Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tapi aku juga laki-laki, Salma.
28
Salma menggeliat dibawah selimut. Matanya terbuka akan tetapi masih terasa pusing. Rasanya kepalanya begitu sakit menusuk-nusuk. Mata Salma menatap langit-langit tempat tinggalnya dengan Rafa.
Namun, kemudian perasaan ganjil dan aneh itu datang. Tubuhnya terutama dibagian perut dan antara pahanya terasa pegal. Tidak nyeri tajam tapi seperti habis olahraga dengan posisi yang salah dan tanpa peregangan.
Salma menelan ludahnya. Ada perasaan berat dan asing serolah tubuhnya menyimpan rahasia yang ia sendiri tak sempat memngizinkan untuk dibuka.
Salma menutup matanya sambil menarik nafas berat. Ia menarik selimut untuk duduk. Untungnya ia memakai baju lengkap. Tapi Salma ragu apakah ia dari semalam memang memakai baju ini.
“Tunggu,” kata Salma bergumam sendirian. Ia sekarang bingung. “Semalam?” katanya lagi. “Semalam aku tidur disini?” katanya penuh keraguan
Lalu ketika ia melihat pintu kamar, kilatan ingatan semalam datang seperi potongan film. Salma mendadak ingat ia berjalan dari kamar lalu menemui Rafa. Ia ingat ia duduk di depan Rafa lalu menenggak minuman yang rasanya pahit dan kuat.
“Shiit!” kata Slama menutup mulutnya sendiri.
Salma mengigit bibirnya sendiri. Karena Salma tidak ingat apapun setelah peristiwa ia minum di depan Rafa.
Salma lalu bediri dan tubunhnya kembali merasakan hal yang aneh. Ada sesutu yang aneh dari tubuhnya. Semuanya terasa pegal dan remuk. Dan ada sedikit sensasi sakit di bagian pusat tubuhnya.
Diantara tubuhnya yang terasa pegal dan kepalanya yang masih pening. Salma melihat ada sebuah kopi di mug besar di dekat tempat tidur tapi Salma mengindahkan mug itu. Salma berjalan perlahan ke kamar mandi.
Dan pada saat Salma berdiri menatap dirinya di cermin. Kilas balik ingatan yang seharusnya ia lupakan mendadak kembali ia ingat. Pelan perlahan setiap adegan itu muncul setiap yang ia dan Rafa lakukan di kamar mandi itu muncul.
“Kamu yakin?” kata Rafa mencengkaram lembut di tangannya Salma dengan nafas berat.
“Iya,” kata Salma.
Lalu Salma mangelengkan kepalanya rasanya menjijikan sekali ketika ingatan itu muncul. Salma mendadak menutup wajahnya sendiri antara malu, kesal, dan marah pada diri sendiri.
“Kamu bodoh Salma!” katanya memaki diri sendiri.
Saat sedang asik memaki diri sendiri itulah tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Dan yang muncul adalah Rafa. Dalam keadaan tanpa baju hanya menggunakan celana olahraga dan kaus kaki. Lelaki itu berkeringat dan aroma maskulin itulah yang menjadi pemicu ingat Salma kembali bermunculan satu persatu.
Saat tawanya, tawa Rafa. Saat mereka melakukan hal yang selama ini paling Salma takuti meksipun sudah boleh karena keduanya sudah menikah.
“Oh maaf aku pikir kamu belum bangun,” kata Rafa berbicara santai.
“KELUAAAR KAMUUU!” teriak Salma.
Rafa yang baru pulang ngegym dari lantai bawah langsung keluar dari kamar mandi dan menutup pintu. Rafa sekarang berdiri di dekat pintu mendadak linglung tidak tahu apa yang akan ia lakukan lagi.
“Dia ingat,” kata Rafa.
Lelaki itu lalu mengambil botol minum dan menenggaknya hingga habis. Rafa pikir Salma tidak akan ingat dengan kejadian semalam. Karena Salma nampaknya semalam blackout meskipun tidak sepenuhnya.
Rafa sekarang sedang mengatur nafanya. Ia tidak tahu apa yang akan ia katakan jika Salma sampai bertanya masalah semalam. Karena semalam bukan hanya dia tapi Salma juga yang mau. Meskipun, semalam Salma tidak sepenuhnya bisa mengontrol dirinya sendiri.
Rafa tadinya akan bersiap seolah tidak terjadi apapun semalam. Rafa tadinya tidak akan pernah berkata jika mereka semalam sudah melakukan hal legal itu. Tapi melihat Salma tadi di kamar mandi Salma pasti ingat.
“Tapi aku gak bisa disalahkan sepenuhnya,” Rafa membathin sendirian. “Dia semalam yang mulai. Kamu harus ngelawan, Fa. Kamu harus bisa bisa membatah jika dia nuduh yang nggak-nggak.”
Semantara itu Salma sekarang makin ingat dan yakin dengan kejadian semalam. Meskipun tidak semua ia ingat tapi ia tahu apa yang telah tejadi kepadanya dan Rafa. Salma juga ingat beberapa hal yang Rafa lakukan padanya.
Salma lalu memilih untuk mandi meskipun ini cuaca begitu dingin. Akan tetapi saat dia membuka bajunya Salma baru sadar tubuhnya penuh dengan kecupan kepemilikan Rafa. bukan hanya itu ada juga noda kebiruan diantara pinggangnya.
Ingatannya sudah lebih jelas untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dan sekarang semua yang ada di tubuhnya Salma, bekas kecupan itu kembali membuat yakin jika semalam memang terjadi lebih dari apa yang Salma ingat.
Salma keluar dari kamar mandi masih menggunakan bathrobenya. “Puas kamu! Puas sekarang, setelah merusak segalanya. Merusak hidup aku dan mengambil harta paling berharga yang aku punya?” Suara Salma bergetar hebat. Matanya merah memancarkan api amarah yang meledak-ledak.
Rafa hanya berdiri di dekat meja dengan handuk kecil. Kali ini lelaki itu telah memakai kambali kaos tanpa lengan itu. Rafa masih bungkam ia bingung karena Salma pasti tidak akan pernah mau mendengarkan pejelasannya.
“Enak yah hidup kamu!” kata Salma menatap Rafa. “ Santai saja ngegym ke bawah kayak nggak ada sesuatu yang terjadi tadi malam,” Salma berkata dengan nada yang lirih, berat.
“Sal-“
“Jangan panggil nama aku seperti itu,” Salma menunjuk wajah Rafa yang sedari tadi hanya berdiri berusaha manahan emosi yang sama-sama tengah bergejolak.
“Kamu memanfaatkan situasi ini. Situasi semalamkan. Dari awal kamu udah jebak aku. Kita tiba-tiba nikah dan sekarang. Tadi malam kamu sentuh aku pas aku gak bisa mikir jernih. Dasar permerko-“
“Cukup Salma!” kali ini Rafa melawan. Suaranya cukup tinggi membuat Salma bungkam seketika. “Aku ngerti kamu marah. Aku juga marah sama diri sendiri. Tapi semalam aku gak maksa kamu. Aku udah berusaha buat nolak, aku udah berusaha menahan diri.”
Salma lalu menertawakan ucapan Rafa sambil menyilangkan kedua tangannya. “Jelas kamu gak maksa karena saat itu keadaan aku lagi gak bisa mikir. Kamu itu emang pintar mengatur segalanya sampai apa yang kamu mau tercapai termasuk racuni aku biar aku mabuk.”
“Nggak!” suara Rafa jelas dan tegas. “Kali ini tuduhan kamu itu gak masuk akal, Salma. Sudah jelas kamu yang salah beli. Beer yang kamu beli kemarin yang tingkat alkoholnya tinggi apalagi buat kamu pemula jadi jelas kamu pasti mabuk. Stop salahin orang padahal semuanya salah kamu sendiri. Berhenti membenarkan sendiri, Salma. Berhenti melempar semua kesalahan itu ke aku. Semalam kita berdua yang salah.”
Rafa sekarang membalikan badannya. Kedua tangan kekarnya mencengkram sisi kitchen set. Ia bingung menjelaskan segala hal yang telah terjadi semalam. Karena semuanya terjadi karena Salma yang duluan meskipun malam tadi Rafa juga memang tidak bisa menahan diri.
Saat ia membawa Salma ke kamar mandi. Saat Salma yang kesadarannya berada diambang itu tiba-tiba saja Salma menariknya. Membelainya hingga mencium Rafa. Semuanya berawal dari Salma meskipun tadi malam Rafa juga tidak bisa melawan dan tidak berdaya oleh pesona Salma.
“Aku tahu kamu marah,” kata Rafa.
Lelaki itu menjeda ucapannya. Seolah sedang memilih kalimat apa yang akan ia katakan pada Salma yang keadaanya saat ini marah besar. Situai diantara mereka benar-benar serba salah apalagi Rafa.
Ia jelaskan sesuai dengan yang terjadi semalam pasti Salma tidak akan percaya. Tapi ketika ia memilih bungkam tidak menjelaskan Salma juga pasti akan marah dan menuduh yang tidak-tidak.
“Aku gak pernah berniat nyakitin kamu, Salma. Aku gak pernah berniat menjebak kamu. Aku gak berniat melakukan yang semalam. Tapi jangan menuduh seolah-olah semua kesalahan apalagi yang semalam itu salah aku.”
Salma memilih diam menatap setiap salju yang turun. Seolah seperti luruhan kesedihannya saat ini.
“Semalam kamu yang mulai. Kamu mencium aku. Kamu yang menggoda aku. Aku udah berkali-kali menghentikan kamu tapi kamu malah menjadi-jadi. Aku tahu kamu semalam dalam keadaan gak sadar.”
Rafa sekarang memperhatikan Salma yang hanya berdiri dengan lelehan air matanya. Tangannya masih menyilang. Ada amarah dari cara Salma berdiri.
“Semalam aku tahan semampu aku. Tapi aku ini laki-laki, Salma. Tapi aku juga bukan binatang, aku bukan pemangsa. Aku tahan semampu aku tapi gak ada yang bisa tahan jika posisinya seperti aku semalam.”
Bersambung
Janga lupa tap love subscribe juga yes.
Sampai kaetemu besok.