NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernapasan Nirvana

Malam telah larut saat Wira kembali ke kamarnya yang kecil dan berlokasi di area pekerja perguruan. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Beberapa saat Wira hanya bengong memandangi langit-langit kamarnya, tetapi kemudian ia mengingat sebuah kitab yang tadi ditemukannya di perpustakaan. Wira mengeluarkan kitab itu dari balik bajunya dan membolak-baliknya.

“Hmm … tidak ada judul atau keterangan apa pun di sampul, bagian depan, dan belakangnya.” gumamnya dalam hati.

Wira pun membuka halaman awal buku tersebut dan mendapati sebuah catatan singkat yang berbunyi: Ini hanya catatan seorang praktisi seni bela diri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas. Semoga pembaca buku sederhana dan tak sempurna ini dapat menemukan sesuatu yang dapat berguna baginya. – N.R.

Selain inisial “N.R.” di akhir catatan tersebut, tak ada informasi apa pun mengenai isi buku itu. Wira pun membuka halaman pertamanya dan segera menemukan judul “Pernapasan Nirvana”. Di bawah judul, Wira menemukan penjelasan tentang teknik pernapasan yang umum digunakan oleh seseorang yang mulai mempelajari tenaga dalam. Sebuah metode yang ia sendiri pun sudah mengetahui dan mempraktikkannya sejak berada dalam tingkat murid dasar dan mulai melatih seni tenaga dalam.

Namun, setelah penjabaran yang tampak seperti ringkasan itu, penulis catatan menyebutkan beberapa kelemahan dari metode umum tersebut, khususnya bagi seseorang yang telah berhasil membentuk sepuluh lapisan tenaga dalam. Hal itu jugalah yang menyebabkan seseorang membutuhkan sumber daya seperti ramuan dan pil untuk mengembangkan dan meningkatkan tenaga dalamnya hingga tahap tertentu.

Semakin penasaran, Wira pun lanjut membaca. Barulah pada halaman ke sepuluh, Wira semakin terkejut saat penulis catatan itu mulai menguraikan sebuah metode yang disebutnya sebagai “Pernapasan Nirvana”. Sekilas, metode pernapasan itu memang mirip dengan metode yang biasa, tetapi saat penulis catatan itu menyebutkan tentang gerakan-gerakan dan cara mengolah napas yang dapat menstimulasi tubuh untuk menyerap energi alam, Wira mulai menyimak setiap kata dalam buku tersebut dengan serius.

Pada halaman terakhir buku, Wira tertegun. Ia menutup dan membolak-balik buku yang tak terlalu tebal itu di tangannya. Ia berpikir bukankah metode seperti ini adalah hal yang sangat berharga, tetapi mengapa sama sekali tak ada yang pernah membahasnya. Berulang kali ia membaca catatan singkat yang ada di awal buku tersebut. “Apakah karena tak ada yang pernah mempraktikkan metode ini selain penulisnya sendiri sehingga metode ini tidak dibagikan atau disebarluaskan karena belum teruji?” tanyanya dalam hati.

Atau, apakah ada semacam risiko yang didapatkan oleh pengguna metode ini di kemudian hari yang membuatnya cedera parah dan semacamnya? Berbagai pertanyaan melintas di benak Wira terkait dengan temuannya dalam catatan bersampul usang tersebut. Meski demikian, jika memang metode ini memungkinkan seseorang yang tengah melatih seni tenaga dalam untuk tidak terlalu bergantung pada sumber daya eksternal, seharusnya layak untuk dicoba.

Catatan ini menyebutkan bahwa keberadaan sumber daya eksternal memang sangat diperlukan, tetapi menjadikannya sebagai faktor utama akan memicu sebuah ketergantungan yang justru dapat membatasi pencapaian seorang pendekar di masa mendatang.

Beberapa saat berlalu, tekat Wira untuk menjadi lebih kuat pun mengalahkan kebimbangannya. Ia kembali membaca buku catatan itu dan mengingat setiap detail panduan dari metode pernapasan nirvana. Setelah dirasanya cukup, Wira menutup dan meletakkan buku itu di sampingnya.

“Langkah pertama, rileks adalah kuncinya,” batin Wira sambil membetulkan posisinya menjadi duduk bersila. Ia mulai menarik dan mengembuskan napas sesuai dengan hitungan yang tertera dalam buku tersebut. Beberapa menit berlalu, Wira merasa tubuhnya menjadi lebih nyaman, detak jantungnya juga sangat teratur dan stabil.

“Langkah berikutnya, konsentrasi adalah pintu utamanya,” Wira memejamkan mata dan mulai memusatkan pikirannya. Perlahan dan pasti, Wira seolah dapat menangkap aktivitas sekecil apa pun yang terjadi di sekitarnya: mulai dari suara angin yang sangat pelan hingga gerakan semut dan serangga kecil lainnya di lantai tanah kamarnya

Saat itu, selain nyaman, tubuhnya seakan menunjukkan kepekaan terhadap sekelilingnya. Kepekaan yang memantik kesadaran akan begitu banyak hal yang selama ini sebenarnya telah ia lewatkan. Di samping irama detak jantungnya yang teratur, Wira pun dapat merasakan aliran darah yang ada di seluruh tubuhnya.

Wira tak lagi peduli berapa waktu yang telah ia habiskan saat itu. Merasa sudah saatnya melanjutkan ke tahap berikutnya, Wira pun semakin memusatkan pikirannya, dan memasuki ranah meditasi.

Pada tahap ini, Wira membiarkan dirinya membuka dan menerima segala keberadaan yang dapat dirasakannya. Semula, ia merasa seakan-akan dipaksa untuk membuka banyak pintu yang tertutup di sekitarnya, tetapi satu demi satu, pintu-pintu itu pun terbuka dan bersamaan dengan setiap pintu yang terbuka, sebuah energi seperti mengalir memasuki tubuhnya.

Sensasi itu mirip dengan yang dirasakan Wira saat mulai menghimpun tenaga dalamnya dahulu sekali. Bedanya, energi yang mengalir dan memasuki tubuhnya itu tak berhenti dan menumpuk pada area yang biasanya disebut sebagai akar cakra. Setelah berkumpul di akar cakranya, energi tersebut mulai bercampur dengan tenaga dalamnya sendiri.

Ketika hal itu terjadi, Wira mengernyit seperti menahan sakit, seolah energi yang datang dari luar itu menyuling dan memurnikan tenaga dalamnya yang telah ada selama ini. Wira merasakan sebuah pusaran energi terbentuk dan terus berputar, seperti sedang merekonstruksi dirinya sendiri. Wira tak menyadari kalau saat itu tubuhnya telah bermandi keringat.

Beberapa saat kemudian, setelah berusaha keras mengendalikan kesadarannya dalam ranah meditasi, pusaran energi yang sejak tadi bertahan di area sekitar akar cakranya mulai mengalir keluar ke seluruh tubuhnya. Bersamaan dengan itu, keringat Wira pun semakin deras. Ia dapat merasakan aliran energi itu menyebar dan memurnikan setiap bagian dalam tubuhnya. Mulai dari meridian-meridiannya, tulang, otot, hingga sum-sum tulang dan setiap organ dalam tubuhnya.

Wira tak tahu berapa lama proses itu berlangsung. Ia hanya dapat merasakan saat seakan telah menyelesaikan tugasnya, aliran energi itu pun kembali bersemayam di akar cakranya. Wira menunggu dalam keadaan terpejam sebelum membuka kedua matanya. Selain langit yang telah kebiruan, Wira terkejut mendapati tubuhnya telah basah kuyup. Selain keringat, tampak pula beberapa bercak yang sepertinya bekas cairan berwarna gelap.

Ia mendengus dan mengernyit mendapati bau tak sedap menguar dari tubuhnya. Di sisi lain, tubuhnya justru merasa jauh lebih segar. Wira mengamati tangannya, kemudian bangkit dan mencoba melakukan beberapa gerakan. Wira terkesiap, tak hanya lebih bertenaga, setiap gerakan tubuhnya juga terasa lebih ringan.

Padahal, ia baru melakukan tiga langkah yang tertera pada tahap awal metode pernapasan nirvana, tetapi perbedaannya sudah sebesar ini. Wira mencoba memeriksa tenaga dalamnya yang hingga kini masih 15 lapisan. Namun, setiap lapisan tenaga dalam itu kini jauh lebih murni dari sebelumnya.

Wira keluar dari kamarnya dan berjalan agak menjauh. Ia menemukan satu di antara banyak pohon di kebun belakang perguruan. Wira memasang kuda-kuda dan merapal teknik pukulan bayangan miliknya. Satu tinjuan tangannya melesatkan gelombang energi yang dahsyat dan mengoyak dahan pohon yang tadi ditatapnya.

Lagi-lagi Wira tercengang. Jangkauan serangan barusan seharusnya hanya bisa dilakukan oleh mereka yang telah memiliki lebih dari 20 lapisan tenaga dalam, atau setara dengan ranah pendekar purwa. Wira pun berkesimpulan, dengan kondisinya saat ini, seharusnya ia dapat mengimbangi mereka yang telah berada pada tahap awal pendekar purwa.

Wira terhuyung. ia kembali dan duduk pada bangku di depan kamarnya. Jantungnya berdetak cepat, bukan karena kelelahan, melainkan karena gembira. Sehari sebelumnya, Wira masih disibukkan dengan rencananya untuk menjadi lebih kuat yang entah akan membutuhkan waktu berapa lama dan menghabiskan sumber daya sebesar apa.

Kini, dengan metode dari sebuah kitab yang tak sengaja ia temukan, bisa dibilang separuh dari rencananya itu telah tercapai dalam semalam saja. Ia tak tahu ini adalah hal baik atau buruk, tetapi jika tahapan awal dari pernapasan nirvana dapat membuatnya meraih kemajuan seperti ini. Wira pun memutuskan untuk melanjutkan berlatih tenaga dalam dengan metode tersebut.

1
anggita
like, iklan utk novel fantasi timur lokal, moga lancar👌
anggita
Wira...,,, Ratnasari😘
Mythril Solace
Seru banget ceritanya, thor! Alurnya ngalir dan gaya penulisannya hidup banget—bikin aku kebawa suasana waktu baca. Aku juga lagi belajar nulis, dan karya-karya kayak gini tuh bikin makin semangat. Ditunggu update selanjutnya ya! 👍🔥
Ilham Persyada: siyap kak ..🫡
total 1 replies
Hillary Silva
Gak kebayang ada cerita sebagus ini!
Kaede Fuyou
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
Ilham Persyada: terima kasih Kak ... mohon dukungannya 🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!