Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nathan?
Angel melangkah keluar dari ruangan Daren dengan raut wajah datar. sebelah tangannya memegang berkas berwarna merah yang harus di serahkan pada general Manager.
Angel berhenti di depan wanita paruh baya yang sedang membersihkan kaca. ia menyapa wanita paruh baya itu dengan senyum manis.
"Permisi bu. " wanita paruh baya itu menengok. wjaahnya sudah di penuhi keriput, keringat menetes dari pelipis. raut wajahnya terlihat lelah namun masih bisa tersenyum pada Angel.
"iya non? "
Angel menatap iba pada wanita paruh baya di hadapan nyaa. di usia yang sudah tak lagi muda, dia masih melakukan pekerjaan berat sebagai office girl. selama ini ia kurang bersyukur padahal hidupnya hanya tumpang kaki saja, setiap bulan uang dari ken masuk ke rekeningnya.
"maaf Bu kalo ruang general Manager dimana ya?" tanya angel dengan suara lembut.
"ohh ruangan pak Nathan. Ruangan pak Nathan di lantai sebelas Non. "
"oh iya bu. terimakasih." Sebelum pergi Angel menyelipkan 5 lembar uang kertas di tangannya membuat wanita paruh baya itu kaget.
"eh non ini apa? " Tanya wanita itu dengan kebingungan.
"buat bibi beli makan. " sebelum wanita tua itu menyerahkan kembali uang kepadanya Angel dengan cepat berlalu dari sana dan memasuki lift khusus eksekutif.
"Ya allah terimakasih. semoga hidup nona muda itu selalu bahagia. " ucap wanita paruh baya itu sambil menangis terharu.
Angel menekan angka sebelas, matanya melirik jam di pergelangan tangan.
"jam tujuh lebih tiga puluh lima menit. " gumamnya dengan suara rendah. tangan kanannya masuk ke dalam saku blazer memastikan benda yang dia bawa masih tersimpan rapi.
Tingg...
tak menunggu lama lift terbuka, angel melangkaj fengan percaya diri melewati jajaran para staf yang memandang penasaran pada dirinya.
"siapa itu? kaya ga pernah lihat"
"gila.. bening bener "
"itu kan sekertaris baru pak daren. yang gantiin si Mia. "
"anjirr cantik bener. Jangan-jangan udah pernah seranjang sama pak daren. body nya sexy gitu"
Bisik-bisik itu terdengar jelas di telinganya. Rasanya ia ingin menyumpal mulut mereka saat mendengar perkataan terakhir dari salah seorang wanita di sana. apakah mereka tidak ada pekerjaan sehingga menyempatkan diri untuk bergosip ria? padahal berkas di kerja mereka masing-masing menumpuk dengan penuh.
angel menghela napas pelan saat matanya menangkap ruangan bertuliskan general manager. dengan cepat dia melangkahkan kaki sebelum tuannya kembali marah karena telat mengantar kopi.
Tokk.. tok.. tok.. Angel mengetuk pintu perlahan.
anger mengernyit, tidak ada sahutan dari dalam. tangannya kembali terulur untuk mengetuk pintu namun belum sempat di ketuknya suara berat seorang pria terdengar di belakangnya.
"Ada apa? "
Angel membalikan tubuhnya saat mendengar suara berat pria persis di belakangnya.
Untuk sesaat angel dan laki laki itu terpaku memandangi wajah di hadapannya.
"Kenapa aku merasa pernah mengenal pria ini? tapi dimana?" pikir angel dalam hati.
Mata biru pria itu terasa tidak asing, ada tatapan hangat namun juga sulit di artikan.
pria di hadapannya juga menggumamkan sesuatu di dalam hatinya.
"Kenapa wajahnya mirip dia? tapi tidak mungkin!"
Pria berusia 30 tahun itu menggeleng pelan mengusir pikiran aneh dalam otaknya.
"ekheemmm" dia berdehem pelan menyadarkan angel dari keterpakuannya.
Angel gelagapan, ia tersadar sudah memperhatikan laki laki ini dalam waktu yang cukup lama. kepalanya menunduk dengan sopan. lalu tersenyum tipis menutupi kegugupannya.
"maaf Pak. saya di tugaskan pak daren untuk mengantarkan berkas pada anda. Beliau berpesan agar anda mengerjakannya dengan baik. " ucap angel dengan suara yang lebih tenang. ia menyodorkan dokumen berwarna biru pada nathan.
Nathan, pria berusia tiga puluh tahun yang berstatus sebagai general manager di perusahaan Castello Corp. Pria tampan blasteran Belanda dengan kulitnya yang bersih dan salah satu pria yang digilai para wanita di perusahaan selain Daren.
"ckkk. " Nathan berdecak. bagaimana bisa ia harus merevisi kembali laporan yang sudah ia revisi hampir sepuluh kali. entah apa lagi kesalahannya kali ini.
Dengan malas nathan mengambil berkas dari tangan Angel.
"bilang pada atasanmu itu aku akan segera menyelesaikan nya dengan baik. " nada suara nathan terdengar sedikit mencemooh. Namun angel tidak terlalu mempedulikannya.
setelah memastikan berkas itu sampai di tangan nathan ia pamit untuk kembali ke lantai atas.
"baik Pak. saya permisi".
"tunggu sebentar. " Angel terdiam mendengar seruan nathan. ia diam menunggu nathan untuk berbicara tapi nathan hanya terdiam sembari memperhatikan wajahnya seolah sedang mencari sesuatu di sana.
"Aku seperti pernah melihatmu. " gumam Natahan dengan suara pelan namun masih bisa di dengar dengan jelas oleh Angel.
Angel sedikit menegang mendengar hal itu. tidak mungkin ada yang mengenali dia disini sebagai adik seren. kakaknya tidak pernah mengenalkan teman-teman kantor padanya.
"ahh lupakan. wajahmu hanya mengingatkan ku pada seseorang. " lanjut nathan.
Angel menghembuskan napas lega. jantungnya berdetak kencang. ia memandang punggung natahan yang menghilang di balik pintu, lalu segera berjalan pergi menajuh dari ruangan itu. Langkahnya tergesa gesa seperti di kejar sesuatu.
Angel memasuki lift dan menekan tombol paling dasar. ia harus membuatkan kopi hitam untuk Daren.
setelah sampai di pantry tangannya dengan cekatan mengambil gelas memanaskan air di dispenser . mengambil kopi bubuk yang tersedia di laci lalu menambahkan satu sendok gula ke dalam gelas. "Daren bilang ia ingin kopi hitam berarti satu sendok saja sudah cukup. "pikirnya
"memang orang sepertimu sangat membutuhkan kafein yang tinggi agar bisa hidup dengan tenang setelah melakukan sebuah kesalahan. " Angel bergumam dalam hati. mengaduk kopi di tangannya dengan perlahan.
Angel mengedarkan pandangannya ke sekeliling pantri, memastikan bahwa tidak ada orang lain di sana selain dirinya. tangannya masuk kedalam saku blazer mengeluarkan sebuah plastik putih yang berisi serbuk putih di dalamnya.
dengan cepat dia menuangkan serbuk putih itu ke dalam kopi milik Daren, lalu mengaduknya agar tidak meninggalkan jejak.
"Kita akan buat hidupmu menjadi lebih berwarna tuan Daren. " Angel tersenyum miring sambil terus mengaduk kopi hitam itu.
"kamu perlu serbuk putih ini agar hidupmu menjadi berwarna setelah kopi hitam buatanku ini. " Lalu angel terkekeh pelan, di matanya berkilat emosi yang membara.