NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 35

Kafe sore itu tampak lengang, hanya ada segelintir orang yang duduk dengan obrolan pelan. Matahari yang mulai merunduk memancarkan cahaya keemasan melalui jendela kaca besar, membingkai momen pertemuan Lauren dan ibunya.

Lauren datang dengan senyuman manis di wajahnya, Dia melangkah cepat dan penuh dengan keceriaan, Ia menghampiri ibunya yang sudah duduk di meja pojok favorit mereka. “Maah,” sapa Lauren sambil memeluk Tante Liana erat, seperti anak kecil yang baru pulang dari perjalanan panjang.

“Gimana kabarmu, sayang?” tanya Tante Liana lembut sambil membelai rambut Lauren.

“Lebih baik… setelah tinggal sama mamah dua minggu itu, Tapi tadi ya ada beberapa hal yang merusak mood, Tapi it's oke semuanya masih terkendali.” jawab Lauren sambil tersenyum. “Terima kasih ya udah izinin aku pulang dulu.”

Mereka memesan makanan kesukaan—spaghetti carbonara dan es teh lemon, sambil tertawa kecil membicarakan hal-hal sepele. Suasana di antara mereka hangat, seperti tidak pernah ada pertengkaran di masa lalu. Namun semua itu berubah pelan-pelan ketika Tante Liana mengambil sesuatu dari tas tangannya.

Sebuah undangan berwarna biru muda, dengan pita kecil yang manis di tengahnya. Dia menyerahkannya kepada Lauren dengan ekspresi tenang, namun mata yang sedikit bergetar.

Lauren menerima undangan itu, membukanya perlahan.

“Undangan Pernikahan: Galih & Liana.”

Matanya membelalak. Hening sesaat. Dunia seperti berhenti bergerak.

Lauren menatap ibunya tidak percaya. “Mamah… mau nikah sama Galih?” suaranya meninggi. “Mamah sadar gak dengan apa yang mamah perbuat? Mamah tau kan siapa Galih? Apa pekerjaannya? Dia sugar baby, mah. Mamah gak mikir apa gimana hidup mamah kalo sampe nikah sama dia? Gimana nantinnya kalo dia sampai ninggalin mamah.”

Tante Liana tetap tenang, meski jelas terlihat sorot mata yang sedikit terluka. Ia meletakkan tangannya di atas meja, menyentuh jari-jari Lauren.

“Maaf kalau ini mengejutkan kamu, sayang. Tapi mamah harus jujur ke kamu kalo mamah sebenarnya hamil… Dan itu adalah anak Galih.”

Lauren tersentak. “Apa…?, Mamah hamil? Ngga mungkin mamah hamil. Ini pasti cuma alasan mamah aja."

"Mamah serius, Ren mamah beneran hamil."

Lauren melihat mata ibunya yang tidak terpancar ada kebohongan di dalamnya.

Tante Liana mengangguk. Lalu dia menceritakan segalanya—dari malam itu, bagaimana dia menjebak Galih dan membuat galih dalam kondisi tak sadarkan diri hingga terjadilah hubungan itu, dan bagaimana Galih memilih datang menemuinya dan mengungkapkan niat baiknya, meskipun Galih sebenarnya tidak sepenuhnya bersalah, Tetapi dia tetap memilih untuk bertanggung jawab. “Dia datang sendiri selayaknya pria sejati, Lauren. Dia bilang… dia gak ingin anak ini tumbuh tanpa kasih sayang keluarga yang utuh seperti dia dulu.”

Lauren terdiam. Air matanya mulai menggenang. Kenangan tentang Galih berputar di otaknya—sikapnya yang dingin, cara dia menghindar, dan rumor buruk yang beredar tentang dirinya—semuanya bertabrakan dengan gambaran baru yang diceritakan ibunya. Tentang Galih yang memilih untuk tetap bertanggung jawab, bahkan ketika tidak ada yang memaksanya.

“Galih... beneran berubah ya?” bisik Lauren lirih.

Tante Liana mengangguk, matanya juga berkaca-kaca. “Dia mungkin bukan laki-laki sempurna, tapi mamah tahu sejak pertama kali mamah bertemu galih, Galih adalah lelaki yang baik. Hanya saja jalan hidupnya yang kelam yang membuatnya menjadi seperti itu.”

Lauren menunduk, menggigit bibirnya, lalu perlahan berdiri dan berjalan mengitari meja. Dia berjongkok di samping ibunya, memeluk perut ibunya yang masih datar, lalu mengelusnya dengan lembut.

“Bentar lagi aku bakal punya adik ya, mah…” ucapnya dengan suara gemetar.

Tante Liana memeluk Lauren, dan akhirnya mereka berdua menangis dalam keheningan yang entah kenapa terasa begitu hangat.

Untuk pertama kalinya, luka masa lalu tampak seperti bisa untuk disembuhkan.

Malam semakin larut, kafe sudah mulai sepi. Pelayan-pelayan mulai merapikan meja, dan lampu luar dinyalakan satu per satu. Lauren dan Tante Liana keluar dari kafe sambil tertawa kecil, mencoba menghilangkan beratnya pembicaraan mereka sebelumnya.

“Lauren, kamu bawa mobil?” tanya Tante Liana sambil melihat sekeliling parkiran.

Lauren menggeleng. “Enggak, Mah. Aku tadi ke sini naik taksi online. Mobil aku tinggal di kampus.”

Tante Liana langsung mengernyitkan dahi. “Ya sudah, biar Mamah antar kamu pulang.”

Lauren cepat-cepat menolak, menatap perut ibunya yang masih rata tapi sekarang terasa sangat berarti. “Enggak usah, Mah. Mamah istirahat aja. Aku takut Mamah kecapean, itu bisa bahaya buat adik nanti.”

Tante Liana ingin memaksa, tapi melihat ekspresi putrinya yang tulus membuatnya menyerah. “Baiklah… Tapi hati-hati, ya.”

Lauren mengangguk sambil mengecek ponselnya. “Taksi onlinenya bentar lagi nyampe, Mah.”

Mereka berpelukan sebentar sebelum Lauren berdiri di tepi trotoar, menunggu mobil yang dipesan. Udara malam dingin menusuk tulang, membuat Lauren memeluk tubuhnya sendiri.

Tiba-tiba, sebuah mobil hitam berhenti mendadak di depan Lauren.

Pintu belakang langsung terbuka—dua pria bertopeng keluar dengan cepat.

“A—Apa ini?!” jerit Lauren, tapi mereka langsung menyeretnya masuk ke dalam mobil.

“LAUREN!!” suara Tante Liana melengking dari arah belakang. Dia berlari, sandal haknya memukul keras-keras trotoar.

Lauren berteriak sekuat tenaga, berusaha melawan, tapi terlalu cepat. Mobil itu melesat, meninggalkan suara ban yang meraung keras di aspal basah.

Tante Liana hanya sempat menyentuh pintu belakang yang sudah tertutup rapat, lalu jatuh berlutut di jalan.

Air matanya mengalir deras. Nafasnya tercekat. Tangannya gemetar ketika merogoh ponsel dari tasnya.

Dengan suara penuh kepanikan, dia menekan kontak GALIH

.

“Galih! Galih tolong Tante… Lauren! Galih! Dia… dia diculik! Dia dibawa pake mobil hitam. Tante ngak tahu harus gimana! Tolong, Galih!!

Di ujung sana, suara Galih langsung berubah tegang. “Tante… tenang dulu. Sekarang Tante ada dimana? Tante tenang, Aku pasti akan nemuin Lauren. Aku janji.”

“Di depan kafe kita biasa, Galih… Aku—aku takut terjadi apa-apa sama Lauren…”

“Tante tenang, Jangan kemana-mana, Tante tunggu aku disana. Aku ke sana sekarang.

Galih menutup telepon, wajahnya pucat. Matanya menyala penuh amarah.

Dia memang tidak tahu siapa yang berani menyentuh Lauren, tapi satu hal yang pasti:

Dia tidak akan diam saja. Dan Dia pasti akan memberikan pelajaran yang setimpal bagi siapa saja yang berani melukai Lauren.

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!