Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 25
Tanpa terasa hari ini adalah hari kepulangan Faza dan Aric setelah tiga hari mereka berada di Bali untuk berbulan madu.
Kesan yang mendalam bukan hanya mereka rasakan ketika bersama, namun justru ada pelajaran dari kejadian yang tak di sangka-sangka.
Aric tak pernah melepaskan genggaman tangannya sampai mereka duduk di kursi pesawat. Bahkan saat Faza hendak ke toilet pun, Aric selalu menemani nya.
Sikap posesif pria itu semakin menjadi tatkala melihat Faza berinteraksi dengan seorang pramugara pesawat yang ternyata teman masa sekolah sang istri.
Padahal Faza sudah memperkenalkan Aric pada teman nya itu, tapi Aric malah terlihat seperti tak suka saat Faza mengobrol terlalu lama. Meskipun Aric bisa mendengar sendiri apa yang tengah mereka bicarakan, pria itu tetap keberatan. Pembicaraan mereka pun tak lebih dari sekedar basa basi seperti hal nya teman lama yang baru bertemu lagi.
Ekhem!
Aric sengaja berdehem cukup keras..
"Faza, kalau begitu aku kembali bekerja. Semoga perjalanan kamu dan suami menyenangkan.." Kata Teman Faza yang berprofesi sebagai pramugari itu dengan sangat ramah.
"Makasih, Sal.." Kata Faza pada Salman, pria berpostur tinggi dengan wajah blasteran timur tengah. Sebelum pergi, Salman memberikan kartu nama nya pada Faza, namun belum sempat Faza melihat kartu itu, Aric sudah merebutnya dengan paksa..
"Mas..." Faza langsung menegur karena tak suka dengan sikap Aric
"Jangan coba-coba menghubungi nomor pria lain." Kata Aric sambil memasukkan kartu nama itu ke dalam saku celana nya. Pria itu lalu memejamkan mata nya dengan tangan yang terlipat di dada.
"Ck! Dasar posesif!" Faza berdecak dan menggerutu kesal..
Aric hanya menanggapinya dengan senyum..
Setelah sampai di Bandara, Aric dan Faza segera melanjutkan perjalanan mereka menuju kediaman orang tua Aric.
Karena kedua orang tua Faza tinggal di luar kota, jadi Faza tak bisa sering-sering menemui keluarganya.
Aric sudah menghubungi sopir pribadi nya untuk menjemput mereka. Setelah koper di masukkan ke dalam bagasi mobil, kendaraan itu pun langsung melesat menebus kepadatan lalu lintas siang itu.
"Jangan cemberut terus.. Nanti mas gigit, mau ?! Hum ?!"
Faza mendelik saat pipinya di cubit gemas oleh Aric..
"kita harus secepatnya pindah dari rumah mama. Kamu membuat mas gemas.." Bisik Aric di telinga Faza membuat wanita itu menegang untuk sesaat..
Selang empat puluh lima menit, kendaraan mereka pun sampai di rumah mama dan papa Aric.
Aric membantu Faza turun dari mobil.
Dengan posesifnya Aric melingkarkan tangan di pinggang Faza.
"Setelah menyapa mama dan papa, kita langsung pulang ke apartemen, ya.. Ingat! Kamu sudah janji ?!"
Faza menghembuskan nafas panjang. "Iya, mas.. Aku nggak lupa.." sahut Faza yang gemas juga dengan kelakuan suami nya itu..
Memang, saat bulan madu lalu mereka sudah membicarakan perihal dimana mereka akan tinggal setelah ini. Faza mengatakan, dia menolak untuk tinggal di rumah lama Aric dan mendiang Istrinya dulu. Terlalu banyak kejadian serta kenangan keduanya yang membuat Faza trauma.
Aric memaklumi dan memenuhi permintaan sang istri. Mereka pun sepakat untuk tinggal bersama di apartemen Aric sampai rumah yang Aric bangun dari Nol untuk Faza siap di huni.
Faza tidak tahu Aric sedang membangun rumah yang letaknya tak jauh dari galery sang istri. Semua Aric lakukan agar kelak Faza tak kerepotan jika harus bolak-balik antara rumah dan galery lukisnya.
Semua nya sudah Aric pikirkan secara matang. Aric akan menebus dosanya karena telah menyia-nyiakan waktu pada sang istri dengan cara apapun.
"Tante...." Alena yang sedang menonton tv bersama oma dan opa nya langsung berlari dan melompat ke Faza ketika Faza dan Aric masuk ke dalam rumah..
"Huuuu.... Tante.. Alena kangen banget.." Kata Alena sambil menangis dalam pelukan Faza. "Oma sama Opa jahat! Nggak bolehin Alena sering-sering telepon tante..huuu..."
Faza tersenyum sambil saling bertukar pandangan dengan kedua mertuanya.
"Alena, sayang.. Turun dulu, tante Faza baru sampai, loh.. Kasihan menggendong kamu, kan kamu berat.." Aric mencoba menurunkan Alena dari tubuh sang istri, namun Alena justru semakin kuat melingkarkan tangannya di leher Faza..
"Nggak mau!! Alena mau nya sama tante Faza."
Faza memberikan isyarat pada Aric agar membiarkan Alena tetap berada dalam gendongan nya.
Sambil memeluk Alena agar tidak jatuh, Faza pun berjalan mendekat ke mama dian dan Papa surya.
"Apa kabar, mah, pah.." Sapa Alena sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan takzim di ikuti oleh Aric di belakang nya..
"Baik, za.. Kamu gimana ?" tanya Mama Dian. Faza dan Aric sudah duduk di sofa panjang dengan Alena juga yang belum mau turun dari gendongan Faza.
"Faza juga baik, mah."
"Tante... Kemarin Alena di antar pulang sama Om nya Daren.. Soalnya Oma lupa jemput Alena.." Alena memutus percakapan antara Mama Dian dan Faza.
"Om nya Daren ?" Beo Faza
"Iya, Om Raka.. Itu loh, yang ganteng itu..."
Faza reflek menoleh ke arah Aric. Dan benar saja, ekspresi Aric langsung berubah total. Tentu saja karena tidak suka dengan percakapan itu..
"Oh ya ?" Faza sengaja memancing Aric, ingin melihat seberapa cemburu nya Aric jika Alena yang bercerita..
"Iya tante.. Tanya aja sama Oma kalau nggak percaya.."
"Benar, Za.. Kemarin Raka mengantar Alena pulang.. Sudah lama mama nggak ketemu dia, kami sempat berbincang cukup lama.. Mama juga mengundang Raka untuk makan malam disini akhir pekan nanti." Panjang lebar Mama Dian memberitahu yang terjadi..
Sekali lagi Faza menoleh ke arah Aric, sungguh sangat penasaran dengan respon suaminya..
"Untuk apa sih mama mengundang Raka segala ?!" Sela Aric dengan wajah tak suka..
"Loh! Kok, kamu sewot! Raka kan sahabat kamu, Ric..."
"Siapa bilang ?!"
Mama dan Papa Surya menatap Aric dengan heran. Sementara Faza hanya menyaksikan percakapan itu dan tidak ada keinginan untuk ikut di dalam nya, Faza takut Aric akan salah paham lagi. Hubungan nya sedang baik baik saja..
"Sudah, ah.. Aku mau ke kamar! Capek..." Aric bangun dari duduknya lalu meninggalkan semua orang begitu saja..
"Faza.. Suami kesambet setan Bali kali, ya ?! Sikap nya aneh sekali..."
Faza terkekeh, "Sayang, kamu disini dulu ya.. Tante mau menyusul papa.." Faza menurunkan Alena di sofa..
"Iya, tante.." sahut Alena
"Mah, pah.. Alena ke atas dulu."
Mama Dian dan Papa Surya mengangguk pelan..
Sesampainya di kamar, Alena melihat Aric sedang duduk di sisi ranjang dengan ekspresi marah.
Faza masuk lalu berdiri di sisi Aric sambil mengusap punggung pria itu dengan lembut..
"Kenapa mas harus marah ?" tanya Faza dengan nada pelan, "Alena dan mama kan cuma cerita." Bukan bermaksud untuk membela, tapi sikap Aric terkesan berlebihan..
Aric mendongak menatap Faza dari bawah, sedetik kemudian Aric manarik tangan Faza hingga sang istri duduk di atas kedua pahanya..
"Mas nggak suka dengan Raka! Mas nggak mau kamu ketemu dia lagi!" Aric memeluk tubuh Faza
Faza tersenyum, lalu melingkarkan kedua tangan nya di leher Aric..
"Mas.. Cinta ku sudah habis di kamu! Entah Raka atau laki-laki manapun, Aku tidak akan pernah tertarik lagi!"
Aric menatap dalam kedua mata Faza, mencoba mencari kebohongan disana, tali nyatanya, hanya ada kejujuran...
Aric memeluk Faza dan membenamkan wajah nya di dada Faza semakin dalam..
"Mas cuma takut kehilangan kamu.." Ucap Aric dengan suara pelan..
Faza mengusap tengkuk Aric dengan penuh kelembutan..
"Asal mas tahu! Aku pun takut kehilangan kamu.." sahut Faza membuat Aric seketika merenggangkan pelukan nya.
Aric menatap Faza semakin dalam, hingga bibir mereka saling menempel lagi..
Cupp!
Aric menekan tengkuk Faza, memperdalam ciuman mereka. Faza sudah membuka mulutnya, ciuman mereka pun semakin panas..
Tangan Aric beralih hendak meremas bukit Faza, namun tangan Faza langsung menahan nya..
Faza menggeleng, "Jangan mas.. nanti yang lain dengar.." Kata Faza di sela sela ciuman mereka..
"Sedikit saja, sayang.. Please..." Aric memohon dengan tatapan sendu..
Faza kalah. Akhirnya dia membiarkan Aric memainkan dadanya..
"Nanti kita lanjutkan! Sekarang ayo pulang ke Apartemen.. Mas malas mendengar mama membicarakan Raka terus.."
Faza tersenyum lalu mencium kening Aric, dalam dan lama.. "I Love You, mas.." Ucap Faza membuat Aric tersenyum senang..
"I Love you too my Wife.." balas Aric dengan mata yang berbinar cerah..