NovelToon NovelToon
Larasati Untuk Arjuna

Larasati Untuk Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami ideal
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eed Reniati

Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.

Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"

"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.

"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.

"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.

Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Bom waktu

"Mama dengar kamu jadi relawan di Gaza, apa benar?"

"Anda datang hanya untuk menanyakan itu?"

Hanum hanya mengangguk mendengar ucapan dari Laras. "Harusnya anda senang jika saya pergi."

"Laras... jangan bicara begitu." ucap sedih Hanum.

Hanum sengaja menemui Laras setelah tahu dari Rio, kalau Laras akan menjadi seorang relawan.

"Seharusnya anda senang, jika saya pergi jauh. Saya itu seperti bom waktu yang bisa menghancurkan nama baik Notonegoro, dan menjatuhkan anda. Dengan kepergian saya, syukur jika tidak kembali, maka rahasia ini akan aman dan terkubur selamanya."

"Jangan katakan itu," sedih Hanum dengan meneteskan air matanya.

"Jangan menangis, apa anda tidak lihat kita di tempat umum. Apa anda ingin membuat public berpikir, saya adalah anak durhaka?"

"Bu... bu bukan begitu, Ras." ucap Hanum dengan berusaha untuk tidak meneteskan air matanya.

"Keputusan saya sudah bulat, siapa pun tidak bisa merubah."

"Apa mas Rio mengijinkan mu, pergi?"

"Saya sudah 27 tahun, dan dalam kondisi sehat. Jadi saya legal untuk memutuskan apapun, tanpa ikut campur orang lain, meski anda orang tua saya secara hukum."

Hanum menundukkan kepalanya, sambil menghapus air matanya. Laras hanya melihat sekilas dan berjalan pergi, meninggalkan Hanum yang masih duduk di taman rumah sakit.

Seharusnya Laras pulang satu jam yang lalu, tapi saat hendak pulang Hanum datang menghampirinya di rumah sakit, dan ingin bicara sebentar.

Saat berjalan keluar dari rumah sakit, menuju jalan raya sebuah motor sport tiba-tiba menghalangi jalannya. "Butuh ojek?" canda Juna, sambil membuka kaca helm Full face yang Juna gunakan.

Laras mengakat sudut bibirnya keatas, menciptakan senyum tipis di bibirnya. "Aku tidak sanggup membayar jika memasang tarif," jawab Laras dengan bercanda.

"Hahaha, di jamin ramah di kantong, ayo naik." ucap Juna sambil menyodorkan helm kepada Laras.

Laras melirik kearah belakang di mana Hanum melihat dari jauh. Sebenarnya Laras tidak ingin berurusan dengan Juna, tapi jika dia terlalu lama menunggu ojek dia juga tidak nyaman jika di perhatikan oleh Hanum.

"Mau kemana, neng?"

"Terserah," ucap Laras, dengan mata fokus ke depan.

Tanpa bertanya lagi, Juna membawa Laras ke pantai pinggiran ibu kota.

"Menikmati senja di pantai emang momen yang paling indah." ucap Laras, sambil melepas helm setelah turun dari motor Juna.

"Ada yang bilang, keindahan senja terasa lebih hidup dan magis saat di pantai."

"Betul, karena saat matahari perlahan terbenam, warna langit akan berubah menjadi perpaduan jingga, merah, dan ungu yang menciptakan warna yang memukau." sambung Laras.

Mereka sama-sama diam, menikmati angin pantai yang berhembus membawa aroma laut di iringi suara ombak, dan lalu lalang orang-orang yang menikmati keindahan senja di pinggir pantai.

"Aku tahu kamu butuh ketenangan, dan pantai menawarkan itu." ucap Juna, sambil melirik Laras yang terlihat menikmati keindahan senja.

"Aku tahu tempat ini saat aku masih SMP. Bunda ada kerjaan di Jogja, aku habiskan waktuku di sini jika lagi pingin sendirian, tanpa mau di ganggu oleh papa atau opa." sambung Juna.

"Pantai emang selalu menawarkan kedamaian, selain keindahan alamnya." ucap Laras akhirnya

"Karena itu aku bawa kamu kesini, aku tahu kamu butuh tempat yang indah."

"Aku tahu ada yang ingin kamu ketahui tentang aku?" Tanya Laras, membuat Juna menghela nafasnya, meskipun Juna memiliki banyak pertanyaan di dalam hatinya, tapi Juna juga tidak ingin membuat Laras terpaksa bercerita. "Aku tahu kamu juga melihat ada mama Hanum di sana tadi." sambung Laras.

"Ibuku kandungku bernama Nurul, papa berpacaran selama 2 tahun dengan ibu. Ibu yang yatim piatu, dan bekerja sebagai penjaga toko di biayain papa untuk lanjut sekolah melalui kejar paket C. Dari sana hubungan mereka mulai jauh, ibu memberikan semuanya untuk papa. Hingga akhirnya papa dijodohkan dengan mama Hanum, dan... "

"Tidak usah meneruskan cerita mu, jika hanya mengorek luka di hatimu," ucap Juna saat Laras terdiam.

"Bukannya kamu penasaran, dengan siapa aku sebenarnya?" Laras memejamkan matanya sesaat, sambil mendongak melihat keatas menahan air matanya untuk tidak keluar. "Mama Hanum yang merupakan mantan pacar papa dan masih mencintai papa, berusaha memisahkan mereka dan itu berhasil." suara Laras mulai terdengar bergetar. "Akhirnya keinginan mama Hanum tercapai dan bisa menikah dengan papa, setelah ibu memutuskan untuk pergi seminggu setelah bertemu dengan mama Hanum."

"Sudah cukup, jangan diteruskan," ujar Juna lirih ketika melihat ada air mata membasahi pipi Laras.

"Ibuku...sadar hamil saat sudah meninggalkan papa, tapi saat kembali untuk memberi tahu kehamilannya, papa sedang mengurus permohonan nikah kantor. Tidak ingin menjadi beban, ibu memutuskan untuk merahasiakan dari papa dan membesarkan kami seorang diri." Laras terdiam, menjeda kalimatnya.

"Manusia berencana, tuhan pula yang menentukan takdir. Ibu mengalami pendarahan saat melahirkan kami, adikku mengalami gagal pernafasan. Di tengah-tengah rasa sedih dan putus asa, ibu memutuskan menghubungi papa... " ucap Laras dengan suara bergetar, menahan tangisannya. "Tapi yang datang mama Hanum, bukan papa."

Juna menarik tubuh Laras masuk ke dalam dekapannya, sambil mengusap kepala Laras. Tubuh Laras bergetar, Laras menangis dalam dekapan seorang Arjuna.

"Menangis lah, supaya beban mu berkurang. Menangis lah, supaya perasaan mu bisa lebih baik?"

"Aku benci papa, aku benci ibu yang meninggalkan aku seorang diri di sini? Aku benci ibu yang mencintai papa, sampai rela berkorban untuk tidak mengatakan kebenaran demi karir dan nama baik papa. Aku benci dengan mama Hanum yang egois, hanya karena cinta. Aku benci diriku sendiri, jika aku tidak lahir ibu tidak akan meninggal."

"Siapa pun boleh kamu benci, tapi jangan kamu benci dirimu sendiri. Percayalah ada pelangi setelah hujan," bisik Juna.

"Aku memutuskan keluar dari rumah, sejak tahu kebenarannya. Hatiku sakit, dan menyalahkan papa dan mama. Aku selalu bertanya, kenapa mama tega menyakiti sesama perempuan hanya karena seorang pria. Aku ingin pergi meninggalkan semuanya, aku ingin menyusul ibu dan adikku supaya tidak menyimpan dendam dan sakit hati, kepada papa dan mama."

"Aku juga pernah merasa kehadiranku, hanya menjadi beban bunda. Aku berpikir jika aku tak ada di perut bunda, mungkin hari-hari bunda akan lebih baik."

"Kita berbeda Juna," ucap Laras sambil berjalan membelakangi Juna. Untuk pertama kalinya Laras memanggil nama Juna, setelah sekian lama nama itu tidak di sebutkan dari bibir seorang Laras .

"Tapi intinya sama, kita merasa menjadi penghambat kebahagiaan orang yang telah melahirkan kita, Ras. Aku tahu kamu sangat sayang dengan Tante Hanum, mama yang telah membesarkan mu dan merawat mu dari kecil. Apa yang kamu rasakan sekarang hanya rasa kecewa, dengan sikap tante Hanum waktu muda."

"Aku benci karena cinta buta mama Hanum, membuat ibu harus menderita sampai meninggal."

"Umur, dan garis hidup seseorang sudah ada yang mengaturnya, Ras. Mungkin itu sudah menjadi jalan hidup ibu dan adik kembarmu."

"Tapi jika mama Hanum tidak berbuat seperti itu, papa pasti menikah dengan ibu dan bisa melahirkan dalam keadaan sehat."

Juna tahu sangat susah bicara dengan orang yang pikiran dan hatinya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Juna akhirnya memilih diam, dan memperhatikan Laras.

Flash back

Hari itu Laras yang pulang dari kampus sedikit telat, karena ada kegiatan himpunan mahasiswa tidak sengaja mendengar suara papanya yang sedang marah.

Padahal setahu Laras, papanya sedang ada kunjungan kerja ke daerah Jawa Tengah, dan baru pulang esok lusa.

"Wujudmu bidadari, tapi hatimu iblxs, Num."

"Maaf, mas. Aku menyesal, aku tidak tahu kalau saat itu Nurul hamil Laras dan Restu."

"Kenapa namaku yang di sebut?" pikir Laras, sambil menghentikan langkah kakinya.

"Jika hari ini aku tidak ketemu, Yani. Aku tidak akan pernah tahu kalau Nurul sudah meninggal, karena melahirkan anak-anakku. Aku tidak akan tahu kalau Laras adalah anak kandungku!"

"Emang aku bukan anak kandung mama, apa?"

"Maaf mas, aku takut jika waktu itu jujur kamu akan marah dan membenciku."

"Tentu, tentu aku akan membencimu, karena membuat Nurul yang berpikiran polos itu pergi meninggalkan aku."

"Maaf mas, maafkan aku... "

"Terima kasih sudah merawat dan membawa putriku ke sisiku, tapi maaf aku tidak bisa hidup denganmu. Lebih baik kita akhiri pernikahan kita, Radja dan Laras akan ku bawa."

"Maaf mas, tolong jangan lakukan itu. Mereka anak-anakku jangan pisahkan kami, saat itu aku hanya memikirkan tentang cintaku padamu tanpa tau akan berakibat seperti ini."

"Itu bukan cinta, tapi keegoisanmu untuk memiliki seutuhnya! Karena keegoisan mu, orang lain yang menjadi korbannya, apa kamu tahu itu?" marah Rio.

"Aku memang egois, karena cinta mas. Tapi kamu juga brengsxk, jika kamu mencintai Nurul kamu tidak akan merusak, dan menyentuhnya sebelum kalian halal, mas!" ucap Hanum, dengan suara yang lebih kencang.

"Di mataku kamu adalah lelaki sempurna, yang memiliki akhlak yang baik, yang bisa menjadi imamku. Jika aku tahu kamu sudah merusak Nurul, aku...."

"Siapa Nurul?"

Hanum dan Rio langsung diam seribu Bahasa, saat melihat Laras yang sudah berdiri di ambang pintu dengan air mata menetes. Dan sejak hari itulah awal keluarga harmonis, menjadi berantakan. Kebenaran yang selama ini Hanum tutup rapat, akhirnya menjadi bom waktu yang menghancurkan keluarga harmonisnya.

Flash end

1
Rita Rita
anak dan emak sama sama ular
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
Nene di Oon
semangat KK author
eed: Semangat kakak, terimakasih 🙏💕
total 1 replies
Nene di Oon
ceritanya seru dan tidak bertele²👍👍👍
Nene di Oon
menurut sy ceritanya seru tidak bertele² semangat terus author
eed: Terima kasih, kak 🙏💕.
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
Hanum masih aja bloon dan jahat
kalea rizuky
jahat bgt Hanum
Rita Rita
gimana kalo Arjuna tau Laras ikut di tim dokter yg jelas " berbahaya. 🤔🤭
Rita Rita
Juna pergi untuk pendidikan dan pulang setelah selesai langsung nikah sama Laras,,
Rita Rita
suka banget dengan sikap tegas Juna. ga tau malu banget si Cindy . udah ibu Juna dihancurkan mau nikahin lagi anaknya dengan anak sendiri
dasar jalang
Rita Rita
keknya paling banyak ulet bulu disini 🤔🤭
Rita Rita
wah taktik licik nih kalo ketahuan bakalan hancur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!