Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.
Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.
Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.
Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !
Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 MENJADI GISELA YANG BARU
Gisela berjalan terhuyung-huyung tanpa tahu arah.
Sepanjang jalan di luar, dia hanya bisa menggerutu sambil terus melangkahkan kedua kakinya diatas trotoar jalan.
Harimau kecil bernama Amur mengikutinya dari arah samping dengan terbang rendah di dekat Gisela.
Tampak Gisela meracau sendirian selama dia berjalan kaki, lebih mirip orang gila karena terus saja berbicara seorang diri sedangkan Amur hanya terbang mengikuti langkah kaki Gisela.
Tiba-tiba Gisela berteriak keras sembari menggoyangkan kepalanya cepat.
"Aaaaaaaahhhhkkk !!!"
Gisela terdiam lalu memandang lurus ke arah jalan sepi di dekat trotoar.
"Mengapa ini terjadi padaku ?" gerutu Gisela frustasi.
Gisela menyentakkan tubuhnya dengan kasar seraya duduk berselonjor lurus sembari mendesah lirih.
"Mengapa menjadi seperti ini ?" ucapnya lalu menatap ke arah langit biru cerah diatasnya.
Pemandangan langit penuh awan putih berarak cantik seperti lukisan namun pemandangan indah itu tidak melunturkan kemurungan Gisela.
"Kenapa hidupku sesial ini ?" ujarnya penuh tanya.
"Jangan patah semangat, Gisela !" kata Amur lalu terbang turun mendekati Gisela.
"Tidakkah kau tahu kalau aku sangat kacau sekarang ini, lihatlah penampilanku, bisakah kamu menyelamatkan keadaanku ?" tanya Gisela seraya menoleh kepada Amur.
Amur terdiam sesaat sepertinya hewan berbulu belang itu berpikir serius mengenai setiap perkataan Gisela.
"Sebaiknya kita pulang sekarang, Gisela", kata Amur.
"Kemana ?" tanya Gisela sembari berpangku tangan di tepi jalan, duduk cuek di atas jalan trotoar.
"Ke rumah, Gisela", jawab Amur.
"Aku tidak tahu rumah Gisela", kata Gisela.
"Apakah kamu tidak pernah bermain ke rumah Gisela dulu ?" tanya Amur.
Harimau kecil itu berdiri di dekat Gisela sembari menatapnya.
Gisela hanya menggeleng pelan, melirik sekilas lalu menundukkan pandangannya.
"Tidak, aku tidak pernah berkunjung ke rumah Gisela sewaktu menjadi Valeria", ucapnya.
"Bukannya kalian adalah satu akademi di Soleram, bagaimana bisa kalian tidak saling dekat ?" tanya Amur.
"Karena kami bukan teman, Amur", sahut Gisela seraya mendesah pelan.
"Oh, begitu, ya, pantas saja, kalian saling jauh dan bersaing", kata Amur.
"Yah, begitulah, aku terlalu sibuk mengurusi lagu-laguku yang hits dan berpergian ke seluruh kota untuk tour", kata Gisela saat dia mengingat masa lalunya menjadi Valeria yang penuh gemilang.
"Dan Gisela dulu, apa yang dia kerjakan selama ini ?" tanya Amur.
Gisela tersenyum samar lalu memalingkan mukanya ke arah langit.
"Entahlah, aku tidak tahu menahu tentang dia dulu, Gisela tenggelam dalam kesendirian tanpa mau berdekatan dengan siapapun bahkan teman se-akademi juga kurang akrab dengannya", lanjutnya.
"Kasihan Gisela, tidak punya teman, tapi dia sangat ingin menjadi sepertimu sehingga dia mengambil jalan nekat bertukar nasib denganmu", kata Amur.
Amur mengibaskan ekor kecilnya berulangkali.
"Itu yang aku sesali, dia senekat itu tanpa tahu akibatnya", kata Gisela tampak marah.
"Tapi, dukun tua itu menolongnya dan mewujudkan cita-citanya menjadi dirimu", kata Amur.
"Yah, aku tahu itu meski sangat menyakitkan buatku karena hal itu", sahut Gisela.
"Tetaplah bersemangat meskipun kau telah berganti menjadi dia", kata Amur sembari menggesek-gesekkan kepalanya kepada lengan Gisela.
"Hal itulah yang sekarang aku coba, hidup menjadi seorang Gisela walaupun berat bagiku menjalaninya, Amur...", sahut Gisela sembari menggaruk bagian belakang telinga Amur.
"Pasti kau bisa, dan aku akan membimbingmu hidup lebih baik dan mengubah takdirmu sebagai Gisela yang berbeda", kata Amur.
Gisela memalingkan mukanya ke arah Amur yang ada di sampingnya lalu tersenyum simpul pada harimau kecil itu.
"Apa yang kau bisa, Amur ?" tanyanya.
"Misal saja seperti mencari rumah Gisela yang dulu", sahut Amur dengan menjilati lengan kakinya.
"Benarkah itu, kau bisa menemukan rumah Gisela ?" tanya Gisela terkesima.
"Dengan satu kedipan mata maka aku dapat menemukan rumah Gisela tanpa bersusah-susah mencarinya", jawab Amur sambil menggoyangkan ekornya.
"Mmmm..., baiklah... Mari kita cari rumah Gisela yang dulu !" kata Gisela sambil mengangkat tubuh harimau kecil itu ke hadapannya.
"Ya...", kata Amur lalu tertawa.
"Ayo, kita berangkat sekarang, Amur !" perintaj Gisela penuh semangat.
Pada saat yang bersamaan, sebuah mobil mewah melintas di dekat trotoar dimana Gisela duduk disana.
Mobil mewah berwarna hitam seperti sengaja menerobos genangan air di dekat jalan trotoar sehingga menciprati tubuh Gisela hingga basah oleh genangan air kotor saat gadis bertubuh gendut itu duduk di atas trotoar.
"PLASH... !" cipratan air kotor langsung mengenai wajah Gisela dan Amur.
Gisela memekik kecil ketika wajahnya berubah kotor oleh cipratan air.
"Auwh ?!" pekiknya seraya mengedipkan kedua matanya secara bersama-sama.
Gisela menolehkan pandangannya ke arah mobil mewah yang melintas di depannya barusan.
Sebuah mobil warna hitam keluaran baru yang mahal harganya itu bergerak menjauh pergi tanpa Gisela mampu menghentikannya.
Namun Gisela segera mengenali mobil mewah itu dengan menandai plat nomernya yang tertera oleh namanya secara khusus.
Gisela teringat bahwa dia pernah memesan spesial plat nomer teruntuk mobilnya sewaktu dia menjadi Valeria yang penyanyi populer dulunya.
"Itu mobilku...", gumamnya murung ketika mobil berwarna hitam beranjak pergi darinya.
"Pengendaranya sangat keterlaluan dan kurang ajar sekali padamu, seolah-olah dia tidak menganggap dirimu ada, Gisela", kata Amur sembari mengibaskan bulu-bulunya yang terkena noda air kotor.
"Sopirku tidak akan berlaku kasar seperti itu, Amur", kata Gisela.
"Apa mobil itu punyamu ?" tanya Amur.
"Dulu...", sahut Gisela sembari beranjak berdiri dengan tubuh basah kotor.
"Kasihan sekali kau, Gisela..., pasti orang yang ada di dalam mobil mewah itu sengaja melakukannya padamu...", kata Amur lalu terbang menjauh dari Gisela.
"Yah, aku tahu itu", sahut Gisela sembari tersenyum sekilas.
"Lebih baik kita pergi sekarang, Gisela !" kata Amur.
"Kemana kita pergi, Amur ?" tanya Gisela.
"Ke rumah Gisela yang dulu", jawab Amur.
Gisela sejenak terdiam seraya tertegun ketika dia memandang ke arah harimau putih.
"Apakah kau tahu jalannya kesana, Amur ?" tanyanya dengan wajah murung.
"Ya, aku tahu rumah Gisela", sahut Amur.
Amur terbang tinggi di depan Gisela sambil menelusuri jalan di sepanjang jalan trotoar.
Gisela terus mengikuti arah gerakan Amur ketika mereka pergi, untuk mencari rumah tinggal Gisela yang dulu.
Keduanya bergerak bersama-sama sepanjang jalan sepi.
Di tempat lain, jauh dari Gisela dan Amur yang bersama-sama saat ini.
Tampak sebuah mobil berwarna hitam berhenti terparkir di dekat taman sepi.
Di dalam mobil, seorang gadis berpenampilan cantik mempesona duduk sembari tersenyum puas.
Gadis itu adalah Valeria, penyanyi populer yang menjadi teman satu akademi Gisela di Soleram Internasional.
"Rasakan kau sekarang, Valeria...", ucapnya.
Wajah Valeria terlihat sangat puas sekali kerika dia melihat Gisela diam tak berkutik karena perbuatannya yang sengaja menciprati Gisela dengan genangan air kotor sewaktu dia menyetir mobil tadi.
"Rasakan bagaimana jadi aku yang dulu, sangat malang dan terlihat rendah di mata semua orang tanpa satupun yang peduli padaku ketika aku menjadi Gisela", kata Valeria.
Valeria menatap ke arah luar mobil dari balik kaca mobil.
Dia mendesah lirih ketika mengingat semua kenangan di masa lalu sewaktu dia menjadi seorang Gisela.
Valeria ingat ketika dia menjadi Gisela yang bertubuh gemuk tak terawat sedang berjalan kaki seorang diri menuju akademi tanpa seorang teman satupun yang mau berjalan bersama-sama dengannya.
"Kasihan sekali kau Valeria harus hidup sebagai Gisela menggantikan aku yang dulu, dan kau tahu rasanya menjadi aku", ucap Valeria sembari tersenyum sinis.
Valeria menurunkan kaca mobilnya sambil menengok ke arah kaca spion.
"Aku harap kamu tetap kuat dan bertahan menjalani nasibmu sebagai Gisela, dan semoga kau bahagia saat ini", ucapnya.
Sorot mata Valeria berubah lain dengan sorot mata yang sangat dingin.
Trrrt...
Dering suara ponsel Valeria berbunyi keras ketika dia sedang larut tenggelam dalam pikirannya, mengingat dirinya yang dulu sebagai Gisela.
"Ya, ada apa ?" tanyanya.
Sejenak Valeria sibuk menelpon lalu dia menutup panggilan teleponnya.
"Ada wartawan yang hendak mewawancaraiku sehubungan dengan tourku nanti...", ucapnya.
Valeria tertawa keras lalu menaikkan kaca mobil sebelum dia melanjutkan perjalanannya lagi.
Terdengar suara mesin mobil menyala kembali dan mobil mewah itu bergerak lambat dari arah taman, tempat dia memarkir mobil mewah hitam itu.
Valeria melajukan mobil mewah itu menjauh pergi menuju ke arah kediamannya yang eksklusif dikawasan bergengsi.