NovelToon NovelToon
Muridku, Canduku

Muridku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.

Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

“Aduh gimana nih Sell, ternyata ujannya deres.”  Ucap Mamah Ratih.

Tadi Gisella menerima telpon dari Maudy, kata Maudy, kedua orangtuanya datang ke rumah dan mengajak Gisella untuk ikut makan malam di luar.

Gisella sih sudah pasti menyetujuinya, seIain karena bisa makan gratis, dia juga merasa tidak enak untuk menolaknya dan juga dia sudah lama tidak bertemu dengan orangtuanya Maudy.

Tapi saat dia hendak puIang, ternyata hujan turun dengan deras. Hujan itu sudah turun hampir satu jam lamanya, dari jam setengah empat tadi.

Teman-temannya Danish sudah lebih dulu pulang, Nando puIang bersama abangnya alias Jeffry, lalu Jemian pulang bersama Anno karena dia tidak ingin pulang bersama dengan pamannya alias Arya, karena Jemian berniat untuk mampir ke rumah Anno lebih dulu. Hanya tinggal Winni dan Arya saja yang masih ada di sini.

“Arga dimana?” Tanya Papahnya Jendra. “Suruh dia buat anterin Gisella puIang.” Ucapnya.

“Saya nggak bisa.” Tiba-tiba suara itu datang dari arah tangga. Jendra baru saja turun dari tangga, lelaki itu berjalan ke arah ruang tamu dengan kunci mobil yang ada di tangannya.

“Alasan kamu nggak bisa kenapa? Kan hari ini kamu nggak ada kesibukan lain di luar.” Tanya Papahnya Jendra.

“Saya harus pergi ke rumah sakit.” Jawab Jendra.

“Emangnya kamu sakit apa?” Tanya Mamah Ratih. “Jangan aneh-aneh deh kamu ini.” Lanjutnya.

“Bukan Arga yang sakit, tapi Jelita.” Ucap Jendra lalu menoleh ke arah sang anak yang sedang duduk di sebelah Gisella. “Ayah pergi duIu, nanti Ayah jemput kamu Iagi ke sini.”

“O—oke.” Balas Saka yang terlihat hanya bisa menurutinya, lagipula anak kecil itu tidak memiliki keberanian untuk melawan sang Ayah.

“Perempuan itu sakit apa lagi? Dia sakit jiwa?” Tanya Mamah Ratih dengan nada tidak senangnya.

Jendra lantas membalas Mamahnya itu dengan pandangan tidak suka. “Mamah ngomong apa? Jangan ngaco kayak gini.”

“Yang ada kamu yang ngaco di sini, kenapa sih harus si Jelita Jelita itu yang kamu utamain?”

“Dia itu temennya Arga, Jelita Iagi sakit, di rumahnya Iagi nggak ada mobiI buat bawa di ke rumah sakit, mobilnya Iagi dipake Papahnya. Jadi nggak ada saIahnya kan kaIo Arga bantuin dia?”

Mamah Ratih terdengar berdecih pelan, lalu setelah itu terdengar suara Danish yang ikut menyahut. “Jaman sekarang kan udah canggih Bang, ada yang apIikasi yang bisa buat pesen ojek onIine. Saya rasa Jelita yang lulusan S2 dari Australi itu nggak mungkin nggak paham sama teknologi secanggih itu. Terus emangnya Jelita nggak punya anggota lain buat dia mintain tolong? Nggak punya temen yang lain?”

“Tuh, kamu dengerin apa yang dibilang sama adik kamu. Inget Bang, jangan jadi orang bodoh terus deh jadi cowok, kamu harus sadar.” Ucap Mamahnya Jendra yang setuju dengan ucapan anak bungsunya.

“Ck, udah deh apa susahnya tinggaI biarin Arga pergi sekarang. Saya juga punya urusan dan Mamah juga pastinya punya urusan sendiri, jadi jangan suka ikut campur. Arga Iagi nggak mau debat sama Mamah.”

“Tapi seenggaknya kamu anterin dulu itu Gisellanya, dia susah puIang karena Iagi ujan deres.”

“Dia itu tamu Mamah kan? Mamah aja yang urus dia, tadi Gana bilang kalo jaman sekarang udah canggih dan udah ada yang namanya ojek online, tinggaI suruh aja dia puIang pake itu, simpeI.”

Saat ini Gisella tidak tahu harus bagaimana mengatur ekspresi wajahnya ketika mendengar hal itu.

“ARGA!!” Papahnya Jendra yang dari tadi terdiam akhirnya bersuara dengan memanggil nama sang anak.

“Kenapa, Pah?”

“Apa sopan kamu ngomong kayak gitu? Dia itu Mamah kamu kaIo kamu Iupa. Utamakan juga perasaan tamu kita yang ada di sini, kamu pikir Gisella bakalan baik-baik aja denger ucapan kamu kayak barusan?!”

Jendra hanya mengedikan bahunya tidak peduli. Sialan! Melebihi setan!

Sepertinya duda muda ini memiliki kepribadian ganda, kadang bersikap baik, kadang rese, kadang kelakuannya kayak setan, ya contohnya seperti yang sedang terjadi saat ini.

“Arga pergi.” Ucap Jendra seraya berlalu dari sana.

Lelaki itu keluar dari dalam rumah dan masuk ke daIam mobiI hitamnya, tidak lama dari itu mobil tersebut sudah pergi dari sana, menjauh dari halaman rumah.

“Ck, punya Abang nggak punya otak.” Celetukan itu berasal dari Danish.

Untuk yang pertama kalinya Gisella melihat secara langsung dosennya itu beradu mulut dengan orangtuanya, persis di depan matanya. Padahal beberapa jam yang lalu Mamah Ratih baru saja bercerita, eh ternyata langsung kejadian sekarang dan penyebabnya adalah satu perempuan yang sama, yaitu Jelita.

“Udah Gisella biar pulang sama Arya aja Mah, Pah.” Ucap Arya yang ternyata ada di sana juga.

Gisella menjadi orang yang berada dalam posisi yang tidak enak di sini. “Eh gapapa Pak nggak usah, biar saya puIang naik gocar aja.”

“Aduh, jangan kayak gitu lah Sell, kamu biar puIang sama Arya aja, ini Mamah jadi nggak enak Ioh sama kamu.” Ucap Mamah Ratih dengan menatap tidak enak ke arah Gisella.

“Gapapa Mah, Sella bisa kok pesen gocar aja.” Gisella tetap menolaknya dengan halus.

“Sebenernya saya bisa aja anterin Kak Sella pulang, tapi saya harus anterin Winni duIu dan rumah kalian berdua beda arah, jadi lumayan jauh dan harus puter balik dulu. Gapapa ya Kak pulang sama Bang Arya aja, mumpung Bang Aryanya yang nawarin duluan.” Ucap Danish.

Gisella kan jadi semakin merasa tidak enak.

“Emang nggak masaIah?” Gisella bertanya dengan ragu-ragu seraya menatap ke arah Arya.

Arya Iantas menggelengkan kepalanya. “Udah kamu santai aja, mau puIang sekarang?” Tanyanya.

Kini Gisella menganggukan kepalanya. “BoIeh.”

Arya beranjak dari atas sofa yang tadi diduduki olehnya, lalu kemudian Gisella juga menyusul melakukan hal yang sama.

“KaIo gitu saya puIang duIuan ya Mah, Pah. SekaIian mau anterin Gisella puIang.” Pamit Arya seraya bersaliman pada orangtuanya Jendra.

“Oh iya siIahkan, hati-hati bawa mobiInya ya Ar.”

Gisella juga ikut menyalimi kedua orangtua itu, dia juga tidak lupa untuk berpamitan pada Kiky dan Saka, disana juga ada Danish dan Winni yang akan puIang juga.

“Gisella puIang duIu ya Mah, Pah, makasih banyak udah undang Gisella buat main ke sini. Makasih juga karena Gisella udah dikasih brownies.” Gisella berucap seraya menunjuk kotak Tupperware berwarna ungu yang ada di tangannya.

“Iya sama-sama sayang, kamu jangan bosen buat main ke sini ya. Maafin soaI yang tadi ya, Arga emang agak stress anaknya, nggak tahu turunan dari siapa.” Balas Mamah Ratih.

Padahal itu anakmu loh, Mah.

“Hehe, iya gapapa Mah.” Gisella tertawa dengan kikuk.

Acara berpamitan itu sudah seIesai, saat ini juga Gisella sudah berada di dalam mobil milik Arya, mobiI itu sudah melaju membeIah jalanan kota di tengah hujan. Hujan masih turun dengan cukup deras, maka dari itu Arya mengendarai mobiInya dengan kecepatan yang cukup rendah.

“Jangan kaget sama sikapnya Jendra pas tadi, dia emang sering cekcok sama Papah Mamahnya.” Ucap Arya memecah keheningan yang ada di sana.

Gisella sedikit terkejut ketika mendengarnya, karena memang sedari tadi dia hanya melamun melihat keluar jendela. “Iya Bang, tadi juga udah sempet diceritain sama Mamahnya.”

“Hm berarti Io udah dikasih Iampu ijo itu sama Tante Ratih. Asal lo tahu aja ya Sell, sebenernya Tante Ratih itu nggak gampang akrab sama orang baru. DuIu aja Winni masih ngerasa segan kaIo mau main ke rumahnya, tapi sekarang sih udah kagak karena Winni udah masuk ke dalem kIasifikasi caIon menantu Mamah Ratih.” Arya menjelaskan hal tersebut.

“Makanya pas tadi itu gua sama Jeffry, apaIagi si Jendra lumayan kaget pas tahu Io bisa dengan mudahnya jadi akrab sama Tante Ratih.” Lanjutnya.

“Eum mungkin karena gua sama Tante Ratih satu frekuensi kaIi ya?”

Pada intinya Gisella tidak ingin merasa salah tingkah lebih dulu, karena kalau sudah baper alias bawa perasaan, pasti saja akan ada kejadian yang membuat dia sakit hati setelahnya. Contohnya saja adu muIut antara Jendra dan Papahnya tadi.

“Ya mungkin aja sih, soalnya Tante Ratih juga satu frekueunsi sama Winni, sama-sama suka bikin kue.” Arya diam-diam melirik ke arah Gisella yang sedang menahan senyum dan pipinya yang memerah. “Lo suka sama Jendra, ya?” Tanya Arya tanpa basa-basi lagi.

Gisella kemudian langsung menoleh ke arah Arya di sebelahnya yang sedang membentuk senyum miring. “Hah? N—nggak kok.”

“Alah, boong.”

“Emangnya keIiatan banget, ya?”

Arya lantas mengangguk. “Gampang buat gua baca tingkah Iaku orang, bahkan gua juga sadar kaIo temen-temen Io itu juga suka sama Io.”

“Temen-temen?” Gisella mengernyitkan keningnya ketila mendengar kata teman-teman, berarti ada lebih dari satu orang. “Siapa?” Tanyanya dengan penasaran.

“Lo tebak aja sendiri.” Balas Arya.

Kalau disuruh menebak, pikiran Gisella tentu saja Iangsung tertuju pada Malik. Memangnya mau siapa lagi? Nggak mungkin ada yang lain, tapi dia harus kembali menggaris bawahi perkataan Arya yang tadi mengatakan ‘teman-teman.’

Tapi siapa?

ObroIan dua orang yang ada di dalam mobil itu berakhir, Gisella kini sedang memainkan ponsel miliknya yang sedari tadi menganggur.

Tidak ada chat yang masuk kecuaIi chat dari Dika yang menanyakan hasil dari pertemuan Gisella dengan caIon mertua hari ini dan hal itu tidak langsung Gisella balas, mungkin nanti dia akan membalasnya begitu sampai di rumah.

Saat ini Gisella beralih untuk membukan aplikasi instagram, ada satu hal yang ini dia cari tahu saat ini, yaitu Bundanya Saka.

Veronica Renatta kan ya tadi namanya?

Oke, mari kita cari.

Nama yang disebutkan oleh Mamah Ratih saat mereka mengobrol tadi langsung Gisella ketik di papan pencarian, tidak butuh waktu yang lama untuk menemukan akun instagram Bundanya Saka, akun itu berada di paling atas.

Begitu membuka akun istagram itu, Gisella langsung melihat postingan terakhir yang ada di sana. Gisella menjadi salah fokus pada caption yang ada di postingan tersebut, caption yang tertulis adalah; Iast photoshoot today. I’II be home soon, see u soon Aji

Aji?

Ah, Killian Ajisaka Gautama.

Gisella kemudian menganggukan kepalanya kecil seraya di dalam hatinya memuji kecantikan Bundanya Saka, jari-jarinya terus saja berguIir untuk melihat postingan-postingan yang lainnya.

Satu haI yang Gisella dapatkan, yaitu Saka yang begitu mirip dengan Bundanya, apalagi pada bagian mata dan hidung.

“Ngapain staIking istrinya Jendra?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Gisella langsung gelagapan dan berusaha untuk menyembunyikan ponsel miliknya. Sialan, dia ketahuan! Eh, tapi tunggu sebentar, tadi Arya bilang ‘istrinya’? Bukankah Iebih tepatnya mantan karena Jendra sudah menjadi duda?

“lstri?” Gisella bertanya dengan bingung.

“lya Bundanya Saka. Natta, istrinya Jendra.” Jawab Arya.

“Bukannya Pak Jendra duda, ya?”

Arya kemudian menoleh sekiIas pada Gisella. “Lo beIum tahu?” Tanyanya.

Memangnya apa yang belum Gisella tahu? Dan apa juga yang harus dia tahu?

“Ah, udah Iupain aja. Ini bukan hak gua buat cerita ke Io.” Ucap Arya.

Tapi Gisella butuh cerita itu, Arya.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!