NovelToon NovelToon
Bunda Untuk Daddy (Tamat)

Bunda Untuk Daddy (Tamat)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:18.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: saskavirby

pengalaman pahit serta terburuk nya saat orang yang dicintai pergi untuk selama-lamanya bahkan membawa beserta buah hati mereka.

kecelakaan yang menimpa keluarganya menyebabkan seorang Stella menjadi janda muda yang cantik yang di incar banyak pria.

kehidupan nya berubah ketika tak sengaja bertemu dengan Aiden, pria kecil yang mengingatkan dirinya dengan mendiang putranya.

siapa sangka Aiden adalah anak dari seorang miliarder ternama bernama Sandyaga Van Houten. seorang duda yang memiliki wajah bak dewa yunani, digandrungi banyak wanita.


>>ini karya pertama ku, ada juga di wattpad dengan akun yang sama "saskavirby"

Selamat membaca, jangan lupa vote and coment ✌️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saskavirby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 35

Sandy merasa ada yang berbeda dari Stella, sejak setengah jam yang lalu selesai berbicara lewat video call perasaannya agak aneh, raut wajah Stella juga menunjukkan bahwa wanita itu sedang dalam masalah besar. Namun saat ditanya, Stella seolah bungkam, tidak ingin membicarakan yang sesungguhnya, jadi, keputusannya sudah bulat, dia akan kembali ke Indonesia segera.

Saat ini, Sandy sudah berada di dalam jet pribadinya, semalam dia sudah mengabari Stella dan memintanya untuk menjemputnya. Sandy tersenyum menatap layar ponselnya, menatap foto sebagai wallpaper yang menunjukkan wajah Stella dan Aiden yang tersenyum ke arah kamera. Dia tidak sabar menunggu, dia sangat merindukan anak dan wanitanya.

Stella sudah standby di mobil menunggu pesawat Sandy landing. Dia hanya bersama Pak Udin, Aiden masih sekolah sehingga dia tidak mengajaknya. Hampir setengah jam menunggu akhirnya pesawat yang ditumpangi Sandy tiba, Stella turun dari mobil dan menghampiri Sandy yang sudah turun dari jet pribadinya diikuti Alvin dari belakang.

Sandy tersenyum melihat Stella yang sudah menunggunya, dia berjalan cepat, merengkuh tubuh yang hampir dua bulan tidak dilihatnya dalam pelukan. "I miss you," ucapnya.

Stella membalas pelukan Sandy seraya berucap. "I miss you too."

Sandy menarik diri, menatap wajah Stella yang sedang tersenyum, dia mencium kening Stella, beralih ke pelipis dan berakhir di pipinya.

Stella tersipu akan perlakuan Sandy, keduanya berjalan menuju mobil dengan tangan Sandy yang melingkar di pundak Stella.

"Bukankah seminggu lagi pulangnya?"

"Aku sudah sangat merindukanmu," Sandy menarik tubuh Stella agar lebih dekat dengannya, kemudian mencuri kecupan di bibirnya.

Stella melotot protes, sedangkan Sandy hanya terkekeh.

"Kau tidak merindukanku?" tanya Sandy kemudian.

"Tidak."

"Stella, kau?"

"Memang begitulah kenyataannya," jawab Stella acuh, demi apapun dia sedang menahan agar tidak tertawa melihat wajah Sandy yang merajuk.

Dua orang penghuni kursi depan mengulum senyum melihat tingkah kedua majikannya.

"Kamu harus diberi pelajaran, Stella," desis Sandy pelan namun tajam. Dia mendekat hendak mencium Stella, namun Stella segera mendorong dada Sandy agar menjauh.

Sandy tak terima dan hendak protes, namun melihat Stella yang melotot dan memainkan bola matanya ke arah depan membuatnya mengerti. "Aku tidak peduli," ucap Sandy acuh. Sedetik kemudian dia merengkuh pundak Stella dan menciumi pipinya gemas.

Stella terpekik. "Sandy?!"

Alvin dan Pak Udin menoleh ke belakang dan terkejut, segera keduanya kembali menatap lurus ke depan, tidak berani menoleh ke belakang lagi.

Stella benar-benar malu, bagaimana tidak? Sandy menciumi wajahnya di dalam mobil, bahkan Alvin dan Pak Udin sempat melihatnya, astaga, mau ditaruh mana wajahnya, dia benar-benar kesal.

Sandy terkekeh. "Itu hukuman dariku, Sayang," bisiknya di telinga Stella.

Stella mengerucut sebal.

Tiba-tiba Sandy menutup tirai antara kemudi dan penumpang, membuat Stella kembali menegang.

Sandy mendekat. "I miss you, Ste," ucapnya serak, tatapannya mengarah pada bibir Stella yang seakan menggodanya.

Stella meneguk salivanya, jantungnya berdebar mendengar suara Sandy yang mulai serak, dia mulai gugup.

Tanpa menunggu jawaban, Sandy mulai memagut bibir manis yang menjadi candunya, dia sangat merindukan rasa manis itu. Hampir dua bulan dia hanya bisa melihat bibir ranum ini dari layar ponsel, dan akhirnya sekarang dia bisa menikmati rasa manisnya.

Entah sejak kapan Stella mulai membalas ciuman Sandy, Sandy semakin merengkuh tubuh Stella agar menempel padanya.

Keduanya saling mencecap rasa bibir masing-masing, tidak dipedulikan kedua makhluk di depannya yang akan mendengar cecapan keduanya. Mereka tengah asik dalam dunianya sendiri, melepas kerinduan dengan pagutan yang semakin lama semakin menggebu.

Stella memukul dada Sandy saat nafasnya mulai lemah, dia benar-benar kehabisan nafas akibat cumbuan Sandy.

Sandy tersenyum melihat wajah Stella yang memerah, menenggelamkan hidung bangirnya pada pipi Stella lama seraya menetralkan nafasnya.

Stella menghirup nafas sebanyak mungkin, dengan Sandy masih mencium pipinya, bagaimana mungkin jantungnya akan kembali normal seperti semula.

Sandy menarik kepalanya, menatap lekat manik mata wanita di hadapannya, jemarinya terulur untuk menghapus sisa pagutan di bibir Stella.

Sekali lagi, dia mencuri satu ciuman di bibir ranum Stella, kemudian merengkuh tubuh Stella, memeluknya dari samping.

Stella sudah tersipu dengan ulah Sandy, dia menenggelamkan wajahnya di dada Sandy, menyembunyikan rona merah yang sudah pasti muncul di kedua pipinya. Bahkan dirinya melupakan masalah yang akhir-akhir membuat tidurnya tidak nyenyak. Stella mengeratkan pelukannya, menghirup aroma Sandy yang sangat menenangkan, membuat dirinya merasa nyaman dan terlindungi.

Sandy membalas pelukan Stella tak kalah erat, berulang kali dia menciumi kepala Stella, bahkan hingga mobil yang ditumpangi tiba di depan mansion keluarganya.

...***...

Sejak kejadian di restoran, Stella tidak lagi pernah bertemu dengan Dewi maupun Jihan, dia sudah mengikhlaskan rumahnya dijual oleh mantan mertuanya itu.

"Aku antar ke rumah?"

Stella menoleh ke arah Sandy yang sedang menyetir. "Tidak, ke butik saja," tolaknya.

Sandy, Stella dan Aiden kini berada dalam mobil yang dikemudikan Sandy, usai makan malam bersama, selepas kepulangan Sandy dari Jerman.

Sandy menoleh sekilas. "Kenapa ke butik? Ini sudah malam, Ste," selidiknya.

Stella nampak berfikir untuk mencari alasan.

"Bunda tidur di butik, Dad," jawab Aiden yang duduk dipangkuan Stella.

Stella memejamkan matanya mendengar ucapan Aiden.

Sandy menoleh heran. "Maksud kamu apa, Aiden?"

"Kata Bunda, sekarang Bunda tidur di sana, tidak di rumah," jawab Aiden polos.

Sandy menatap Stella meminta penjelasan, sedangkan Stella sudah menggigit bibir dalamnya gugup. "B-bukan begitu, kemarin 'kan aku pernah bilang lagi banyak kerjaan, jadi, sementara waktu aku tidur di butik, biar enggak bolak balik," terang Stella yang sepenuhnya berbohong.

Sandy menyelidik tajam, dia merasa ada yang janggal. Beruntung lampu lalu lintas berubah merah, dia menghentikan mobilnya dan menatap lekat pada Stella. "Tatap mata aku, Ste," pintanya.

Stella menelan saliva, dia benar-benar gugup, namun dia menurut untuk menatap mata Sandy.

"Kau yakin itu alasannya?" selidik Sandy.

Stella mengangguk ragu.

Sandy tahu Stella sedang berbohong, bisa dia lihat dari mata dan juga gerak tubuhnya. Dan Sandy juga tahu Stella belum siap untuk menceritakan yang sebenarnya padanya, akhirnya dia hanya mengangguk dan mengelus kepala Stella.

Stella menghembuskan nafasnya pelan. 'Maafkan aku, Sandy, aku belum bisa mengatakan yang sebenarnya.'

...***...

Sandy, Stella dan Aiden baru saja keluar dari mall. Ketiganya berjalan menuju parkiran seusai berkeliling menghabiskan waktu. Tak sengaja mereka bertemu dengan Jihan yang sedang berjalan memasuki mall.

"Jihan?" panggil Stella.

Jihan terkejut melihat mantan kakak iparnya, lebih terkejut melihat Sandy dan Aiden, karena selama ini dia hanya mengetahui kepopuleran Sandy dari sosial media, belum pernah bertemu secara langsung. "Mbak Stella?"

Sandy menatap Jihan dengan tatapan datar.

"Kamu mau kemana?" Stella melihat penampilan Jihan yang memakai rok hitam selutut, kemeja putih serta sepatu pantofel hitam. "Kamu kerja?" tebaknya.

Jihan mengangguk. "Iya, Mbak, baru seminggu, di salah satu restoran di mall ini."

Stella mengangguk. "Bagaimana kabar Ayah?"

"Masih sama, Mbak, sedang proses kemoterapi yang ke lima."

"Maaf, Mbak belum sempat menjenguk."

Jihan tersenyum. "Iya, Mbak, tidak apa-apa, Jihan mengerti."

"Oh, iya, Mbak, rumahnya sudah ada yang berminat membelinya, sepertinya lusa akan ditinjau," ujar Jihan berbinar.

Seketika wajah Stella berubah sendu, dia pura-pura tersenyum senang. "Iya, Alhamdulillah."

"Jihan pergi dulu, ya, Mbak, takut telat," pamit Jihan kemudian.

Stella mengangguk. "Hati-hati."

Jihan mengangguk ramah ke arah Sandy. 'Lebih tampan aslinya daripada di foto, anaknya juga ganteng banget,' gumamnya dalam hati.

*

Ketiga melanjutkan perjalanannya menuju mobil.

"Dia siapa?" tanya Sandy sambil menggendong Aiden.

Stella menoleh. "Dia Jihan, adik dari mendiang Mas Hari."

"Dia pindah ke Jakarta?"

Stella mengangguk lesu, pikirannya masih tertuju pada ucapan Jihan yang mengatakan bahwa rumahnya akan terjual.

"Rumah siapa yang dijual, Ste?"

Stella tersentak, mendongak menatap Sandy yang berjalan di sampingnya. 'Apa yang harus aku katakan?' bathinnya. Dia menggigit bibir bawahnya, dia benar-benar gugup. "Bu-kan rumah siapa-siapa kok," jawabnya tersenyum.

Dan saat itu juga Sandy yakin Stella menyembunyikan sesuatu darinya. Dia memperhatikan Stella yang pura-pura tersenyum ke arahnya, Sandy membalas senyuman Stella, namun pikirannya terus berkelana tentang apa yang sebenarnya terjadi terhadap calon istrinya itu. Kalau Stella tidak berniat memberitahu maka Sandy akan segera mencari tahu.

.

.

.

...**...

...Gud morning epribadeh...

...Tak kan ku bosan mengingatkan, Follow, vote and coment 😍...

...Thank you...

...See u next part 😚...

...30 Januari 2020...

...Saskavirby...

1
PANCAWATI PRIHATININGSIH
katanya Sandy CEO
kok milih perempuan kasar bgt nganggep cocok to dia

aneh sich

tp bnyak kok orang yg ga paham dng pilihannya
PANCAWATI PRIHATININGSIH
wong sugih tapi kok
Ervina T
Luar biasa
Nuriati Mulian Ani26
semoga ..rumahnya dibeli sandi
Nuriati Mulian Ani26
wanita hebat dan mandiri..stela
Nuriati Mulian Ani26
keren ceritanya ringan .aku suka alurnya
Kasih Bonda
semangat
iis sahidah
Luar biasa/Good//Good//Good//Good//Good/
iis sahidah
rega laki2 banget
iis sahidah
bunda Stella keren
Tea and Cookies
Luar biasa
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂😂
Modish Line
♥️♥️♥️♥️♥️
Modish Line
😂😂😂😂😂😂
Modish Line
bodoh banget
Modish Line
good job Rega👍👍👍👍👏👏👏👏
Modish Line
blm jadi mamanya Aiden udh kaya ema tiri gini kelakuannya ....kalo jadi nikah bakalan abis nih Aiden disiksa sama si Fara gila
Al.Ro
Luar biasa
Ida Haedar
"ini sederhana sesuai porsi ku.. " (sandy) shommboong!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!