System Kekayaan Sang Iblis Kejam.

Keesokan paginya Jack dan David sudah siap berjualan. Mereka berada di alun-alun dengan kios kopi mereka.

Bahan dan peralatan sudah siap. David juga sudah mengenakan seragam barista.

"ok David. Tesnya dimulai sekarang. Aku akan mengawasimu dari bangku taman. Kita akan berhenti berjualan saat hari sudah sore."

"baik tuan Jack."

Mereka pun berpisah. Jack berjalan menuju ke bangku taman dan mengawasi kios David.

Namun yang sebenarnya terjadi adalah melihat orang yang disuruh Brian untuk membunuh orang tua David.

Mereka terlihat sedang berada di jalan menuju ke pinggir kota Wasongtin. Jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Tujuan mereka adalah desa Temu. Desa kelahiran David.

Jack cukup tahu kelanjutan peristiwa ini. Namun dirinya tidak memberi tahu David. Jika orang tuanya sedang dalam bahaya.

Setelah melihat sekilas orang suruhan Brian, Jack beralih pada pemandangan Brian. Namun yang dia dapat adalah pemandangan yang bisa ia duga.

Brian saat ini masih tertidur di sebuah kamar hotel dengan dua orang wanita. Tidak perlu dijelaskan apa yang semalam mereka lakukan.

Lalu Jack kembali memperhatikan kios David. Terlihat David yang tersenyum bahagia mendapatkan pelanggan pertama. Dia melayani pelanggan dengan cepat dan akurat.

Bahkan setelah melayani pelanggan pertama, David segera melakukan teknik pemasaran. Dimana dia menawarkan dan menjelaskan manfaat kopi untuk tubuh. Dengan membandingkan produknya dengan produk kopi instan yang kebanyakan isinya gula.

Beberapa pengunjung tidak peduli. Namun tidak sedikit yang tertarik dengan produk kopi tersebut.

Waktu berjalan dengan cepat. Jack melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 3 sore.

Misi profesi selesai. Sekarang kamu sudah mendapatkan profesi sebagai pengusaha.

Hadiah : Rp. 100.000.000.

Saldo : Rp. 107.500.000

Jack senang melihat misinya sudah selesai. Lalu dia bisa melanjutkan ke misi selanjutnya.

"baiklah seharusnya beritanya akan datang sebentar lagi." Jack berdiri dan mendekat ke arah David.

"baiklah! Berapa yang kau dapatkan hari ini?"

David menghitung uang kas di tasnya. "totalnya dapat 750 ribu tuan!"

Jack menerima uang tersebut dan kembali menghitungnya. Sementara David menerima telepon dari nomor tak dikenal.

"siapa ini?" David penasaran dengan panggilan tersebut. Meski merasa curiga, namun perasaannya mengatakan jika panggilan ini sangat penting.

"tuan Jack. Saya angkat panggilan dulu."

"oh.. Ya.. Ya.." Jack masih pura-pura menghitung uang dan memeriksa bahan lainnya.

Sementara David agak menjauh dan mengangkat panggilan tersebut.

"halo?"

"halo! Apa ini David Regan?"

"iya! Dengan saya sendiri." David semakin penasaran saat pemanggil tahu namanya.

"huh... Tolong dengarkan aku dengan tenang David. Tadi pagi terjadi kebakaran di komplek rumahmu. Dan.. Orang tuamu tidak selamat."

Mendengar pernyataan tersebut, David langsung lemas. Namun dirinya masih tidak mau percaya.

"tidak mungkin! Kau pasti penipu."

"huh.. Maaf David. Tapi ini bukan penipuan. Sebaiknya kau segera kembali dan ikut pemakaman orang tuamu."

Tubuhnya langsung lemas dan jatuh. Air mata menetes tak terbendung. Suara rintihan tangis terdengar.

"tidak mungkin! Ayah! Ibu! Kenapa kalian meninggalkan aku."

Jack mendekat dan berjongkok. "hei David! Apa yang terjadi?"

"rumahku.. Terbakar.. Dan orang tuaku tidak selamat.." David menjawab dengan berat.

"aku turut berduka David. Huh.. Ayo! Aku antar kau pulang." Jack mencoba memapah David.

"tidak perlu tuan!.. A.. Aku bisa pergi sendiri.. Terima kasih telah memberikan pekerjaan untukku." David mencoba berdiri sendiri. Namun akibat shok tubuhnya masih sedikit lemas.

"bodoh! Dengan kondisimu saat ini jelas kau tidak akan bisa pulang dengan aman."

Jack langsung memapah David dan menghentikan sebuah taxi. Meninggalkan kios kopi begitu saja.

"mau kemana tuan?" tanya sopir taxi.

"Desa Temu pak. Tolong cepat." jawab David.

"baiklah!"

Mereka langsung menuju ke desa Temu. Kondisi jalanan cukup lancar. Sehingga hanya butuh waktu satu jam dari alun-alun kota Wasongtin.

Sampai di lokasi bekas rumah David. Hanya terlihat puing-puing bangunan yang hangus terbakar. Tak ada yang tersisa dari rumah tersebut.

Tepat didepan rumah, terdapat sebuah ambulans dengan dua peti mati didalamnya.

David tidak peduli dengan yang lain. Dirinya hanya ingin bertemu dengan jasad orang tuanya. Menangis tepat di atas peti mati. Melihat kondisi orang tuanya yang terbujur kaku.

Sementara Jack menemui polisi dan tenaga medis di samping ambulans.

"selamat sore! Saya boss dari David. Saya ingin tahu apa yang terjadi disini."

"huh.. Berdasarkan penyelidikan, ada beberapa orang yang datang kemari. Lalu membakar rumah ini dengan sengaja. Sampai sekarang kami masih belum bisa mendapatkan bukti siapa pelaku."

"Lalu bagaimana kondisi mendiang? "

"kedua orang tuanya mendapatkan luka bakar cukup parah dan kekurangan oksigen. Jadi saat kami mulai menangani korban, nyawanya sudah tak tertolong."

"terima kasih."

Jack mendekati David yang sedang berduka untuk menenangkannya. Sampai akhirnya proses pemakaman pun dilaksanakan.

Jack dan David mengikuti upacara dengan tenang. Sampai hanya menyisakan mereka berdua.

Suasana tenang dalam duka. Ditemani hujan yang turun sangat deras.

David masih berada di depan makam orang tuanya. Merasa tidak menyangka jika kejadian naas ini menimpa keluarganya.

"tuan Jack?"

Jack mendengar panggilan David samar.

"ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

"apa yang di katakan polisi?"

"huh... Ada indikasi pembunuhan berencana. Namun buktinya tidak cukup jelas."

Mendengar jawaban Jack, rahang David mengeras. Otot-otot tubuhnya timbul. Menunjukkan sebuah kemarahan yang besar.

David berdiri dan berniat untuk membalas dendam.

Namun Jack menghentikan David yang tampak mulai diluar kendali.

" tenanglah David. Aku tahu yang kau pikirkan. Namun dengan tubuhmu, kau hanya akan menjadi korban selanjutnya."

David sangat paham maksud Jack. Namun kemarahan dan kesedihan dalam dirinya sudah berada pada puncaknya.

"Brian!.." satu nama keluar dari mulut David.

"90% benar."

David bingung apa yang harus dirinya lakukan. Saat ini hatinya sangat ingin balas dendam. Namun disisi lain dirinya tidak mampu melakukannya.

Dalam kebingungan tersebut, David teringat keberanian Jack. Hanya Jack yang dirinya kenal berani melawan Brian.

Tanpa ragu, David langsung berlutut di depan Jack.

"tuan Jack! Tolong bantu aku membalas dendam pada Brian! Akan aku lakukan apapun selama dendam ini terbalaskan."

"kau yakin? Aku bisa membantumu! Namun ada harga mahal yang harus kau bayar."

David tidak peduli dengan harganya. Selama dendamnya terbalaskan, maka dirinya sudah siap bahkan jika organ miliknya dijual oleh Jack.

"iya! Berapapun harganya, akan aku bayar lunas!"

Sebuah kilat menyambar dilangit. Diikuti guntur bersamaan dengan tetesan hujan.

Jack menyeringai melihat sikap putus asa David.

"baiklah!"

Jack langsung menggigit jarinya. Lalu darah mengalir ke telapak tangan Jack. Berubah menjadi padat seperti kristal. Panjang dengan ujung tajam.

"biaya yang harus kau bayar adalah.. Kesetiaan."

Jleb..