Dion hanya ingin menuntaskan misinya di Rumah Hantu Batavia, tapi malam pertamanya di penginapan tua itu berubah menjadi teror yang nyata. Keranda tua terparkir di depan pintu, suara langkah basah menggema di lorong, keran bocor, pintu bergetar, dan bayangan aneh mengintai dari balik celah.
Saat ponselnya akhirnya tersambung, suara pemilik penginapan tidak kunjung menjawab, hanya dengkuran berat dan derit pintu yang menyeret ketakutan lebih dalam. Sebuah pesan misterius muncul, “Hantu-hantu yang terbangun oleh panggilan tengah malam, mereka telah menemukanmu.”
Kini Dion hanya bisa bersembunyi, menggenggam golok dan menahan napas, sementara langkah-langkah menyeramkan mendekat dan suara berat itu memanggil namanya.
”Dion...”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Penghancur Tengkorak
Dion melangkah masuk untuk membiasakan diri dengan set terbaru, struktur dan tata letaknya hampir menyerupai Apartemen Seroja. Ruang itu memancarkan suasana hidup yang dipenuhi kecemasan dan rasa sakit. Lebih dari sepuluh jebakan tersembunyi tersebar di dalamnya, sementara banyak kamar saling terhubung melalui pintu rahasia. Selain itu, beberapa misteri yang mengerikan tampak disembunyikan di balik dinding-dindingnya.
’Tempat ini terasa otentik, sangat cocok untuk permainan jenis melarikan diri dari ruangan, dan aku akan meminta para pengunjung mencobanya sebentar lagi.’
Saat berdiri di sana, ingatan peristiwa semalam kembali di benak Dion. Tubuhnya seketika diguncang rasa dingin, ia teringat betapa nyata pengalaman itu. Karena waktu yang terbatas, Dion hanya sempat meninjau sebentar sebelum memutuskan untuk turun. Bagaimanapun juga, para pengunjung telah menunggu.
Bahkan sebelum mencapai pintu depan, Dion mendengar suara Dinda yang sedang menenangkan kerumunan.
“Tolong bersabar, aku yakin Mas Dion akan segera keluar. Sementara itu, kalian dapat mencoba atraksi lain di taman.”
Seorang pengunjung menimpali dengan penuh penasaran, “Mbak, apakah benar bosmu berada di dalam Rumah Hantu? Kami melihat siaran langsung semalam, dia tampak dikejar lebih dari sepuluh orang di dalam hutan! Apa benar dia berhasil meloloskan diri dari situasi mengerikan itu?”
Yang lain segera menambahkan, “Benar! Aku juga menonton. Pemandu acara itu terjebak di sebuah apartemen bersama sekelompok orang yang tampak kehilangan akal. Mereka mendekatinya dengan cara yang menakutkan, rasanya mustahil dia bisa keluar dari jebakan semacam itu.”
Seseorang dari kerumunan menggeleng, seakan meragukan, “Apakah kalian yakin menonton siaran yang sama? Yang aku lihat semalam hanya layar hitam disertai suara-suara aneh. Bagaimana kalian bisa tahu begitu banyak informasi?”
Namun suara-suara lain tidak kalah lantang, “Apa pun yang terjadi, kami ingin melihat langsung. Jika dia masih hidup, kami ingin mendengarnya bercerita. Tetapi jika sebaliknya… mayatnya pun sudah cukup membuktikan.”
Riuh percakapan itu semakin membesar, menarik perhatian Pak Rama. Dari kejauhan ia mengamati kerumunan, perasaan bercampur aduk menyelimutinya, bangga sekaligus khawatir. Sejak beberapa waktu terakhir, Rumah Hantu Batavia yang tadinya sepi mendadak menjelma menjadi daya tarik utama di kawasan Kota Tua. Banyak orang rela antre sejak pagi demi merasakan ketegangan di dalamnya.
Di satu sisi, hal itu merupakan kabar baik. Namun setiap kali mendengar apa yang dibicarakan para pengunjung, dada Pak Rama mengerut oleh rasa cemas. Ia tahu, hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. ’Ketika bertemu Dion nanti, aku harus berbicara dengannya. Anak itu rajin dan penuh semangat, tetapi aku tidak boleh membiarkannya terjerumus pada jalan yang keliru.’
Tidak lama kemudian gerbang terbuka, Dion keluar dari dalam Rumah Hantu dan berdiri di hadapan kerumunan. “Maaf telah membuat kalian menunggu, Rumah Hantu Batavia sekarang resmi dibuka. Harga tiket dua puluh ribu rupiah per orang, dan mohon maaf, anak-anak tidak diperkenankan masuk.”
Sekejap saja suasana menjadi hening, beberapa orang bergegas mendekatinya, melontarkan pertanyaan demi pertanyaan mengenai peristiwa semalam. Selama beberapa menit, Dion menikmati sorotan perhatian, dan mendapatkan lima menit ketenarannya. Setelah itu, ketertiban kembali pulih, dan para pengunjung mulai masuk satu per satu.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Dion tidak lagi berani memutar lagu Malam Jumat Kelabu berulang-ulang. Ia memasukkannya ke dalam daftar panjang efek suara, lalu membiarkannya diputar secara acak. Ia pun membantu Dinda merias diri, lalu memintanya berperan menguntit pengunjung dalam skenario Pernikahan Hantu, sementara dirinya tetap berada di pintu masuk untuk mengelola penjualan tiket.
’Jumlah pengunjung perlahan meningkat, dan reputasi Rumah Hantu Batavia pun kian menanjak. Bila tren ini berlanjut, aku akan mencapai kriteria untuk memperluas Rumah Hantu dalam beberapa hari sesuai target.’
Dion kemudian mengeluarkan tablet hitam untuk memeriksa sejauh mana pencapaiannya menuju target jumlah pengunjung, dan layar juga menampilkan misi harian yang baru diperbarui.
Misi Mudah, Untuk memberikan pengalaman menyeramkan, perhatikan ritme dan tempo perjalanan para pengunjung di dalam Rumah Hantu. Jika rasa takut dipicu terlalu dini, pengunjung mungkin kehilangan minat. Disarankan untuk memasang detektor suara atau kamera pengintai guna memantau pergerakan mereka.
Misi Normal, Kunci dari rasa takut yang efektif adalah kejutan. Misalnya, tempatkan sumber rasa takut di sisi yang berlawanan dengan arah fokus pengunjung. Periksa setiap sudut Rumah Hantu dan pastikan semua properti mendukung kriteria ini.
Misi Sulit, Telah terdengar suara-suara aneh dari kamar mandi setiap tengah malam. Jika ingin mengetahui penyebabnya, ikutilah instruksiku.
Misi harian diperbarui setiap tengah malam, pengguna hanya dapat memilih satu misi setiap hari, dan hadiah yang diperoleh sesuai dengan tingkat kesulitan. Namun semakin tinggi tingkat kesulitan misi, semakin besar pula risiko yang harus dihadapi, jadi pilihlah dengan hati-hati!
Setelah meninjau sekilas daftar Misi Harian, Dion segera menyingkirkan opsi Misi Sulit. Setelah dua malam tanpa tidur, ia tahu yang paling dibutuhkan saat ini adalah istirahat. Terlebih lagi, ia sudah memiliki satu hantu cermin untuk diurus, menghadapi dua entitas menyeramkan sekaligus jelas bukan pilihan yang bijak.
’Hadiah dari Misi Sulit memang menggoda karena manfaatnya langsung berkaitan dengan diriku sendiri, memberiku semacam keterampilan khusus. Namun imbalan itu sebanding dengan risiko yang sangat besar. Untuk sementara, aku memutuskan menundanya.’
’Sementara itu, Misi Mudah membutuhkan modal uang dalam jumlah tertentu. Sampai hadiah uang dari penangkapan Tama diterima, misi tersebut praktis tidak mungkin aku selesaikan.’
Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, Dion menyimpulkan bahwa Misi Normal adalah pilihan paling masuk akal. Konsepnya sederhana, memasang sumber ketakutan di sisi yang berlawanan dari titik fokus pengunjung. Ide itu bukan hanya masuk akal, tetapi juga mampu menambah elemen kejutan yang diperlukan di Rumah Hantu, dan ia pun segera menerima misi tersebut.
Dion kemudian bersandar di pintu masuk, tetap menjaga komunikasi dengan Dinda yang sedang berperan di dalam.
Siang hari tiba, kerumunan pengunjung perlahan menipis. Dion memanggil Dinda keluar dan memintanya beristirahat untuk makan siang. Sementara itu, ia kembali masuk ke set Pernikahan Hantu sendirian. Skenario itu merupakan hasil rancangannya sendiri, sesuatu yang sudah lama ia pikirkan dengan matang. Karena telah memilih Misi Normal, Dion memutuskan untuk memanfaatkan waktu sore dengan memperbarui serta menyempurnakan set.
Ia memahami satu hal penting, para pengunjung yang memasuki Rumah Hantu biasanya sudah menyiapkan mental. Itu membuat mereka lebih sulit untuk ditakuti secara langsung, oleh karena itu diperlukan strategi untuk mengalihkan perhatian mereka. Menciptakan ilusi ancaman dari satu arah, agar fokus mereka tertuju ke sana. Saat pengunjung sibuk menantikan ancaman yang keliru, serangan ketakutan sebenarnya akan datang dari arah yang sama sekali tidak terduga.
Pekerjaan itu ternyata lebih mudah dari perkiraan, hanya dalam beberapa jam, tablet hitamnya berbunyi menampilkan pemberitahuan.
Kamu telah menyelesaikan Misi Normal. Ada banyak cara untuk menakuti seseorang, elemen kejutan adalah kunci dari rasa takut yang efektif. Selamat, kamu telah memperoleh hadiah misi, Seragam Dokter Penghancur Tengkorak!
Seragam Dokter Penghancur Tengkorak (Item - Pakaian), Tio adalah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit jiwa selama lebih dari dua dekade. Paparan terhadap penderitaan pasien gangguan mental perlahan-lahan merusak pandangannya tentang kehidupan. Suatu hari, ia meyakini bahwa akar kegilaan para pasien berasal dari dalam tengkorak mereka. Dengan keyakinan yang menyimpang, ia mengambil keputusan mengerikan, memecahkan tengkorak pasien demi menyelamatkan mereka. Semua tindakannya ia lakukan atas nama pengabdian, meskipun sesungguhnya dilandasi kegilaan pribadi.
Setelah lagu Malam Jumat Kelabu, kini Dion menerima sebuah item baru. Ia mengetuk layar tablet hitamnya dan mendapati seragam tersebut telah tersimpan rapi di ruang properti.
’Waktunya sangat tepat,’ pikirnya. ’Jika aku menggabungkan ini dengan skenario Pembunuhan Tengah Malam, hasilnya akan menciptakan pengaturan yang luar biasa.’
Berbagai ide segera bermunculan di benaknya, Dion mengambil pulpen dan selembar kertas, lalu mulai menuliskan rancangan-rancangan baru. Tepat pada saat itu, ponselnya berdering.
“Julian?” Dion menjawab sambil menekan tombol sambungan. “Ada apa?”
Suara Julian terdengar pelan, seolah-olah takut ada orang lain yang mendengarnya. “Mas, masih ingat apa yang kukatakan terakhir kali? Tentang para senior di fakultas kami yang membentuk kelompok untuk membalaskan dendam bagi senior Tiara, setelah Mas membuatnya menangis? Mereka sudah dalam perjalanan! Mas, sebaiknya bersiaplah."