Skandal Dengan Adik Ipar

" Anakku," gumam Yasmin.

Setelah satu minggu mengalami koma, Yasmin kini sudah sadar kembali. Respon pertama saat ia bangun adalah menanyakan keberadaan anaknya. Ia bermimpi jika ia dan anaknya berpisah. Dari mimpi itulah Yasmin berusaha sekuat tenaga untuk bangun. Ia membuka matanya, ada banyak pasang mata yang kini menuju ke arahnya.

" Alhamdulillah nyonya Yasmin sudah bangun. Sekarang nyonya harus rileks biar dokter memeriksa keadaan anda saat ini," ucap perawat rumah sakit yang mengurus Yasmin selama ini.

Dokter memeriksa detak jantung Yasmin dan tanda-tanda vital lainnya. Dokter menjelaskan jika saat ini kondisi Yasmin sedang dalam masa perbaikan. Keadaan kritis nya sudah terlalui, tinggal menunggu masa penyembuhan.

" Kondisi nyonya Yasmin sudah cukup stabil. Jangan berikan dia beban pikiran yang terlalu berat dulu. Biarkan dia mengadaptasi dirinya selama beberapa waktu,"

" Baiklah terima kasih dokter," ucap Bu Dini.

Dokter dan perawat berpamitan meninggalkan ruangan Yasmin. Tak henti-hentinya Bu Dini mengucapkan terima kasih kepada dokter karena telah membantu Yasmin pulih. Ia juga tidak lupa mengucapkan syukur karena masih diberi kesempatan untuk kesembuhan anaknya.

" Sayang,,, mana kangen banget sama kamu"

Bu Dini menciumi seluruh wajah putrinya. Hatinya menghangat karena Yasmin sudah kembali. Selama satu minggu ini ia tidak berhenti berdoa memanjatkan doa kepada Tuhan agar putrinya siuman.

" Ma, dimana putraku?"

" Dia ada di ruang perawatan bayi,, nanti suster yang bawa ke sini ya"

Yasmin meminta mamanya agar segera membawa anaknya ke dekatnya. Ia sangat ingin melihat wajah anak yang sudah lama ia nantikan.

Tak lama seorang perawat membawa bayi yang Yasmin yakini adalah anaknya. Hatinya merasa tidak sabar segera ingin melihat wajah anaknya.

" Anakku," ucap Yasmin menangis terharu ketika anaknya sudah berada di dalam gendongannya.

Perasaan lega seketika memenuhi hatinya. Ia sangat senang bisa melihat wajah anaknya yang lucu. Di sisi lain ia juga merasa sedih karena tidak bisa menemui anaknya saat baru pertama lahir.

" Astaga kamu tampan sekali nak," ucap Yasmin.

" Emmmm Yasmin, anak kamu perempuan " sanggah Bu Dini. Ia ingin membenarkan persepsi anaknya yang mengira sang cucu berjenis kelamin laki-laki.

" Hah? Bukankah seharusnya laki-laki ma? Saat USG jenis kelamin anak aku laki-laki,"

Bu Dini dan Pak Abuzer saling berpandangan satu sama lain. Ada sebuah isyarat diantara mereka tetapi Yasmin tidak bisa menebaknya. Yasmin sedikit terkejut karena anaknya bukan laki-laki.

" Hasil USG bisa saja salah Yasmin. Yang terpenting kondisi anak kamu sehat. Iya kan?" jelas Bu Dini.

" Iya bener ma,"

Yasmin mencium pipi anaknya yang gembul. Rasa-rasanya anaknya jauh lebih berisi berbeda dengan pemikirannya karena anaknya lahir prematur. Yasmin sangat bersyukur, ia dan anaknya dapat bertemu kembali. Berbeda dengan mimpinya sebelum ia bangun dimana ia dan anaknya dipisahkan.

" Yasmin, mau diberi nama siapa anak kamu?"

" Safeaa Abuzer pa. Nama yang cantik kan?"

" Pakai nama belakang keluarga kita. Lalu bagaimana dengan ayahnya? Apa kamu tidak ingin memberi tahu kami siapa ayah kandung Safea?"

" Sudahlah pa. Yasmin sendiri kan sudah menjelaskan kalau dia ini korban perampokan dan pemerkosaan. Jadi wajar ia tidak tahu siapa yang menghamilinya,"

" Masa tidak ingat sama sekali? Minimal tahu ciri-cirinya lah," jawab Pak Abuzer. Ia bingung memikirkan nasib cucunya.

" Maaf ma pa,, Yasmin tidak tahu siapa laki-laki itu" jawab Yasmin berbohong. Ia tidak ingin memperpanjang masalah kembali dengan berurusan kepada Arvin.

" Sudah, sudah. Oh ya sayang, selama kamu belum siuman Safea sempat disusui Esther. Asinya dia sangat banyak dan kebetulan keluarnya cepat. Jadi Safea dan Andra disusui bergantian,"

" Andra?"

" Iya nama anaknya Esther Kalandra Dhananjaya,"

" Laki-laki?" Yasmin bertanya kemudian mengangguk sendiri. Ia tidak tahu jenis kelamin anak Esther karena adiknya itu sengaja menyembunyikan gender anaknya. Esther bilang jika hal tersebut biarlah menjadi kejutan. Ternyata anak Esther yang terlahir adalah laki-laki. Tuhan selalu punya kehendak untuk menentukan takdir umatnya.

" Sekarang dimana Esther ma?"

" Dia kembali rujuk dengan Arvin. Sepertinya semua masalah sudah beres. Esther sama anaknya sudah diboyong ke rumahnya Arvin," jelas Bu Dini.

Secepat itu masalah Esther kelar? Bukankah kemarin-kemarin adiknya pusing memikirkan solusi agar bisa kembali rujuk dengan Arvin? Lalu mengapa secepat itu mereka berbaikan? Yasmin menyesal telah ikut campur urusan adiknya hingga berujung hamil anak Arvin. Harusnya dia diam saja dan selalu mendukung adiknya. Tindakan konyolnya waktu itu benar-benar mengubah hidupnya.

Yasmin tidak mungkin memberi tahu semua orang jika ia mengandung anak Arvin. Apa kata orang-orang nanti jika adik kakak dihamili oleh laki-laki yang sama? Terlebih rumah tangga Esther sudah membaik. Yasmin tidak akan menganggu kebahagiaan adiknya. Biarlah ia yang menjadi orang tua tunggal untuk putrinya. Mengenai Arvin, Yasmin harap laki-laki itu tidak akan pernah tahu jika ia mempunyai anak lain. Yasmin sendiri yang akan menjaga rahasia ini.

" Secepat itu mereka berbaikan ma? Syukurlah kalau begitu,"

" Iya nak. Oh ya, Arvin dan Esther berencana akan tinggal di luar negeri untuk beberapa tahun. Mereka akan menjalani rumah tangga tanpa campur tangan sanak keluarga. Ya kamu tahu sendirilah kalau di dekat keluarga suka ada yang ikut campur,"

Yasmin terdiam, ia jadi malu sendiri. Mamanya benar, ia tidak seharusnya ikut campur urusan Esther. Ia tidak seharusnya gegabah menghajar Arvin walaupun dirinya sendiri yang akhirnya kalah. Entah kenapa takdir Tuhan seolah mempermainkannya. Andai waktu bisa diulang ia tidak ingin berurusan dengan pria bejat itu.

" Aku ingin bertemu Esther ma. Kapan dia akan berangkat?"

" Sore ini,"

" Sore ini? Kenapa mendadak sekali? Padahal aku juga ingin melihat wajah anaknya Esther,"

" Entahlah, mama dikabarinya begitu. Ya sudah biarkan saja. Nanti kalau kamu sudah pulih kamu bisa menelepon adikmu. Habis ini kamu balik ke Jakarta kan?"

Yasmin termenung, pekerjaannya mungkin sedang menantinya. Namun kini ia sudah memiliki seorang anak, pasti akan timbul banyak pertanyaan untuk semua rekan kerjanya. Yasmin bingung harus bagaimana.

" Yasmin mau mengundurkan diri ma. Lagian kelamaan cuti pasti juga udah dipecat. Yasmin mau nyari kerjaan baru aja di sini,"

" Maksudnya di sini kamu akan tinggal di desa? Kamu tidak ingin kembali ke Jakarta?"

" Papa tahu kamu menghindari orang-orang karena sekarang kamu memiliki anak. Tapi mau sampai kapan kamu menyembunyikan anak mu? Kamu kira tinggal di desa juga tidak menimbulkan pertanyaan? Pastilah hal tersebut menimbulkan pertanyaan, coba kamu pikir! Mana ada perempuan muda lagi hamil suami tidak ada. Setelah melahirkan pun suaminya juga tidak ada. Mereka pasti paham kalau kamu melahirkan tanpa suami,"

" Setidaknya kalau tinggal di sini Yasmin tidak akan membuat malu papa dan mama. Di kota kan banyak rekan-rekan kerja papa dan juga temen-temen mama. Yasmin tidak ingin mama sama papa merasa malu karena Yasmin,"

" Papa carikan suami buat kamu ya? Supaya anak kamu punya ayah,"