Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.
Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
“Gisella!”
Mendengar namanya dipanggil oleh seseorang dari luar kamar, membuat dia menoleh ke arah pintu, bertepatan dengan itu pintu kamar dibuka oleh Maudy dari luar.
Oh ya, ngomong-ngomong Maudy sudah kembali ke rumah ini karena memang minggu ini juga kuliahnya sudah mulai masuk, dia tadi diantar oleh orangtuanya, tapi orangtuanya sudah pulang siang tadi.
Kalau soal Ukhti yang seminggu kemarin menginap di rumah ini untuk menemani Gisella, kini sudah tidak ada di sana karena dia sudah pulang ke rumahnya, lagipula sudah ada Maudy yang menemani Gisella.
“Ada apaan, Dy?” Gisella bertanya kenapa Maudy tadi memanggil namanya.
“Tuh ada si Malik di depan.”
“Dia udah nyampe?”
Maudy lantas menganggukan kepalanya pelan. “Perlu gua suruh masuk dulu atau gak usah? Lo berdua mau jalan ya?” Tebaknya.
“Nggak usah, bentar lagi gua selesai kok.” Balas Gisella seraya meraih tasnya dan juga helm miliknya yang ada di bawah Iemari, sebelum keluar dari dalam kamar, perempuan itu menyemprotkan parfum lebih dulu ke tubuhnya. “Kita ada keIas malem, dosennya minta ganti.”
“Ohh.” Maudy ber-oh ria.
Gisella mengecek kembali penampilannya di depan cermin, terutama mengecek rambutnya yang hari ini dia putuskan untuk dikuncir.
“Paling nanti juga lepas lagi Sell gara-gara pake helm.” Ucap Maudy yang melihat Gisella sedang mengecek rambutnya.
“Hehe bener juga sih, ya udahlah biarin aja.”
Merek berdua sama-sama keluar dari dalam kamar, Maudy mengikuti langkah kaki Gisella, tapi tidak sampai teras, dia hanya mengantar temannya itu sampai di balik pintu.
“Gua berangkat dulu ya, Dy. KeIas gua paling seIesai pas mau magrib.” Gisella berpamitan pada Maudy seraya mencabut kunci yang ada di pintu rumah.
“Oke, hati-hati.”
Begitu Gisella keluar dari dalam rumah itu, Maudy langsung menutup pintunya dari dalam. Benar apa kata Maudy kalau Malik sudah ada di depan rumah dan sekarang lelaki itu sedang duduk di jok motornya seraya memainkan ponsel.
Saat Gisella akan mengunci pintu pagar rumah, Malik menerima helm yang disodorkan oleh Gisella padanya dan membiarkan perempuan itu mengunci pagar sampai benar-benar terkunci.
“Tumben lo on time, Lik?”
Mendengar pertanyaan dari Gisella, Malik lantas tersenyum kecil. “Biar kita berdua kagak telat. Leon, Juna sama Dika udah pada berangkat duluan tadi.”
Gisella merendahkan tubuhnya saat Malik akan memasangkan helm ke kepalanya, sebenarnya dia bisa memakai helm sendiri, hanya saja hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka dari dulu. Jika sedang berdua bersama dengan Malik, lelaki itu pasti memasangkan helm ke kepalanya tanpa harus Gisella minta.
“Ini iket rambutnya gua lepas ya, Sell?” Tanya Malik, meminta persetujuan pada Gisella yang dibalas dengan sebuah anggukan oleh perempuan itu. “Sendirian aja lo di rumah?”
Perempuan itu kini menggelengkan kepalanya. “Maudy ada kok di dalem.”
“Kenapa dia nggak keluar? Gua kira dia kagak ada.”
“Lo mau ngapain emangnya? Pengen ketemu sama dia ya, lo?” Goda Gisella.
Malik lantas menggelengkan kepalanya, hal itu membuat Gisella tertawa. “Basa basi doang kali, Sell.”
“Iya deh iya, padahal mau lo suka sama dia juga gak apa-apa kok.”
Lelaki itu tidak menanggapi ucapan dari Gisella, Malik memilih untuk menghidupkan mesin motornya dan menyuruh Gisella untuk segera naik ke atas jok motor. “Lo pegangan Sell, gua mau ngebut soalnya.”
“Padahal masih ada waktu 20 menit Lik, lagian jarak dari sini ke kampus gak ngabisin waktu sampe 10 menit, kenapa harus ngebut-ngebut segala?”
“Gak apa-apa, biar bisa dipeluk sama lo.”
Gisella sontak memukuI punggung temannya itu, dia sadar jika ucapan Malik barusan tidak serius, tapi tetap saja itu bahaya untuknya, bagaimana kalau setelah ini dia malah semakin terbawa perasaan oleh lelaki itu?
“Nggak, bercanda doang gua. Ya lo pegangan aja biar aman atau kalo lo mau peluk juga gua gak masalah.”
“Itu mah lo-nya yang kesenengan!”
Malik lantas terkekeh kecil mendengarnya. “Nah itu lo tau.”
Setelah motor Malik keluar dari area perumahan, tangan Gisella terulur untuk melingkar di perut lelaki itu, tidak terlaIu erat tapi hal itu bisa membuat Malik senyum sendiri tanpa Gisella ketahui.
Tidak hanya tangannya yang melingkar, Gisella juga menaruh dagunya di bahu kiri Malik. Mereka menghabiskan waktu perjalanan ke kampus dengan mengobrol.
“Kalo motor Io lagi dipake sama Ukhti, suka diisiin bensin gak?”
“Kadang emang dia isiin sih, tapi guanya juga gak pernah minta lagian, yang terpenting tuh motor gua gak rusak dipake sama dia.”
Hari ini motor Gisella sedang dipinjam oleh Ukhti untuk pergi ke kampus, sekalian mengganti olinya karena Gisella sangat malas pergi ke bengkel, jadi sekalian saja dia suruh Ukhti untuk pergi mengganti oli.
Karena hal itulah Gisella hari ini berangkat ke kampus dijemput oleh Malik, tadi dia sudah menanyakan ke teman-temannya yang lain soal siapa yang bersedia memberi tebengan padanya dan tentu saja Malik akan menjadi orang yang maju paling pertama.
Hari ini mata kuliah Pak Jeffry, sebenarnya kelas dosennya itu dimulai siang tadi, tapi entah karena ada urusan apa, Pak Jeffry meminta agar jadwalnya dimundurkan sore ini.
Pak Jeffry tidak bisa memajukan jadwalnya ke kelas pagi karena jadwalnya bertabrakan dengan mahasiswa S2, jadilah kelas Gisella yang masih menyandang calon S1 itu hanya bisa mangalah.
Padahal Gisella paling malas sebenarnya kalau berada di kelas gabungan begini, karena kebanyakan mahasiswa regular B itu lelaki, ditambah kebanyak dari mereka seperti Dika yang memiliki rambut gondrong, menurut Gisella itu terlihat seram.
Tidak terasa kini Gisella dan juga Malik sudah sampai di parkiran kampus, Gisella merasa suasananya sangat berbeda karena ini pertama kalinya dia mengikuti kelas sore dan juga dia banyak melihat wajah-wajah baru hari ini.
“Malik.”
Gisella dan juga Malik dengan kompak menoleh saat Yera datang bersama dengan teman-temannya. Gisella hanya tersenyum tipis karena memang yang tadi dipanggil hanya nama Malik, dia memilih untuk merapihan rambutnya seraya melihat di spion motor Malik.
“Eh, lo masuk kelas Pak Jeffry juga Yer?”
Yera menganggukan kepalanya. “Iya, walaupun sebenernya gua agak capek jamnya diganti kayak gini.”
“Kalo capek mah kagak usah kuliah aja, Yer.”
Gisella di tempatnya menahan tawa ketika mendengar ucapan Malik, untung saja posisinya saat ini sedang membelakangi Yera, coba saja kalau tidak, Yera mungkin akan merasa tersinggung.
“Hehe iya juga sih, tapi repot aja gitu sore-sore gini harus ke kampus.”
“Kalo emang niatnya mau kuliah, jam berapapun nggak bakalan ngerasa capek atau repot, Yer.”
Yera tersenyum kecil mendengarnya. “Bener juga kata lo Lik, yaudah ke kelas bareng yuk! Di ruangan B1 kan ya?”
Malik lantas menggelengkan kepalanya. “Lo ke kelas duluan aja, gua nungguin Gisella dulu.”
“Loh, ada Gisella ya?”
Hellaw lo pikir yang daritadi berdiri disini siapa? Mata lo buta apa gimana?
“Halo, Gisella!” Sapa Yera saat Gisella membalikan tubuhnya karena sudah selesai dengan urusan rambutnya.
Gisella membalas sapaan dari Yera barusan hanya dengan sebuah senyuman di wajahnya.
“Mereka udah pada di kelas Sell, udah rame katanya. Anak-anak reg B pada kuasain kursi.” Ucap Malik.
“Ya udah kalo gitu ayo cepet masuk, mereka udah nyisain kursi belom buat kita?”
Malik menganggukan kepalanya. “Udah, sama si Leon.”
Mereka berdua jalan bersamaan menuju ke ruang B1, dimana kelas mereka diadakan sore ini. Mereka melupakan keberadaan Yera yang masih ada di tempat tadi, sampai membuat perempuan itu merengut kesal.
“Malik, selesai kelas nanti ada kumpulan IMKP sebentar!” Teriak Yera yang ada di belakang mereka.
Malik hanya membalasnya dengan acungan jempoI. IMKP itu salah satu UKM keagamaan yang ada di kampus mereka, Malik adalah salah satu anggotanya, tidak hanya Malik, Juna juga ikut menjadi anggota di sana.
Dan Yera adalah sekretarisnya, maka dari itu dia bisa tahu ada pertemuan selesai kelas nanti, mungkin ada beberapa agenda yang ingin mereka bicarakan nantinya.
Kalau Gisella, dia memang tidak bergabung di UKM itu bersama Malik karena sudah jelas mereka berbeda keyakinan. Melainkan dia bergabung dengan UKM lain yang disebut Kewaka atau Kerabat Mahasiswa Katolik bersama dengan Dika dan juga Leon.
Gisella memang tidak terlalu aktif di sana, tapi jika ada kegiatan, dia akan tetap hadir sama seperti Dika, lain halnya dengan Leon yang sangat aktif di sana.
“Terus nanti pulangnya gimana, Lik?” Gisella bertanya seraya tetap berjalan.
“Lo nanti tungguin gua aja sebentar.”
“Okedeh.”
BERSAMBUNG