Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Yang Di Harapkan
Setelah melewati drama yang sangat melelahkan di rumah nya, begitu sampai di sekolah Naima di sambut dengan kabar bahagia,sebuah kabar yang sudah sejak lama di tunggu-tunggu.dan akhirnya berkat kerja keras nya selama ini Naima berhasil meraih sebuah beasiswa di sebuah kampus ternama yang ada di ibukota.
" Selamat ya Nai."
" Kamu memang pantas mendapatkan beasiswa itu Nai."
" Otak Kamu encer banget Nai,bagi tips dong Nai biar nanti ujian nya lancar."
Masih banyak lagi pujian dari teman sekelasnya yang Naima dapat kan,Naima tersenyum membisu.tidak ingin sombong dan angkuh dengan apa yang di dapat kan nya.
" Bangga banget punya sahabat seperti Kamu! Nanti sepulang sekolah Kamu wajib ikut Aku, hari ini Aku dan Mama akan mentraktir Kamu sepuas nya.kita harus merayakan keberhasilan mu ini." Lara datang memeluk bahu Naima.
Ide makan siang di dapat secara spontan, nanti dia tinggal konfirmasi saja dengan ibu nya, pasti ibu nya langsung setuju karena memang mereka sangat peduli kepada Naima.
" Jangan gitu dong Ra! Nggak enak sama Mama mu." tolak Naima selalu tidak enakan orang nya.
" No! Kali ini tidak ada penolakan,Aku maksa Kamu ikut.kalau berani nolak lebih baik kita tidak temanan lagi." mata Naima menyipit mendengar ancaman dari Lara.
Baru kali ini Lara berani mengancam nya,tapi jika di hitung-hitung mungkin lebih dari seratus kali Naima menolak ajakan Lara untuk ikut bersama keluarga nya.
Dengan anggukan samar Naima akhirnya menyetujui permintaan Lara.
" Mmmm Tapi nanti Aku pinjam handphone Kamu sebentar boleh nggak? Buat kasih tahu Ibu kalau Aku pulang telat." di luar kepala Naima sudah hapal nomer ponsel butut milik ibu nya.
Di saat kondisi mendesak dan tidak terduga seperti ini dia hanya bisa menghubungi sang ibu dengan cara meminjam handphone milik orang lain,miris memang! Di saat semua anak-anak sudah memiliki handphone namun Naima tetap berbeda dari mereka.perbedaan itu tidak membuat Naima tertelan kecanggihan teknologi.berkat kebaikan Lara lah Naima mampu mengejar ketinggalannya.
" Boleh ! Mau sekarang atau nanti?" tanya Lara dengan senang hati.
" Nanti saja, sekarang Ibu pasti lagi sibuk di pasar." jawab Naima yang sangat tahu kalau jam-jam segini waktu nya sang ibu sibuk melayani pembeli.
Bu Maryah bekerja pada warung makan milik tetangga mereka,tak hanya sekedar bekerja di sana, Bu Maryah juga di izinkan untuk menjajaki jualan nya sendiri, tidak banyak memang tapi lumayan untuk uang jajan anak-anak ke sekolah sekaligus membeli beras untuk satu hari.
Sebelum bekerja di warung ini,Bu Maryah menjual gorengan dengan berkeliling dari satu kampung ke kampung yang lain.sejak Naima masih kecil Bu Maryah memang sudah mandiri tanpa dukungan dari suami nya.
Entah apa yang membuat wanita ini bertahan hingga sekarang,hanya dia sendiri yang tahu.
Malik yang sejak tadi memperhatikan Naima dari tempat duduk nya, akhirnya memutuskan untuk bangkit dan menghampiri Naima yang tengah sibuk bercerita dengan Lara.
" Selamat ya Nai! Ini hadiah untuk Kamu." Malik mengulur kan dua batang coklat kekinian di depan wajah Naima.
Melihat apa yang di lakukan oleh Malik sang ketua kelas paling populer di sekolah mereka,semua teman-teman nya langsung bersorak heboh.hanya Naima yang mendapat perlakuan manis bin langka dari Malik.
Lara yang duduk di samping Naima spontan saja menyenggol lengan Naima.
" Seperti nya benar dugaan Aku,dia menyimpan rasa untuk Naima." batin Lara tersenyum tipis.
" Naima memang pantas mendapatkan pria seperti Malik." lanjut nya lagi.
Sebelum kejadian hari ini,Lara pernah salah menduga terhadap Malik,ia pikir selama ini Malik diam-diam tersenyum untuk nya.namun setelah beberapa kali mengamati di tambah lagi bukti yang ada di depan mata nya,Lara melapangkan dada merelakan cowok impian nya untuk sahabat yang sangat di sayangi.
" Jangan sampai gara-gara cowok persahabatan Aku putus dengan Naima." gumam nya lagi.
Karena sibuk bermonolog dengan pikiran nya sendiri,Lara kebingungan melihat suasana kelas yang sudah kembali tenang,Malik juga sudah menghilang dari pandangan mata nya.
" Buka buku kalian halaman 48." titah seseorang yang membuat kesadaran Lara pulih sempurna.
Tepat pukul dua siang,Lara benar-benar memaksa Naima untuk ikut bersama nya.
Lara sengaja minta di jemput oleh sopir ibu nya supaya Naima tidak merasa canggung terjebak dalam satu mobil dengan kedua orang tua nya.
Sepanjang perjalanan Naima tidak berhenti mengagumi mobil yang di naikin nya.
Dalam hati berdoa semoga suatu hari nanti dia bisa membeli mobil seperti ini dan akan dia bawa ibu nya jalan-jalan keliling kampung.
Lara menggandeng tangan Naima masuk ke dalam sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari sekolah mereka.
Begitu sampai di sebuah meja yang cukup luas.Naima sudah di sambut dengan berbagai macam makanan lezat, makanan yang tertata rapi di meja ini belum pernah di makan oleh nya.Naima menelan saliva dengan susah payah.orang kaya memang beda dengan mereka yang serba pas-pasan.
" Banyak sekali makanan nya? Perut Aku bisa nggak ya makan makanan mahal ini?" batin Naima dengan mata berbinar.
Namun sedetik kemudian dia berusaha menetralkan ekspresi wajah nya,jangan sampai tingkah kampungan nya memperlakukan kedua orang tua Lara.
" Silahkan di makan Nai! Ambil saja yang mana Kamu suka." ucap Ibu dari Lara yang bernama Reva.
" I- iya Tante." jawab Naima pelan.
Tapi piring Naima hanya di isi dengan nasi dan satu potong ayam goreng.Naima tidak berani mengambil yang lain nya.di rumah mereka Naima sudah terbiasa makan dengan lauk yang sedikit tapi nasi nya banyak.
" Lara daging nya masukkan ke piring Naima." titah Ayah dari Lara kepada putri nya karena beliau paham kalau Naima masih canggung kepada mereka.
Hari ini bahkan Ayah Lara sengaja pulang lebih awal demi memenuhi permintaan putri nya.melihat wajah Naima dari dekat membuat perasaan Ayah Lara seketika tergelitik nyeri.mata indah itu menyimpan banyak luka namun di balik itu semua gadis kecil ini masih berusaha tersenyum manis kepada orang lain.
" Makan yang banyak,jangan segan anggap saja kami juga orang tua mu." ujar Ayah Lara tersenyum hangat.
Hati kecil Naima bergetar, sejak kecil Naima tak pernah di perlakukan seperti ini oleh ayah nya sendiri,mengapa ada orang lain yang menganggap nya anak sementara ayah nya justru menciptakan jarak di antara mereka.
" Selamat ya untuk beasiswa yang Kamu dapat kan,Lara sudah menceritakan semua nya,Kamu memang pantas untuk mendapatkan nya." kata Ayah Lara lagi berusaha memecahkan ketegangan yang terjadi di meja ini.
" Terimakasih Om..Tante." ucap Naima .
Selama ini Naima belum pernah mendapatkan apresiasi dari sang Ayah, meskipun dia sudah membawa beberapa piala pulang ke rumah mereka dan mengikuti berbagai perlombaan lalu keluar sebagai juara nya, sedikit pun Rudi tidak pernah mengucapkan kata selamat kepada Naima, apalagi kata bangga yang paling di tunggu-tunggu oleh Naima.
Terdengar helaan nafas panjang dari Naima, seakan-akan ada beban berat yang sedang dia tanggung saat ini .sorot kekecewaan di mata nya mereda di ganti kan rasa lelah yang tidak berkesudahan.
" Jangan di simpan luka itu sendiri,kami semua ada untuk Kamu." Ayah Lara mengusap penuh kasih sayang kepala Naima yang tertunduk menatap isi piring nya.
Baru kali ini mereka memiliki kesempatan untuk berbicara lebih dekat dengan Naima,benar apa yang di katakan oleh putri mereka.Naima adalah gadis yang baik,sopan santun nya bagus.
" Di dunia ini setiap orang di uji dengan masalah yang berbeda,jangan merasa sendirian.jika suatu hari Kamu butuh bantuan datang lah kepada Om,tangan Om selalu terbuka menyambut kedatangan mu." Lara ikut memeluk sahabat nya beruntung meja yang di pilih oleh orang tua Lara berada di paling pojok sehingga tidak ada pengunjung restoran lain yang terganggu dengan pembicaraan mereka berempat.
" Tante juga akan selalu ada untuk Naima." sahut Reva menimpali dengan senyum hangat nya
Setiap kalimat yang di ucapkan oleh orang tua Lara menancap pelan di dada Naima.perih nya menyebar diam-diam kembali teringat akan sosok sang Ayah kandung yang jauh dari kata sempurna.
Hati Naima terasa semakin sesak.sentuhan tangan dari Ayah Lara berhasil membuat tulang-tulang yang rapuh kembali mekar kokoh.apa kah seperti ini rasa nya di cintai dan di sayangi oleh seorang ayah? Lalu kenapa Ayah nya tidak bisa melakukan hal sekecil ini?
Ayah Lara kembali menggenggam tangan Naima yang terasa dingin.pandangan nya mengarah lurus kepada Naima.
" Kamu anak yang hebat,cerdas dan kuat.suatu hari nanti Om yakin Kamu bakal menjadi wanita yang sukses.tunjukkan kepada mereka yang meremehkan Kamu bahwa Kamu bisa sukses meskipun tanpa dukungan dari mereka."kata nya pelan namun penuh tekanan.
Naima menunduk menyembunyikan air mata yang nyaris tumpah.bukan karena takut ataupun malu,tapi lebih ke ingin menjaga situasi.
" Anggap saja Om juga ayah Kamu! "Naima sangat beruntung hari ini.Lara sama sekali tidak cemburu melihat Naima di perlakukan hangat oleh kedua orang tua nya,rencana nya nanti di manapun Naima melanjutkan pendidikannya.Lara akan mengikuti jejak sahabat nya agar mereka tetap bisa saling bersama .Lara ingin menemani Naima menuju kesuksesan.dan jika masa itu telah datang, Lara sendiri yang akan memamerkan kesuksesan Naima kepada Rudi dan juga keluarga nya.
Ada kehangatan yang luar biasa menyusup ke dada Naima.bukan karena di ajak makan ke tempat mewah, melainkan karena kata Ayah yang begitu menenangkan di tengah krisis kepercayaan nya terhadap sosok tersebut.
Sekejap saja Naima merasa aman dan nyaman berada di tengah keluarga Lara.
" Terimakasih Om! Tante." balas Naima dengan air mata yang jatuh tak bisa di tahan lagi.
Naima tidak mengerti kenapa justru di hadapan orang tua Lara ia begitu leluasa menangis.padahal selama ini ia begitu pandai menyembunyikan perasaannya.ia biasa menahan semua nya rapat-rapat bahkan di hadapan orang paling terdekat sekali pun.
" Sama-sama sayang! Tante doakan hidup Kamu nanti lebih sukses dari Tante."
Bersambung
Please guys jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar meskipun hanya satu kata saja.like vote dan bantu rate ⭐⭐⭐⭐⭐ nya guys.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...