Di tahun 2032, keluarga Wiratama mengikuti program wisata luar angkasa perdana ke Mars—simbol harapan manusia akan masa depan antarplanet. Namun harapan itu berubah menjadi mimpi buruk, ketika sebuah entitas kosmik raksasa bernama Galactara menabrak jalur pesawat mereka.
Semua penumpang tewas.
Semua… kecuali mereka berempat.
Dikubur dalam reruntuhan logam di orbit Mars, keluarga ini tersentuh oleh sisa kekuatan bintang purba yang ditinggalkan Galactara—pecahan cahaya dari era pertama semesta. Saat kembali ke Bumi, mereka tak lagi sama.
Rohim, sang Suami, mampu mengendalikan cahaya dan panas matahari—melindungi dengan tangan api.
Fitriani, sang Istri, membentuk ilusi bulan dan mengendalikan emosi jiwa.
Shalih anak pertama, bocah penuh rasa ingin tahu, bisa melontarkan energi bintang dan menciptakan gravitasi mikro.
Humairah anak kedua, si kecil yang lembut, menyimpan kekuatan galaksi dalam tubuh mungilnya.
Bagaimana kisah sebuah keluarga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perioritas Menyelamatkan Manusia
Layar di markas komando The Vault (di bawah PT Harapan Jaya) menyala dengan warna merah dan oranye, memproyeksikan citra global chaos. Itu bukan lagi sekadar data di monitor. Itu adalah realitas yang membakar.
Bagas (Closer Jolt), yang biasanya santai dan humoris, kini terlihat tegang. Ia dan Dira (Closer Cipher) duduk di konsol utama, memantau feed dari seluruh dunia. Gambar-gambar mengerikan muncul: anak-anak menangis di Eropa, orang tua di Asia yang kulitnya memerah dan melepuh.
"Korban iritasi di Jakarta sudah mencapai seratus ribu, Dira! Di Tokyo dua ratus ribu!" seru Bagas, memukul konsolnya. "Radiasi dari Blacksolis ini gila! Bukan cuma kulit, ini merusak sel!"
Tia Paramitha (Closer Amo), tunangan The Closer, berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Ia mengenakan suit taktis Vanguard, siap tempur.
"Kita harus menyerang! Agent Liana, aktifkan Cloaking Jet! Kirim tim anti-radiasi ke Samudra Hindia sekarang!" perintah Tia, suaranya tajam. Dia tidak bisa menerima serangan pasif ini.
Agent Liana, berdiri di pintu hangar yang gelap, membalas melalui eapiecenya. "Siap, Tia! Aku sudah dapat koordinat Miss Armstrong—"
CLAAK!
Lampu utama ruangan komando meredup tiba-tiba. Di tengah ruangan, sebuah lingkaran cahaya hijau yang berdenyut muncul, diikuti oleh hembusan udara dingin.
The Closer (Taqi Dirgantara) melangkah keluar dari cahaya itu, mengenakan Exo Black Magician Gold Suit-nya yang hitam legam. Dia adalah personifikasi dari otoritas dan ketenangan di tengah badai chaos.
Taqi tidak memandang layar yang penuh korban; ia menatap Tia dan Liana.
"Hentikan semua persiapan serangan, Tia," perintah The Closer, suaranya dimodulasi, membuat kata-katanya bergaung dengan otoritas absolut. "Tidak ada agen yang dikirim ke Samudra Hindia."
Keheningan yang mematikan melingkupi ruang komando.
Tia Paramitha melangkah maju, tangannya mengepal. "Apa? Taqi, kau serius? Blacksolis telah memicu chaos global! Dia telah mengancam PBB! Lunavera sudah terbang sendirian ke sana! Kita harus mendukung sekutu kita!"
Agent Liana, yang masuk dari pintu hangar, ikut menentang. "Tuan Taqi, ini adalah ancaman Level Omega! Kita memiliki pakaian anti-radiasi! Kita bisa memberikan keuntungan taktis!"
"Kalian tidak mengerti," balas The Closer, suaranya meninggi sedikit—itu sudah cukup untuk membuat ruangan bergetar. "Kalian melihat musuh yang harus dihancurkan. Saya melihat jutaan warga sipil yang kini terpapar radiasi kosmik."
Taqi menunjuk ke layar, ke wajah-wajah korban yang menderita. "Visi The Vault adalah melindungi. Prioritas kita bukan memburu monster; prioritas kita adalah menyelamatkan manusia yang terluka. Kekuatan Blacksolis di luar pemahaman taktis. Pengiriman tim hanya akan menjadi pengorbanan sia-sia dan mengalihkan sumber daya."
Bagas, si jenaka, yang kini paling dekat dengan pusat komando, akhirnya angkat bicara, suaranya penuh kekhawatiran. "Tapi, Tuan Taqi, Lunavera itu seorang Ibu! Dia bukan field agent terlatih! Dia bisa tewas di sana!"
Mata The Closer di balik helm emasnya menyala tajam. Ia berbalik sepenuhnya, memandang semua orang—Tia, Liana, Dira, dan Bagas—yang merupakan inti dari operasinya.
"Aku tahu siapa Fitriani Wiratama," kata The Closer, nadanya dingin dan mematikan. "Dia adalah Lunavera. Rohim Wiratama memintanya pergi. Aku melihat tekad di matanya. Aku melihat cahaya rembulan yang memiliki kekuatan penyembuhan dan penyeimbang. Aku memilih untuk percaya pada Keluarga Langit."
Taqi melangkah maju, mendekati Bagas dan Dira. "Dengar instruksiku, dan ini adalah instruksi terakhir."
"Satu: Alihkan semua logistik PT Harapan Jaya di Asia dan Eropa. Ubah kapal kargo kita menjadi kapal medis cepat. Prioritas utama: pengiriman alat medis anti-radiasi dan lotion penyembuh ke seluruh rumah sakit. Gunakan teknologi kita untuk menstabilkan iritasi kulit global."
Dira mengangguk kaku, mulai memasukkan perintah. "Siap, Tuan Taqi. Evakuasi medis global dimulai."
"Dua: Agent Liana, kau dan timmu tidak ke Samudra Hindia. Kalian menyebar ke seluruh ibu kota negara, bantu evakuasi warga sipil yang terkena dampak paling parah. Gunakan jet senyap kita untuk mengangkut suplai. Tunjukkan bahwa Vanguard peduli pada rakyat biasa!"
Liana, yang biasanya memberontak, terdiam. Dia mengangguk, menerima perintah moral yang berat itu. "Siap, Tuan Taqi. Prioritas warga sipil."
Tia Paramitha, tunangan Taqi, masih menatapnya dengan kecewa. "Dan jika mereka gagal, Taqi? Jika Blacksolis berhasil menguasai dunia? Kau akan membiarkan Lunavera mati sendiri?"
The Closer berbalik menghadap Tia. Energi di ruangan itu mencapai puncaknya. Taqi tidak mengangkat tangan, tapi aura kekuasaan yang tak terbantahkan meledak dari Exo Black Magician Gold Suit-nya.
"Kalian semua harus mengerti satu hal," bentak Taqi, suaranya kini melengking, memotong udara. "Aku adalah The Closer. Aku bertaruh pada Visi Rohim dan tekad Lunavera. Jika mereka gagal..."
Mata kuning keemasan Taqi menatap lurus ke Tia, ekspresinya di balik helm penuh janji dan ancaman kosmik.
"...Maka Vanguard yang akan bergerak, dan Aku yang akan terbang ke sana. Dan aku akan membelokkan takdir menggunakan pena emas ini, menghapus ancaman itu dari realitas ini, tidak peduli berapa pun harga yang harus kubayar. Tapi, Lunavera harus mendapat kesempatannya. Percayalah pada mereka, atau kau keluar dari The Vault!"
Bentakan itu, yang didukung oleh kekuatan super-vigilante tertinggi, membuat semua orang terdiam. Bagas dan Dira menunduk, fokus pada konsol. Tia, dengan mata berkaca-kaca, mengangguk pasrah.
Tia Paramitha menoleh ke konsol yang dikendalikan Dira. "Berapa jarak Lunavera ke target?"
"Lima menit lagi, Tia," jawab Dira, suaranya rendah.
Di seluruh dunia, Agen The Vault menyebar ke berbagai lokasi, membawa suplai medis dan membantu evakuasi warga sipil—anak-anak, orang tua, dan semua orang yang menderita iritasi radiasi Gerhana. The Vault telah mengubah perannya dari pemburu menjadi penyelamat global yang bergerak senyap.
Sementara itu, di Samudra Hindia, Lunavera melesat cepat di atas lautan yang berombak. Jumpsuit putihnya dengan aksen perak tampak kontras dengan langit gelap Gerhana buatan. Dia adalah titik harapan tunggal yang mendekati Blacksolis dan benteng militernya.
Pertarungan antara Rembulan dan Gerhana akan segera dimulai, tanpa backup dari The Vault.
Gimana, bro? Keputusan Taqi ini mengukuhkan moralitasnya dan membuat stakes pertarungan Lunavera jadi 1000% lebih tinggi! Siap untuk The Battle of Lunavera vs. Blacksolis di babak berikutnya?