan dalam hati.
“Kak, apakah Kak Grace baik-baik saja?” tanyanya dengan nada penuh perhatian.
“Ya, hanya kurang istirahat saja!” jawab datar Ethan sambil menyapa tamu yang baru saja datang.
Pada saat ini, Tuan dan Nyonya Li juga datang memberikan penghormatan terakhir. Sebagai besan tentu saja wajib hadir. Mereka dan sarah mendampingi Ethan untuk menerima tamu. Sungguh ini terlihat seperti potret keluarga yang bahagia, suami istri didampingi oleh mertua.
Sarah merasa bangga hati tentunya, berhasil menggantikan posisi Grace, menerima tamu-tamu yang datang untuk melayat. Tepat dini hari, sampai di pagi harinya, para tamu masih berdatangan.
Alunsa sutra, puja puji doa pun selesai dibacakan, biksu menundukkan kepala dan berkata dengan suara rendah, “Segala doa telah dipanjatkan. Kini saatnya keluarga memberi penghormatan terakhir sebelum peti ditutup.”
Ethan dan keluarga lainpun memberikan penghormatan terakhir mereka lagi. Tak lama lagi, peti akan ditutup dan dibawa menuju krematorium. Pada saat ini Grace terbangun, melihat kepala pelayan baru saja meletakan sarapan di meja nakas, lalu dia melihat selang infus di tangannya.
“Apakah peti sudah ditutup?” tanya Grace sedikit terbata.
“Seharusnya sudah!” jawab si kepala pelayan.
“Tidak… tidak… Kakek Mo… Aku harus melihatnya!” kata Grace sembari mencabut selang infusnya dan berlari ke Aula leluhur.
Sesampainya di sana, Peti mati sudah mau ditutup. “Tunggu dulu!” teriak Grace sambil berlari kecil ke depan peti jenazah kakek Mo.
Grace berlutut di depan peti, sambil terisak. Tangannya gemetar ketika dia menunduk, keningnya menyentuh lantai dingin. "Kakek… maafkan jika aku belum sempat membalas semua kebaikanmu…" suaranya terputus oleh tangis.
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu