dapat orderan make up tunangan malah berujung dapat tunangan.Diandra Putri Katrina ditarik secara paksa untuk menggantikan Cliennya yang pingsan satu jam sebelum acara dimulai untuk bertunangan dengan Fandi Gentala Dierja, lelaki tampan dengan kulit sawo matang, tinggi 180. Fandi dan Diandra juga punya kisah masa lalu yang cukup lucu namun juga menyakitkan loh? yakin nggak penasaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gongju-nim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
026. Jebakan Jodoh
Sisilia terus memberontak. Senakal-nakal dirinya, Sisilia tak akan pernah mau melakukannya diluar nikah. Tidak akan pernah. Bimo terus menarik tangan Sisilia, dan wanita itu terus memberontak hingga Sisilia yang sudah kehabisan tenaga menggigit tangan Bimo sekuat tenaga. Bimo mengerang kesakitan, cengkeramannya pada lengan Sisilia terlepas membuat Sisilia bisa berlari menjauh dari lelaki itu. Namun Bimo seakan tidak lelah, lelaki itu kembali mengejar Sisilia.
Bimo yang sudah berada tepat dibelakang Sisilia menjambak rambut panjang wanita itu sehingga Sisilia terhuyung kebelakang dan terjatuh dengan keras. Kaki kiri Sisilia terasa sakit karena wanita itu jatuh terhempas kearah kiri, sepertinya terkilir. Bimo kembali menjambak rambut Sisilia yang tengah terduduk di tanah mengerang kesakitan. Bimo bertumpu lutut melihat Sisilia yang perlahan duduk kesakitan di tanah
"Anji*ng lo ya! Berani lu nolak apa yang gue bilang?! Lu mau adik lu masuk rumah sakit lagi?! Atau sekalian aja gue buat adik lu diamputasi?! Adik lu lagi seleksi atlet badminton kan?! Jangan lu pikir gue nggak tau ya anjing!" Bimo kembali menjambak rambut Sisilia tanpa rasa bersalah tersenyum.
Randu lagi dan lagi hanya bisa memukul setir untuk meluapkan emosinya. Harus berapa lama lagi dirinya hanya diam menonton, harus seberapa parah Sisilia agar bukti-bukti sialan itu bisa menjebloskan si brengsek Bimo kedalam penjara.
"Sialan!" Sisilia menyerang Bimo secara tak terduga, dengan pukulannya yang tak seberapa Sisilia berhasil membuat Bimo mundur kesakitan dan melepaskan jambakannya.
Sisilia memberikan satu pukulan amatir tepat di mata kiri Bimo. Lalu dengan tenaga yang masih tersisa, Sisilia kembali mencoba melarikan diri. Kakinya yang terkilir membuat Sisilia kesulitan untuk berlari membuat Bimo kembali menyerang Sisilia.
"Sialan!"
Bimo kembali menjambak rambut Sisilia, membuat wanita itu mendongak ketas. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Sisilia, tak hanya sebuah tamparan, Bimo kembali melayangkan tinjuan dipipi kiri Sisilia. Sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah segar. Pipi kirinya tadi sedikit tergores akibat terhempas dengan keras juga mengeluarkan darah. Sisilia berusaha melawan dengan tenaganya yang tak seberapa dibanding Bimo, melihat Sisilia yang memberikan perlawanan membuat Bimo semakin emosi.
Lelaki itu terus menerus menyerang Sisilia dengan brutal, tamparan, tinjuan, dan jambakan terus Sisilia dapatkan tiada henti. Sisilia bahkan hampir kehilangan kesadarannya, wanita itu tampak lemah dan tak bisa lagi memberikan perlawanan. Darah segar keluar dari berbagai sudut wajahnya.
Suasana di parkiran memang sangat sepi, karena dibanding penginapan, tempat ini lebih mirip vila. Bangunannya dua lantai dibuat seperti setengah lingkaran dengan bagian tengah dijadikan area parkiran. Sepertinya area parkiran ini merupakan bagian belakang vila sehingga tidak banyak aktifitas yang terlihat dari sini.
Disisa-sisa kesadaran yang masih tersisa Sisilia terus berusaha memberi perlawanan, jika dirinya kalah maka Bimo akan sangat senang membawanya kedalam sana. Dirinya akan dihabisi oleh lelaki bajing*an itu, mungkin saja kesempatannya untuk lepas dari Bimo akan semakin sulit. Bahkan jika malam ini dirinya memang akan habis oleh Bimo, Sisilia akan berjanji mengakhiri hidupnya, karena hanya dengan itu hubungan sialan ini akan berakhir.
Bimo masih terus menampar dan memukul Sisilia, hingga satu tendangan dari seseorang membuat Bimo tersungkur. Jambakannya pada Sisilia terlepas. Pandangan Sisilia mulai menggelap, dirinya tak lagi melihat siapa yang menendang Bimo dengan keras hingga lelaki itu jatuh tersungkur dan mengerang kesakitan.
"Sil, ini aku. Kamu masih bisa dengar aku kan?" Randu berujar panik sembari menepuk pelan pipi Sisilia. "Jangan tutup mata kamu, ini aku. Liat aku Sil, please."
Setelah melihat perlawanan Sisilia mulai melemah, Randu segera berlari keluar dari dalam mobil dan melumpuhkan Bimo dengan satu tendangan penuh tenaga tepat di tulang rusuk lelaki itu, selain itu juga dua buah mobil mulai memasuki area parkiran. Randu segera menghampiri Sisilia yang sudah tergeletak di tanah. Diletakkannya kepala Sisilia dengan sangat hati-hati di pangkuannya. Randu terus menerus memanggil nama Sisilia. Hingga perlahan-lahan Sisilia membuka sedikit matanya.
"Randu." Sisilia berujar tanpa suara, hanya gerakan bibir yang dapat Randu lihat.
Diandra dan Githa juga menghampiri sahabatnya yang sudah terkulai tak berdaya, wajah Sisilia tak lagi berbentuk. Makeup yang tadi dirinya aplikasikan selama sejam pada kulit wajahnya kini sudah bercampur dengan darah, pipi kanan dan kiri memar bahkan ada goresan juga, bibirnya mengeluarkan darah, rahangnya juga terlihat mengeluarkan darah. Air mata Diandra dan Githa perlahan turun, Githa menyesal tadi mengatakan bahwa tidak apa-apa Sisilia sedikit babak belur. Melihat sahabatnya begini saja Githa sudah sangat gemetar.
Perkiraan Randu memang benar, dua mobil tadi adalah milik Diandra dan Jerry. Tadi saat di cafe, Sisilia sempat mengatakan bahwa mereka pergi menggunakan mobil milik Diandra karena mobil wanita itu masih berada di parkiran luar, sedangkan mobil milik Sisilia sudah dimasukkan kedalam parkiran dalam, mobil Githa sendiri berada di bengkel untuk pemeriksaan rutin.
Fandi dan Jerry sendiri segera mengurus Bimo, tangan lelaki itu sudah terborgol dibelakang badan. Kedua lelaki itu tidak memperdulikan erangan penuh kesakitan dari Bimo, mungkin saja tulang rusuknya retak atau bahkan mungkin patah salah satunya. Keduanya sama sekali tidak perduli.
"Anjing lo ya!"
Sebuah bogeman mendarat di rahang kiri Bimo, semua mata menatap sang pelaku dengan tatapan terkejut. Diandra, wanita itu dengan berapi-api menatap nyalang kearah Bimo yang sudah terkapar ditanah. Sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah bukti dari seberapa kuatnya pukulan Diandra.
"Udah, udah. Jangan." Fandi berkata pelan memenangkan Diandra yang ingin kembali melayangkan satu Bogeman pada Bimo.
"Lepas!" Diandra membentak Fandi, dirinya terus memberontak ingin kembali memberi pelajaran pada si brengsek Bimo.
Fandi tak habis akal, dirinya segera memeluk Diandra yang sudah kehilangan kendali. Meski tangan kirinya sempat mengalami cidera parah, tangan kanan bahkan kaki Diandra masih sangat bisa di gunakan bukan. Fandi bukannya melarang Diandra, lelaki itu hanya tak ingin hal ini nanti menjadi bumerang yang bisa saja berbalik pada wanita itu. Mengingat bagaimana bajingannya perlakuan Bimo, menuntut Diandra atas satu pukulan mematikan bisa saja lelaki itu layangkan suatu saat nanti.
"Udah yah, nanti aku kasi salam olahraga." Fandi berbisik pelan ditelinga Diandra yang langsung membuat wanita itu terdiam.
Diandra lupa bawa Fandi adalah seorang polisi, meskipun terdengar sangat tidak etis namun untuk urusan kali ini Diandra akan sangat mendukung apapun yang akan dilakukan Fandi dan rekannya.