Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 05
" ... Semoga kamu menjadi OG yang paling betah di sana."
"Ya? Aah terimakasih."
Tring
Pintu lift terbuka, pria tampan yang tadi bersama Xeena itu keluar lebih dulu. Dia seolah terlambat masuk kerja karena tampak terburu-buru langkahnya, bahkan tampak sedikit berlari.
"Apa dia karyawan di lantai ini? Tapi karyawan apa yang jam segini baru datang? Ah entahlah, bukan urusanku juga."
Xeena berjalan secara biasa, dia melihat setiap tempat dengan normal agar tidak terlihat mencurigakan. Dan ujung dari proses pengamatan yang dia lakukan adalah pantry, 'kantor' yang akan dia tempati nantinya selama bekerja.
"Pantry nya lumayan luas, ini adalah pantry terluas yang pernah aku lihat sih. Bagus, dan kayaknya juga lengkap."
Drtzzzz
Xeena terjingkat mendengar suara dering ponselnya. Tapi setelah melihat siapa yang menelponnya, ia nampak lega. Itu adalah panggilan dari Melky.
"Xeen, kamu dimana?" tanya Mely. Terdengar nada khawatir dari temannya itu.
"Aku di lantai atas, jalan-jalan aja sekalian survei tempat kerja,"jawab Xeena santai.
"Apa, lantai atas? Kamu ditempatkan dilantai paling atas?" sahut Melky, sepertinya teman Xeena itu tampak terkejut. Xeena menjadi bertanya-tanya mengapa Melky berkata demikian.
"Ada apa sih?"
"Nggak, ntar aja ceritanya di rumah. Kamu cepet turun ke sini, ambil kuncinya."
"Oke."
Meskipun sangat penasaran kenapa Melky bicara demikian, seolah sangat terkejut tentang penempatan kerjanya, tapi Xeena tidak ingin mengganggu Melky. Benar apa yang tadi dikatakan oleh Melky bahwa mereka akan lebih baik membicarakan itu di rumah nanti.
Tidak butuh waktu lama Xeena sudah berada di tempat dimana Melky bekerja. Melky langsung memberikan kunci rumahnya. Dia juga memberitahu di rumahnya ada beberapa makanan kalau Xeena lapar.
"Maaf ya udah selalu ngrepotin kamu,"ucap Xeena penuh rasa tidak enak kepada Melky.
"Ngomong sekali lagi kayak gitu, aku kepret deh beneran. Udah sana pulang. Kita akan cerita banyak nanti. Jadi tunggu aku pulang ya."
Xeena langsung pamit pulang. Dia tidak mau semakin mengganggu Melky.
Rasanya sungguh luar biasa bisa keluar dari rumah. Xeena merasa dirinya benar-benar bisa bernafas sekarang. Meskipun dia memiliki firasat akan banyak hal yang mengganggu di depan nanti. Akan tetapi paling tidak, sekarang dia bisa tenang.
Brumm
Xena meninggalkan SJ Grup. Saat ini yang dibutuhkannya hanyalah istirahat agar sakit perutnya bisa sembuh total. Xeena tidak ingin besok dia bekerja dengan kurang maksimal.
Sedangkan di tempat lain, seseorang tengah sangat kesal sekali. Dia bahkan melempar beberapa barang yang ada bisa ia raih. Gelas, vas bunga, asbak, dan apa saja yang teraih oleh tangannya.
Krompyaaang
Pyaaar
"Sialaaan, asuuuu! Dasar anak ndak tau diuntung. Wong mau dinikahi sama orang kaya kok malah minggat. Ini bakalan bikin malu aku pasti. Aseeem bener anak itu. Arghhh sialan!"
"Apa to Buk, ini apa-apaan juga banyak pecahan barang begini?"
Aldo masuk ke rumah dengan mata membelalak. Dia tidak mendengar teriakan kekesalan dari Wita. Namun melihat lantai yang berantakan, Aldo sudah yakin bahwa ibunya pasti sedang marah.
"Ada apa?" tanya Aldo sekali lagi. Meskipun tahu bahwa ibunya marah, tapi dia tentu tidak tahu apa penyebab semuanya itu.
"Si anak sialan itu malah minggat. Padahal Deny mau datang kemari buat ngelamar. Ibu udah bela-belain pulang lebih cepet dari rencana karena Deny nelpon Ibuk. Tapi anak kurang ajar itu malah, aaah asu emang anak itu."
Degh!
Aldo terkejut dengan semua yang dikatakan oleh Wita. Bukan soal rencana lamaran Deny, melainkan tentang Xeena yang pergi dari rumah.
Dengan langkah seribu, Aldo langsung menuju ke kamar Xeena. Amazing nya adalah kamar itu tidak dikunci sama sekali. Ini merupakan sesuatu yang di luar kebiasaan Xeena.
Aldo masuk, dia membuka lemari milik kakak satu ayah beda ibu itu. Di dalamnya hanya menyisakan pakaian yang sedikit, atau mungkin memang Xeena tak banyak memiliki pakaian. Bukan hanya itu, kamar milik Xeena tersebut juga nampak kosong. Meski Aldo tidak tahu apa saja yang tidak ada di sana, tapi dia merasakan bahwa kamar tersebut benar-benat ditinggalkan pemiliknya.
Drap drap drap
"Apa yang Ibuk katakan sama dia sampai dia pergi?" tanya Aldo dengan mata memicing tajam.
"Kan tadi udah Ibuk bilang, kalau Deny mau ke sini buat nglamar."
Haaah
Aldo membuang nafasnya kasar. Dia tiba-tiba merasa begitu lelah dengan apa yang ada di depannya itu.
"Buk, Ibuk tau ndak kenapa Xeena putus sama Deny? Itu karena Deny selingkuh. Selingkuh sama temennya sendiri. Ya pasti dia ndak mau lah nikah sama pria yang kayak gitu."
"Laah kenapa? Yang penting Deny kaya. Soal begitu tuh ndak penting.Yang penting punya harta banyak."
Aldo mengusap wajahnya kasar. Selama ini dia dan Xeena memang bak kucing dan anjing. Aldo juga sadar bahwa selama ini perlakuan ibu dan bapaknya pilih kasih terhadap dirinya, dan itu membuat Aldo semakin manja. Akan tetapi, Aldo sama sekali tidak pernah suka mencampuri urusan pribadi dari Xeena terlebih itu soal cinta dan pernikahan.
"Jadi Ibuk dukung seorang pria berselingkuh. Jadi, kalau bapak punya selingkuhan lagi maka Ibuk akan ngebiarin itu?"
"Yo ndak lah. Kalau bapakmu sampai berani selingkuh, Ibuk ndak akan tinggal diam."
Jawaban yang sudah bisa ditebak oleh Aldo. Ibunya tentu juga tidak suka jika suaminya selingkuh. Tapi dia dengan mudahnya tadi bicara demikian.
"Nah itu Ibuk tahu, tapi tadi kenapa Ibuk bilang seperti itu soal Deny. Aneh. Buk, kita itu udah cukup buat Xeena hidup dengan ndak baik. Jadi jangan pernah mencampuri urusan pribadi dia. Sekarang Ibuk pikirin aja nanti kalau Bapak pulang dan nyariin Xeena. Jawaban apa yang bakalan Ibu kasih ke Bapak."
Tap tap tap
Braak
Aldo melenggang masuk ke kamarnya. Dia menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Agak sedikit kesal sebenarnya dia dengan Wita, tapi karena dia memang enggan repot, akhirnya memilih untuk kembali diam.
Sedangkan Wita, dia masih kesal. Beruntung orang yang biasa bersih-bersih rumah datang sedikit siang, sehingga Wita meminta orang tersebut untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya.
"Haah, Sangaji. Aku sama sekali ndak peduli. Kalau dia tanya tentang anaknya, ya bilang aja minggat. Apa susahnya. Sekarang yang penting adalah ngasih tau Deny. Duuuh sialan emang. Padahal Deny jelas sempurna. Dia emang pernah selingkuh sih, tapi kan dia kata udah tobat. Kurang asem emang Xeena itu. Sekarang juga, dia udah nggak takut di gertak atau apapun."
TBC
santai wae
kok medok bangett