Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Kini mereka sudah pindah ke rumah baru yang lebih luas dan nyaman, ada halaman depan yang luas dan dapat ditanami berbagai tanaman hias, disamping rumah juga terdapat kolam renang. Ini adalah rumah yang selama ini Caiden impikan untuk ditinggali bersama keluarganya, keluarga tercintanya. Bayi mereka juga hampir datang kedunia ini untuk bergabung bersama mereka bertiga. Mereka mulai memindah-mindahkan barang, menyusunkan kesana kesini. Mereka bahkan sudah menyiapkan kamar bayi dengan warna abu-abu dirumah baru itu, peralatan bayi dan segala jenis pernak-pernik dan mainan telah dikirim kesana.
“Jangan terlalu kelelahan, kamu sekarang duduk aja ya” kata Caiden mengambil alih kardus dari tangan Aizha, dari tadi wanita itu terus saja bekerja, melakukan ini melakukan itu, memindahkan ini memindahkan itu, padahal itu bisa sangat berbahaya mengingat usia kandungannya yang sudah tua. Dengan cemberut Aizha patuh untuk hanya duduk saja disofa dan mengawasi tanpa melakukan apapun, dia tidak bisa membantah karena kekhawatiran Caiden beralasan.
Nuka sangat menyukai ukuran kamar barunya saat ini, terasa seperti kebebasan bagi dirinya. Ann juga datang untuk bantu-bantu mereka pindahan walaupun hal yang paling banyak ia lakukan adalah duduk diatas ranjang baru Nuka dan bergosip sambil makan snacks, gadis remaja memang selalu seperti itu.
Saat sore hari, hampir keseluruhan barang telah disusun dan sebagiannya lagi akan dilanjutkan besok. Bahkan setelah seharian bekerja keras dengan semua barang-barang berat itu, Caiden masih memasak makan malam untuk mereka, dia melarang Aizha untuk masak dan tak ingin mengganggu waktu Nuka dan Ann. Caiden benar-benar suami yang baik sekaligus kakak laki-laki yang baik, hampir tak ada keburukan dalam dirinya, setiap detik selalu membuat Aizha semakin mencintainya seolah pria itu begitu sempurna dan tak ada celah. Aizha membantu Caiden menyusun makanan diatas meja makan, memanggil kedua gadis remaja yang tengah bermain entah apapun dalam kamar Nuka untuk makan malam, Aizha bahkan mengecup lembut pipi Caiden saat dia duduk di kursinya.
Mereka makan malam dengan nyaman dan menyenangkan, makanan Caiden juga sangat enak seperti biasa. Setelah makan Ann pamit pulang, Caiden menyarankan untuk gadis itu menginap dirumah baru mereka, merasakan malam pertama disini sama seperti mereka semua.
“itu bakalan sangat menyenangkan dan aku akan sangat menyukainya, tapi aku harus pulang” balas Ann dengan sedikit kecewa.
“baiklah hati-hati dijalan dan sampaikan salam kami pada orangtuamu ya” kata Aizha dengan lembut sambil mengusap sekilas rambut gadis itu.
“baik kak” katanya lalu naik ke motor pink kesayangannya, menyalakan mesin, melambai sekilas lalu melaju keluar dari halaman luas itu hingga sosoknya tidak tampak lagi.
... ☠️☠️☠️...
Di hari minggu yang awalnya tenang berubah menjadi menebarkan bagi Aizha, dia sendirian dirumah, merasakan sakit yang hebat diperutnya, ketubannya pecah dan dia tak dapat menemukan ponselnya dimana pun, ini membuatnya begitu frustasi. Caiden seharusnya berada dirumah namun dia harus pergi ke pabrik karena ada mesin yang bermasalah dan sekretarisnya mulai kewalahan, Aizha menyuruh Nuka pergi ke mini market untuk membeli saos dan belum kembali.
Hanya merintih kesakitan dan menangis yang bisa Aizha lakukan sambil mencari kunci mobil atau ponsel, apapun itu. Saat ia berjalan keluar untuk meminta bantuan pada tetangga, tepat saat itu Nuka muncul dan dengan panik berlari mendekati Aizha. Dia binggung dan tidak tau harus melakukan apa melihat kakaknya begitu kesakitan, dengan bergetar dia memanggil taksi untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Untunglah dia bisa menemukannya tak begitu lama, sopir taksi membantu Aizha naik kedalam mobil, semoga mereka bisa sampai ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum Aizha melahirkan. Di tengah kepanikan dan rasa sakit itu, Nuka menghubungi Caiden, mengatakan saat ini mereka tengah menuju ke rumah sakit.
Setelah Aizha dimasukan ke ruang persalinan dan Nuka hanya bisa berdiri mematung di luar pintu ruangan itu sendirian, dia tak pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya dan dia sangat binggung. Sepertinya kakaknya akan melahirkan dan Nuka baru tau prosesnya menyakitkan seperti ini. tak berapa lama Caiden datang, nafasnya tersengal-sengal karena berlari
“bagaimana keadaannya?” tanya Caiden pada Nuka, ada rasa menyesal di pancaran mata pria itu.
“enggak tau, mereka lagi menanggani kak Zha” Nuka masih merasa panik. Kini mereka berdua duduk di kursi tunggu, berdoa dan berharap semoga semuanya lancar dan kedua orang itu selamat.
Caiden tidak yakin berapa lama ia menunggu disana, namun itu terasa seperti selamanya, seolah waktu membeku di detik itu dan tak bergerak lagi, seolah semua kegiatan didalam ruang persalinan dan disekitarnya terhenti tak bergerak hingga suara tangisan yang melengking membuyarkan semua pemikirannya. Seketika sebuah gumpalan besar kebahagiaan memenuhi hatinya, akhirnya anaknya telah lahir, anak laki-lakinya kini sudah datang ke dunia. Dengan begitu bahagia Caiden memeluk Nuka, gadis itu juga merasakan kebahagiaan yang besar. Kini satu lagi anggota dalam keluarga mereka telah hadir. Namun pintu ruang itu masih belum terbuka juga, Caiden mengetuk-ngetuk kakinya dilantai tidak sabaran. Apa yang mereka lakukan didalam sana? Apa yang membuat mereka begitu lama membuka pintu sialan ini?
Kini Aizha telah dipindahkan ke kamar biasa, ia tidur begitu nyenyak dan bayi mereka juga sudah diurus oleh para suster setelah tadi sempat digendong oleh Aizha sebentar. Caiden duduk di samping Aizha, memperhatikan istrinya beristirahat sambil mengusap-usap kening wanita itu. Pasti sangat sulit bagi Aizha tadi sendirian dirumah dan merasakan sakit, Caiden merasa begitu buruk karena dia tidak disana, dia tidak ada disana saat wanita itu paling membutuhkannya, dia lebih memilih pergi untuk mengecek semua mesin-mesin sialan bodoh itu daripada menjaga Aizha dirumah.
Sorenya Ann dan kedua orangtuanya datang kerumah sakit untuk mengunjungi mereka sekaligus melihat baby mereka yang baru lahir. Caiden memberi nama anak mereka dengan nama Felix Guiliano dan Aizha menyukainya. Saat menggendong bayinya yang mungil dan manis, Aizha mengingat Nuka dulu saat ia masih kecil, mereka mirip. Felix terlihat persis seperti Nuka, kulitnya putih bersih dengan pipi yang memerah, hidungnya tak begitu mancung dan bibirnya sangat mungil. Ia membayangkan saat ini jika saja kedua orangtuanya masih ada dan melihat anaknya, pasti mereka akan sangat senang. Mereka akan sangat bahagia dan terharu jika saja bisa bertemu dengan cucu mereka, namun sayangnya malam tragis sialan itu merebut sosok mereka dari dirinya, anaknya, Nuka, dan bahkan Caiden sebagai menantu mereka.
Aizha merasakan kecupan hangat Caiden dikeningnya, ia mendongak dan melihat Caiden tengah menatapnya dengan teduh. Caiden telah mengisi semua kekosongan itu dan Aizha tidak tau bagaimana hidupnya tanpa pria itu. Aizha tersenyum tipis pada Caiden sambil dalam hati mengucapkan rasa syukurnya yang besar.
Kehidupan mengurus Felix kecil tidak semelelahkan saat mengurus Nuka kecil, saat itu Aizha masih sangat muda, harus bersusah payah mencari uang sambil mengurus Nuka dan dia tidak tau menahu apapun soal bayi waktu itu. Aizha menjadi sangat kelelahan dan frustasi, merasakan dirinya menjadi setengah gila dalam keseharian berulang yang teramat repot, namun untunglah dia dapat bertahan dan membesarkan Nuka dengan baik hingga mereka bisa berada di titik ini. kali ini dia hanya harus fokus pada Felix, tidak perlu mencari uang melakukan ini dan itu, dan juga dia punya Nuka dan Caiden yang membantunya. Kini Aizha hidup disaat paling membahagiakan selain masa kecilnya setelah semua kekacauan yang pernah ia alami. Tidak ada lagi rasa sakit, traumanya telah mulai sembuh seiring berjalannya waktu dan dia bisa melupakan apapun saat-saat buruk yang menimpanya bahkan saat ia terkurung diruangan tertutup menjadi wanita panggilan dan dicekoki obat-obatan, semua itu telah berlalu dan kini dia telah mulai membaik.
Aizha menatap Felix yang tertidur di gendongannya setelah diberi asi, saat ini hanya ada mereka berdua di rumah karena papa Caiden harus bekerja dan tante Nuka harus sekolah, walaupun begitu Aizha tetap merasa nyaman dan bahagia. Caiden pernah menawarkan untuk menyewa asisten rumah tangga agar Aizha tidak terlalu kelelahan mengurus Felix dan mengurus rumah, namun Aizha menolaknya. Dirumah mereka biarkan saja hanya tinggal mereka, dia bisa dan dengan senang hati merawat keluarganya dan rumahnya, itu bukan hal yang besar. Sifat ini tumbuh karena kehilangan orangtuanya dan dipaksa dewasa bahkan sebelum waktunya dan kelihatannya Aizha terbiasa dengan hal itu.
.tetap manis seperti ini
betul2 akhir yg maniis
turut berbahagia untukmu Aizha semoga yg tersisa tinggal bahagia sj ya Zha