Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Di Balas Impas.
Serra yang ke rumah sakit mengurus kepulangan ibunya.
"Mama harus lebih hati-hati lagi dan kalau apa-apa Mama harus meminta tolong pada Roni dan juga Rara karena mereka akan terus berada di rumah," ucap Serra yang masih berada di ruang perawatan ibunya itu dan Rara juga ada di sana yang memasukkan pakaian ke dalam tas.
"Maafkan Mama Serra, jika keadaan Mama sudah membuat kamu repot," ucap Widya.
"Tidak perlu meminta maaf karena itu merupakan kewajiban bagi Serra," ucapnya.
"Nak, apa kamu baik-baik saja?" tanya Widya.
"Apa Mama melihat Serra tidak baik-baik saja?" Serra mempertanyakan kembali kalimat itu.
"Kenapa wajah kamu?" tanya Widya.
Mau bagaimanapun cara menutupi dengan memakai make up pada wajahnya agar tidak terlihat membiru di bagian ujung bibirnya dan ternyata perasaan seorang ibu tidak akan pernah salah yang bisa melihat bagaimana anaknya terluka.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Widya.
Air mata Serra jatuh yang melihat bagaimana khawatirnya seorang ibu kepadanya. Serra sepertinya tidak mampu untuk menceritakannya dan dia lebih baik memeluk Widya agar perasaannya juga jauh lebih tenang.
"Serra tidak tahu harus melakukan apa. Ma! Serra ingin mengakhiri pernikahan ini. Serra sudah tidak tahan yang terus di dalam bayangan keluarga itu," ucapnya dengan tangisnya yang pecah akhirnya mengadu kepada ibunya.
"Maafkan Mama yang tidak bisa melakukan apapun dan kamu harus terpaksa menikah dengan Damar karena Mama," ucap Widya.
Lagi-lagi Serra memang hanya termakan janji di awal yang bagaimana saat dia menerima pernikahan itu juga karena membutuhkan pertolongan dari keluarga Damar yaitu tentang pengobatan ibunya dan kembali lagi semua itu hanya dilaksanakan di awal pernikahan saja dan sisanya keluarga Damar tidak peduli padanya.
"Jika semua yang Serra lakukan untuk Mama dan keluarga. Maka Mama tidak akan pernah menyesal sampai kapanpun. Serra akan berusaha semampu Serra untuk mengakhiri semua ini," ucapnya.
"Mama hanya bisa mendoakan kamu dan semoga saja mereka tidak menyakiti kamu lagi," ucap Widya yang benar-benar begitu sedih sebagai seorang ibu yang hanya bisa melihat penderitaan putrinya.
Serra tidak mengatakan apapun lagi yang menangis di pelukan ibunya dan Rara yang ada di sana juga ikut sedih atas apa yang terjadi kepada Kakaknya yang tadi dia juga sempat melihat lengan Serra tampak membengkak dan pasti semua akibat perbuatan dari Damar.
***
Setelah Serra sudah mengantarkan ibunya pulang ke rumah. Serra yang ternyata dijemput Askara dari rumah orang tuanya. Mereka yang sekarang berada di dalam mobil.
"Terima kasih kamu sudah mau menjemput ku," ucap Serra yang merasa tidak enak sudah merepotkan Askara.
"Aku senang jika kamu meminta bantuan untuk dijemput," ucap Askara yang membuat Serra tersenyum.
"Kita makan dulu sebelum kita pulang," ucap Askara. Serra menganggukkan kepala yang menuruti apa kata Askara.
Mereka berdua tidak mencari makan di tempat yang jauh atau di Restaurant yang mana mereka memilih membeli makanan di pinggir jalan dan memakannya di dalam mobil.
"Aku pikir kamu tidak suka makan makanan di tempat seperti ini?" ucap Serra.
"Apa alasannya tidak menyukai makanan seperti ini dan bukankah makanan ini sangat enak," jawab Askara.
"Biasanya orang-orang seperti kamu dan kebanyakan orang kaya lainnya akan merasa sangat jijik makan di pinggir jalan yang merasa jika makanan itu tidak higienis dan juga sangat kotor," ucap Serra.
"Ada-ada saja. Aku hanya akan menolak makanan jika makanan itu tidak enak atau tidak cocok di lidahku," jawab Askara yang ternyata lidahnya cukup merakyat dan juga tidak melihat tempat di manapun harus makan.
"Benar-benar pria di samping ini adalah orang yang sangat sempurna," batin Serra yang kembali mengagumi Askara.
"Kenapa menyimpan senyum seperti itu? Apa ada yang membuatmu tiba-tiba tersenyum?" tanya Askara.
"Hanya tidak menyangka saja jika kamu memiliki pemikiran seperti itu dan aku juga salut yang ternyata kamu bisa memasak," ucap Serra.
"Apa ingin di masakan lagi olehku?" tanya Askara.
"Lain kali aku pasti mau," jawab Serra yang membuat Askara tersenyum.
"Kalau begitu sebaiknya kamu makan yang banyak," ucap Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
Mereka menikmati nasi goreng tersebut di dalam mobil sembari cerita dan juga syarat terlihat tertawa beberapa kali yang suasana itu ternyata sangat mampu membuat perasaannya jauh lebih tenang.
***
Diruang tamu cukup menegangkan di mana ada Kakek, Askara, Bram, Damar, Niken, Netty dan juga Andre.
"Dasar bodoh!" umpat Askara berdiri dari tempat duduknya yang terlihat marah mengambil dokumen yang berada di atas meja dan melempar kasar ke wajah Damar.
Niken melihat putranya diperlakukan seperti itu yang ingin berdiri juga dari tempat duduknya yang ditahan oleh Bram dengan kode menggelengkan kepala agar Niken tidak ikut campur.
Ternyata Damar melakukan kesalahan besar yang membuat Askara marah sejak tadi yang tidak peduli siapa Damar yang memarahinya jelas-jelas di depan banyak orang.
"Apa yang kau lakukan hanya merugikan perusahaan dan kau pikir ini masih main-main hah!" umpat Askara menunjuk pada Askara.
"Paman tidak bisa menyalahkanku hanya sepihak saja karena bukan hanya aku saja yang melakukan hal itu!" tegas Damar mengangkat kepalanya yang menantang askara yang tidak terima diperlakukan seperti itu.
Plakkkk
Askara yang tiba-tiba saja menamparnya yang membuat semua orang semakin kaget dan begitu dengan Damar sendiri.
"Askara apa yang kau lakukan?" tanya Niken yang ternyata kesabarannya sudah tidak bisa ditahan lagi.
"Anak ini sudah membuat salah dan masih berani menantangku. Apa dia pikir dengan semua yang telah dia lakukan bisa diperbaiki begitu saja dan ini sudah merugikan perusahaan!" tegas Askara menekan suaranya yang menatap tajam damar dan begitu juga Damar yang kembali tidak terima dengan apa yang dilakukan Askara tangannya sudah bergetar yang ingin membalas perbuatan Askara.
"Ini akibatnya jika bekerja hanya main-main dan bersenang-senang saja. Aku lebih baik menempatkanmu di bagian OB sekalian agar kau bisa memiliki waktu untuk bermain-main!" ucapnya dengan merendahkan Damar.
"Askara sudah cukup," sahut Kakek dengan suara rendah yang mencoba untuk menenangkan emosi anak bungsunya itu.
"Aku tidak bisa Pa, melihat orang-orang yang bekerja di Perusahaan memiliki aturan sendiri dan orang yang tidak mengikuti peraturan dan apalagi membuat masalah sebesar ini dibiarkan begitu saja. Mau jadi apa laki-laki ini jika pekerjaannya tidak pernah beres!" tegas Askara.
"Aku peringatkan sekali lagi kepadamu! jika dalam satu kali 24 jam kau tidak bisa memperbaiki semua ini maka jangan salahkan aku akan menggantikan dirimu di Perusahaan dengan orang yang lebih berkualitas!" tegas Askara tidak main-main memberikan ancaman dan langsung berlalu dari hadapan Damar.
Ternyata absennya Serra di ruang tamu itu bukan berarti tidak mengetahui apa yang terjadi dia berada di balik tembok dan melihat bagaimana Askara memukul suaminya yang membuatnya tersenyum.
"Jadi ini maksud dari perkataannya, bahwa dia akan membalas semuanya," batin Serra.
Memang sangat berlebihan sekali jika askara yang menegur Damar karena masalah Perusahaan sampai bermain tangan dan mungkin saja sekarang sudah menahan diri sejak awal bagaimana caranya bisa memberi pelajaran kepada Damar walau hanya dengan satu pukulan saja tetapi paling tidak itu sudah cukup untuk sementara.
Bersambung.....