3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidup baru
Yusuf menelan salivanya dengan susah kala ke lima pria itu hanya berjarak 2 meter saja di hadapannya.
Otak Yusuf mulai berpikir keras, memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa membawa pergi Hazel dari sana sekaligus mengalahkan ke lima pria so jago itu.
"Mau apa kalian! Walaupun kalian berlima, kalian pikir aku takut pada kalian!" pekik Yusuf.
Yusuf mulai memberanikan dirinya kembali setelah tadi nyalinya sempat menciut. Ia tidak boleh terlihat lemah di mata Hazel.
"Cih, besar juga nyalimu!" balas Sakti dengan bibir yang mencebik.
"Aku datang ke tempat ini dengan damai, aku sama sekali tidak berniat untuk mencari masalah dengan kalian. Aku hanya ingin membawa istriku pulang." ucap Yusuf dengan tenang meski dalam hatinya bergemuruh.
"Kak Hazel, apa benar pria ini suamimu? Kalau benar, aku rasa kalian bisa membicarakan masalah kalian secara baik-baik." tanya Bima memastikan.
"Bukan! Dia bukan suamiku!" Hazel menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"Kami sama sekali tidak saling mengenal, jadi tidak ada yang harus aku bicarakan dengan dia, apalagi sampai harus ikut pulang dengan dia! Aku tidak mau!" lanjut Hazel dengan nada meyakinkan.
Dengan susah payah Hazel bisa melarikan diri dari Yusuf, ia tidak mungkin mau kembali begitu saja.
"Hazel! Jangan keterlaluan! Sekeras apapun kau menyangkal hubungan kita. Kita berdua tetaplah pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama. Ayo pulang dan bicarakan masalah kita di rumah!" Yusuf menarik tangan Hazel, membawanya keluar dari tempat hiburan malam tersebut.
"Lepaskan! Apa kau sudah tuli! Aku bilang aku tidak mau ikut denganmu! Dasar gila!" Hazel terus memberontak menggunakan seluruh tenaga yang ia miliki.
Namun sekeras apapun teriakan Hazel dan sekuat apapun tenaga yang ia keluarkan. Tak membuat Yusuf bergeming sedikitpun.
"Lepaskan dia!" teriak Nino dan keempat sahabatnya. Mereka tidak tega melihat Hazel menderita di tangan pria seperti Yusuf.
"Minggir! Jangan ikut campur! Ini urusanku dengan istriku!" titah Yusuf yang mulai hilang batas kesabarannya.
"Kami sudah berjanji pada kak Hazel untuk melindungi dia dari orang jahat, termasuk dari pria sepertimu!" Sakti mendorong Yusuf dengan kuat. Membuat tubuh Yusuf terdorong ke belakang hingga beberapa meter.
"Berani kalian menyentuhku! Apa kalian tidak tahu siapa aku!" peringati Yusuf dengan rahangnya yang mengeras.
"Tidak penting siapapun dirimu! Yang kami tahu, siapapun yang berani menyakiti kak Hazel berarti orang itu adalah musuh kami!" ucap Aska mewakili ke empat sahabatnya yang lain.
"Kalian, terima kasih sudah melindungi aku." lirih Hazel dengan netra yang sudah berkaca-kaca karna merasa terharu.
Setelah sekian lama, akhirnya ada orang yang mau pasang badan untuk melindunginya lagi.
Terakhir kali Hazel merasa dilindungi adalah ketika ia masih menjalin hubungan dengan Zayn.
"Kau memang bodoh Hazel, demi pria seperti Yusuf kau sampai melewatkan banyak hal." Hazel membatin. Dadanya tiba-tiba terasa sesak karna penyesalan yang datang terlambat.
"Kalian yakin tidak mau tahu siapa aku?" tanya Yusuf dengan sudut bibir yang terangkat.
"Sekali saja aku mengangkat teleponku dan menghubungi pengelola tempat itu, aku pastikan saat mentari terbit esok pagi tempat usaha kalian sudah rata dengan tanah!" ancam Yusuf.
"Kau tidak akan punya kesempatan itu kalau aku mematahkan tanganmu!"
Sakti memiting tangan Yusuf hingga terdengar bunyi krek.
Melihat keberanian Sakti, membuat Nino, Aska, Bima dan Junot jadi memiliki keberanian untuk menyerang Yusuf pula.
Dalam waktu hitungan menit saja, wajah tampan Yusuf sudah dipenuhi luka lebam-lebam.
Melihat sang suami babak belur seperti itu, bukannya bahagia yang Hazel rasakan, hatinya malah berdenyut nyeri seakan merasakan sakit yang Yusuf rasakan.
"Sudah cukup! Hentikan!"
Hazel terpaksa melerai perkelahian lima lawan satu itu karna tidak tega melihat keadaan Yusuf yang begitu mengenaskan.
"Hazel, aku tahu kau masih peduli padaku." ucap Yusuf pelan, saking pelannya mungkin hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.
"Kalau kalian terus memukul dia, aku takut dia akan meninggal di tempat ini, nanti kalian yang akan disalahkan." ucap Hazel dengan berdusta.
Hazel tidak mungkin mengatakan merasa tidak tega melihat keadaan Yusuf yang pastinya akan membuat Yusuf semakin besar kepala.
Mendengar ucapan Hazel, harapan Yusuf yang semula sempat tumbuh kembali sirna.
"Tapi pria ini telah menyakitimu kak. Biarkan kami memberikan pria ini pelajaran agar dia tidak berani mengganggumu lagi!" Pekik Sakti dengan tangan sudah terkepal di udara, bersiap untuk menghajar Yusuf kembali.
"Jangan! Aku tidak mau kalian sampai bermasalah dengan pihak berwajib hanya karna aku. Biarkan saja pria itu pergi." Hazel menahan lengan sakti.
Mendengar perkataan Hazel, Sakti dan yang lainnya tidak punya pilihan lain lagi selain melepaskan Yusuf.
"Kau dengar itu pria arogan! Kak Hazel masih mengasihanimu walaupun kau selalu membuatnya menderita. Kali ini kau aku maafkan, tapi tidak untuk lain kali!" pekik Sakti dengan rahangnya yang mengeras.
"Sudah, sudah, biarkan saja dia. Lebih baik kita kembali ke rumah." Hazel menarik Sakti dan yang lainnya untuk masuk kembali ke dalam rumah gemerlap.
Yusuf yang sedang terbaring tak berdaya di atas tanah mengulurkan tangannya ketika Hazel berjalan melewatinya, namun Hazel mengabaikan tangan yang dahulu selalu ingin ia genggam dengan erat.
***
"Sepertinya tempat ini sudah tidak aman lagi, kita harus segera pergi dari tempat ini. Karna semua orang yang berani mencari masalah dengan Yusuf akan berakhir dengan menyedihkan." ucap Hazel setelah mereka berada di dalam rumah gemerlap.
"Kenapa kakak berkata seperti itu? Jangan katakan kalau kalian memang saling mengenal?" tanya Bima dengan tatapan penuh selidik.
"Dia memang suamiku, tapi kami sudah akan bercerai. Maafkan aku menyeret kalian dalam masalah kami." Hazel menundukan kepalanya dengan penuh rasa sesal.
Drrrd Drrrd
Di saat Bima belum sempat membalas ucapan Hazel, ada notifikasi pesan masuk di ponsel Nino. Pesan pemberitahuan kalau mereka harus segera meninggalkan tempat yang telah mereka tinggali selama 3 tahun terakhir ini, karna tempat ini akan di ratakan dengan tanah dan di bangun tempat hiburan yang lebih menarik.
"Ini semua pasti gara-gara Yusuf!" hati Hazel dipenuhi rasa bersalah, karna dirinya bermasalah dengan Yusuf, orang lain jadi ikut kena imbasnya.
"Tidak papa kak, sebenarnya kami sudah lama berencana untuk meninggalkan bisnis haram ini. Kami ingin memulai hidup baru yang lebih baik. Kedatangan kakak ke tempat kami justru membuka jalan agar kami cepat menjalankan rencana tersebut." ucap Nino yang seakan bisa memahami perasaan Hazel.
Bersambung.