Novel ini merupakan kelanjutan cerita dari Novel Wanita Lucu Itu Istriku.
Marina merupakan gadis cantik, berambut ikal panjang, dan lemah lembut. Parasnya yang cantik membuat banyak kaum Adam menaruh hati padanya, tak terkecuali sahabatnya sendiri, yakni Daren. Pria blasteran Indo-Jerman itu sudah lama menyukai Marina. Namun, wanita itu tak peka terhadap cinta. Karena minimnya pengalaman dalam dunia percintaan.
Marina terkenal cukup pendiam, dia hanya bereaksi keras bila bertemu pria yang bernama Aljav. Pria itu selalu saja mengejeknya sebagai titisan body losion. Keduanya adalah anak dari dua pasang sahabat, yakni Alea dan Dina.
Sejak kecil hubungan mereka tak pernah akur. Namun, di tengah hubungan yang buruk itu, kedua orang tua Aljav justru menjodohkan Marina dan Aljav, meski tahu Marina sangat membenci pria tersebut. Sejujurnya ada alasan lain di balik perjodohan konyol itu. Apakah alasannya? dan bagaimanakah cara Aljav dan Marina mempertahankan rumah tangga mereka yang sering di warnai kesalahpahaman?
Saksikan kisahnya berikut ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suharni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode. 35. Maafkan Aku.
Perkataan Aljav yang tak terbantahkan menyisakan kekesalan dalam hati dan benak Marina. Wanita itu tak bisa berbuat apa-apa ketika pria yang berstatus sebagai suaminya itu melarang dirinya untuk bekerja. Terlebih lagi dia harus menyaksikan kebersamaan Suaminya bersama wanita lain.
Mengingat kekecewaan itu, Marina tak mau makan walau telah memasak menu kesukaannya. Namun, dia seperti bad mood. Aljav pria angkuh, maunya menang sendiri, tak pernah memikirkan bagaimana sakitnya perasaan Marina ketika sakralnya pernikahan harus di perolok-olok dengan adanya wanita lain dalam biduk rumah tangga mereka.
Marina masih duduk diam di ruang makan. Dia tak menyentuh makanan yang tersaji di atas meja. Bahkan untuk sekedar melihatnya saja pun tak suka. Marina seolah kehilangan selera makan, atau karena tak ada Aljav yang menemaninya makan. Entahlah.
Marina seperti mengalami ketergantungan terhadap Aljav yang selalu makan bersamanya walau hati galau. Akan tetapi, sekarang dia harus menikmati kesendiriannya di ruang makan.
"Dia pergi kemana? kenapa belum juga pulang? dia kan tahu kalau aku tidak suka makan sendiri. Aku mau makan kalau sama dia disini," lirih Marina. Air mata wanita itu sudah tertampung di pelupuk matanya. Bukan karena sakit hati setelah mendapat larangan bekerja, melainkan Marina tak suka duduk sendirian di meja makan.
Marina dan Aljav menjadi lebih dekat berkat kebersamaan mereka di meja makan. Marina yang suka masak, selalu sukses membangkitkan selera makan suaminya itu. Sementara Marina juga tak suka makan sendiri, dan Aljav lah yang selalu setia menemani wanita itu di meja makan. Meski menyadari bagaimana kondisi hubungan mereka yang tak pernah harmonis.
"Buka mulutmu dan makanlah," ucap Aljav tiba-tiba yang sudah duduk di kursi makan sembari menyuapi Marina. Sontak saja Marina kegirangan dalam hati. Namun, sedetik kemudian Marina menolak suapan Aljav sebagai tanda bahwa dirinya memprotes suaminya itu.
"Aku tidak mau makan!" tandas Marina seraya memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
"Jangan seperti anak kecil! aku tahu kamu tidak bisa makan jika tidak duduk bersamaku disini. Jadi berhenti bersikap seolah kamu memprotesku!"
Apa Aljav memiliki indera keenam? bagaimana bisa dia tahu, bahwa Marina tak bisa makan jika tak ada dirinya di meja makan?
"Dasar pria menyebalkan! bagaimana dia bisa tahu perasaanku?" gumam Marina setengah kesal.
"Makanlah! atau aku tidak akan pernah menyuapimu lagi," ancam Aljav, dan sukses mengalihkan perhatian Marina.
"Iya, baiklah aku makan. Cerewet sekali," balas Marina kesal. Namun, sejujurnya hati wanita itu ber-iyes ria karena mendapat suapan dari pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut. Namun, baru juga satu suapan Aljav langsung berhenti menyuapi Marina.
"Makanlah sendiri! kamu masih punya tangan bukan?" tutur Aljav datar, dan sekali lagi sukses membuat Marina kesal.
"Apa aku menyuruhmu menyuapiku tadi? kamu sendiri yang tiba-tiba muncul dan menyuapiku," tandas Marina tak terima.
"Baiklah-baiklah, lanjutkan makanmu atau asam lambungmu akan kambuh seperti sepuluh tahun yang lalu."
Deg,
Sejenak Marina tertegun mendengar kalimat Aljav. Bagaimana bisa pria itu masih mengingat peristiwa sepuluh tahun yang lalu? dimana asam lambung Marina kambuh karena terlambat makan. Bahkan Marina tak pernah mengingat momen menakutkan itu. Bagaimana tidak, Marina hampir saja meregang nyawa di rumah sakit kala penyakit yang sama sekali tak di duganya itu justru mengharuskan dirinya tertusuk jarum suntik yang paling di takutinya.
Bunda Marina memang seorang dokter, tetapi bukan berarti putri seorang dokter harus berani pada jarum suntik bukan?
"Bagaimana kamu bisa ingat asam lambungku kambuh sepuluh tahun yang lalu?" tanya Marina setelah beberapa saat diam.
"Tidak sedikitpun momen masa kecil kita yang terlupakan dalam ingatanku. Bahkan saat kamu kencing di celanamu pun aku masih ingat," jawab Aljav santai tanpa melihat wajah Marina. Pria itu sibuk memotong daging stik miliknya.
"Apa?"
"Makanlah! jangan terlalu banyak bertanya. Dasar cerewet!" cibir Aljav di penghujung kalimatnya.
"Dasar pria menyebalkan! bagaimana bisa dia mengingat tentang aku ngompol di celana? menyebalkan!" gumam Marina.
Sementara Aljav menarik salah satu sudut bibirnya membentuk senyum penuh kemenangan disana. Senyuman itu hampir tak terlihat sama sekali.
"Maafkan aku," ucap Aljav tiba-tiba masih tanpa melihat wajah Marina. Namun, kalimat yang seumur hidup tak pernah di dengar oleh Marina itu, sukses mengejutkan wanita tersebut. hingga terbatuk-batuk.
"Uhuk, uhuk, uhuk. Apa aku tidak salah dengar? apa kau baru saja meminta maaf padaku? kamu tidak sedang kerasukan bukan? atau kepalamu terbentur di jalan sewaktu pulang tadi?" tanya Marina secara beruntun.
"Apa kamu pikir aku robot yang tak tahu cara meminta maaf?" tandas Aljav.
"Ya bukan begitu. Hanya saja kalimat itu sangat langkah terucapkan dari mulutmu yang selalu mencibirku," balas Marina setengah girang karena akhirnya kata maaf itu terucapkan dari bibir tipis Aljav.
"Jangan senang dulu! aku meminta maaf bukan berarti aku mengizinkanmu untuk bekerja. Terlebih lagi di perusahaan milik kekasihmu itu!"
"Dia sahabatku Aljav!"
"Siapapun dia, aku tetap tidak mengizinkanmu bekerja. Kalau kamu merasa bosan di rumah, pergi saja ke apartemen Akemi. Jaraknya cukup dekat dari sini bukan?" terang Aljav.
Apa pria ini benar-benar bunglon? semenit yang lalu dia bersikap manis, lalu sedetik kemudian dia berubah menjadi angkuh. Apa benar ada pria seperti Aljav di dunia ini? mengapa sikapnya selalu dingin pada Marina? sementara bersama Naura dia seperti orang lain. Lembut sekali.
"Iya aku tidak akan bekerja! tapi ada syaratnya," balas Marina berusaha untuk melakukan penawaran.
"Syarat?" tanya Aljav penuh selidik.
"Iya syarat."
"Jangan seperti anak kecil!"
"Siapa yang seperti anak kecil? aku hanya mengajukan satu syarat saja. Kenapa kua tidak terima?"
"Baiklah, satu syarat saja. Apa syaratnya?
"Syaratnya adalah Naura tidak boleh datang lagi di apartemen ini. Bagaimana?" ucap Marina penuh harap.
"Apa kau sebegitu cemburunya sampai tak mengizinkan Naura kesini?"
Haruskah Aljav balik bertanya? tidak bisakah dia menjawab saja?
"Anggap saja begitu," jawab Marina santai sembari memakan daging.
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" tanya Aljav masih belum mau setuju.
"Biarkan aku bekerja di perusahaan Daren, dan jangan pernah melarangku untuk berteman dengannya," jawab Marina santai seolah tanpa beban.
"Apa kamu ingin mati? kamu tidak boleh dekat-dekat dengan pria itu!" tandas Aljav dengan raut wajah marah.
"Lihatlah, siapa yang cemburu disini?" ejek Marina.
"Aku tidak cemburu! baiklah, Naura tidak akan datang lagi kesini, tapi awas saja kalau kamu sampai bertemu pria itu di belakangku, akan aku potong tangan dan kaki pria itu!" ancam Aljav sungguh-sungguh. Namun, Marina tak takut sama sekali. Dia justru merasa senang akan sikap Aljav yang satu ini. Bukankah sikap itu terkesan manis?
Marina menarik sudut bibirnya membentuk senyum penuh kemenangan disana.
"Yes, aku berhasil! enak saja dia mau membawa kekasihnya di rumah ini. Sedangkan aku tidak boleh berteman. Rasakan itu. Haha," batin Marina.
To be continued.
Hargai aku lewat vote kalian ya.
Happy reading.
semangat selalu Thor 💪💪
di tunggu feedbacknya 🙏😊😘
salam dari "My Bos CEO" yuk semua kepoin kuy 🤗