NovelToon NovelToon
Me And Mr Mafia

Me And Mr Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Roman-Angst Mafia / Gangster
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: HaluSi

Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.

Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.

Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.

Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.

Langsung baca ya👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 34

Walaupun pemburuan kini mengarah pada Yuan, tidak sepenuhnya Rey bebas berpergian. Untuk mengantisipasi terjadinya sesuatu yang tidak di inginkan, beberapa orang di utus memantau kegiatan Rey.

Selama beberapa hari berjalan, tidak ada ancaman apalagi serangan dari David. Meski begitu, Rey di wajibkan memakai rompi anti peluru saat berada di luar area perusahaan.

"Maaf Pak ada titipan paket." Ucap salah satu security. Dia menyodorkan sebuah kotak berwarna coklat.

"Dari siapa?" Tanya Rey membolak-balikkan paket.

"Saya tidak tahu Pak. Katanya untuk Istri Tuan Yu. Tadi sempat saya tolak karena di sini tidak ada yang namanya Tuan Yu. Tapi lelaki itu menyuruh saya menyerahkan paketnya pada anda."

Berita tentang pemilik One group sebenarnya hanya di dengar para relasi dan pemilik jabatan tinggi. Sementara untuk security dan staf biasa, masih beranggapan jika One group milik Rey.

"Hum ya sudah."

Rey mengurungkan niatnya masuk. Dia kembali ke dalam mobil seraya menghubungi kontak Johan. Rey takut isi di dalam paket bisa membahayakan.

Selang beberapa menit, Johan datang bersama beberapa anak buah dan penjinak bom. Pertemuan di lakukan di lapangan perusahaan sebagai bentuk antisipasi. Sementara isi paket di periksa, Rey dan Johan menunggu dari jarak aman.

"Ini hanya ponsel Kak." Sambil menunjukkan sebuah ponsel.

Johan mendekat lalu mengambil ponsel tersebut. Dia menyuruh anak buahnya memeriksa mungkin akan pelacak, namun tidak di temukan alat pelacak. Di dalamnya hanya terdapat beberapa foto penyekapan dan sebuah video berdurasi dua menit.

"Dari siapa Jo?" Tanya Rey.

"Sepertinya si David. Dia kehilangan cara menemukan Nona hehehe."

"Huft, ku pikir bom."

"Akan ku sampaikan pada Nona. Semoga rasa takutnya pada ponsel sudah berkurang. Tetap hati-hati Rey." Ujar Johan seraya menepuk pundak Rey.

"Hum ya. Aku bisa jaga diri."

Johan tersenyum simpul lalu pergi bersama yang lain sementara Rey kembali ke parkiran.

.

.

.

Setibanya di rumah, Johan lebih dulu menjelaskan pada Ellen sebelum ponsel di perlihatkan. Dia takut membuat Ellen panik lalu menyulut kemarahan Yuan.

"Video apa Jo?" Tanya Ellen.

"Tentang Ibu si David."

"Oh. Kenapa wanita itu?" Ellen menanggapinya dengan santai.

"Di sekap."

"Oleh penculik?"

"Bukan tapi David sendiri." Ellen tertawa kecil.

"Dia memang sudah lama gila. Untung aku sudah tidak ada di sana. Kalau aku masih di sekitar mereka, pasti dia menyalahkan ku." Johan dan Yuan hanya menghela nafas panjang melihat tanggapan Ellen yang ternyata masih tertekan atas apa yang terjadi di masa lalu.

"Terus bagaimana Kak? Mau melihat videonya. Biar ku sambungkan ke televisi."

"Hum lakukan."

Ellen masih merasa tidak nyaman saat Johan mengeluarkan ponsel dari sakunya. Itu kenapa Johan membicarakannya dulu agar Ellen menyiapkan hati.

Di video memperlihatkan Bu Sarah duduk di sebuah kursi dengan posisi terikat. Dia meminta Ellen kembali agar David melepaskannya. Jika tidak, nyawa Bu Sarah akan melayang. Di akhir video David menambahkan sebuah kalimat ancaman yang di tunjukan untuk Yuan.

"Sekalipun dia membunuh anaknya sendiri, aku tidak perduli." Gumam Ellen.

"Aku hanya bertugas menyampaikan amanat hehe."

"Biarkan saja Mamanya di bunuh."

"Aku yakin hanya gertakan. Seburuk-buruknya orang tidak mungkin membunuh orang yang melahirkan." Johan kembali menyimpan ponsel dan akan memusnahkan nya.

"Pasti ada yang membuntuti mu."

"Ya Kak. Dia tidak tahu sedang melawan siapa."

Johan selalu punya cara untuk mengelabuhi musuh. Mobil yang di gunakan berpergian memiliki kesamaan mencapai seratus persen. Dari warna, merk bahkan plat nomer sengaja di gandakan. Ketika ada yang membuntuti, Yuan maupun Johan selalu bisa mengelabui.

"Saat dia memasang dua CCTV, aku memasang seratus CCTV." Ellen tampak acuh mendengar pembicaraan tersebut. Dia lebih tertarik pada acara kartun yang sedang di putar." Nona tidak penasaran dengan perkerjaan Kak Yu?" Tanya Johan.

"Pemilik One group kan. Baguslah, biar lelaki itu tahu diri." Jawab Ellen.

"Ada perkerjaan lainnya. Nona tidak merasa aneh dengan kegiatan kami? Senjata? Saling membunuh? Apa tidak tampak mengerikan?"

"Perduli apa soal itu Jo. Asal Kak Yu hanya mencintai ku." Johan terkekeh melihat mimik wajah Yuan yang berubah canggung.

"Kalau kulitmu putih, mungkin wajahmu mirip kepiting rebus Kak hahaha." Ledek Johan.

"Wajahku rasanya hangat saat dia mengatakannya."

"Itu tandanya kamu tersipu." Imbuh Johan." Terus bagaimana? Jadi pergi atau tidak?" Tanya Johan.

"Kamu istirahat dulu Jo, kan baru datang." Jawab Ellen.

"Sudah tadi, setengah jam cukuplah."

Bukan hanya Yuan yang merasakan kebahagiaan sebab Johan pun turut berbahagia bahkan berniat memberikan pelayanan saat ada waktu luang.

"Serius bisa berangkat sekarang?" Kini Ellen mengalihkan pandangannya ke arah Johan. Dia sangat antusias berjalan-jalan walaupun sekedar membeli perlengkapan mandi.

"Nona siap-siap, saya tunggu di bawah." Johan tersenyum simpul kemudian pergi.

"Eh tunggu." Yuan menarik pinggang Ellen yang hendak beranjak dan mendudukkannya ke pangkuan.

"Ada apa Kak?"

"Tidak apa-apa. Hanya ingin seperti ini."

Ellen sama sekali tidak risih pada perlakuan Yuan meski rasa cinta belum ada. Ellen berusaha menghargai perasaan Yuan sebab dia tahu bagaimana sakitnya di abaikan.

"Jadi batal pergi?" Ellen malah menyadarkan kepalanya sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang menggantung.

"Janji tetap janji. Akan ku penuhi apapun keinginan mu." Yuan berdiri sambil mengangkat tubuh Ellen dan menurunkan di depan lemari.

Yuan mengambil dress dan sebuah sweater yang baru di beli kemarin. Yuan asal membeli bahkan tidak meminta izin. Dia hanya tidak mau tubuh Ellen terlalu terekspose.

"Kenapa tidak suka memakai celana panjang?" Tanya Yuan sambil memperhatikan Ellen mengganti baju.

"Tidak nyaman Kak."

"Pakai saat di luar. Kakimu terlalu indah Baby. Sandal karet kan."

Yuan menunjukkan sebuah sandal selop karet berwarna coklat. Perbuatan David di masa lalu berhasil merubah selera Ellen yang tadinya menyukai kesempurnaan.

"Kapan kamu membelinya Kak."

"Setelah kamu membicarakannya."

Yuan duduk berjongkok, melepas sandal yang di gunakan Ellen lalu menggantinya. Sungguh perlakukan yang sanggup mematahkan persepsi buruk Ellen tentang Yuan.

Mereka hanya sama-sama berwajah datar. Untuk hal lain, Kak Yu lebih baik dari dia. Puji Ellen dalam hati sambil mengusap rambut tebal Yuan.

"Nah kan jadi lebih terlihat tinggi hehe."

Ellen tidak berniat melontarkan pujian yang bersarang di hatinya. Dia takut Yuan besar kepala lalu berubah menjadi lelaki yang tidak menghargai pasangan.

"Biasanya pakai itu?" Tanya Yuan seraya berdiri tegak.

"Tidak Kak. Semua sandalku sejenis high heels. Maklum Kak, tinggi ku hanya sejengkal. Tidak seperti wanita sempurna yang memiliki tinggi segini." Menyentuh telinga Yuan dengan ujung telunjuk.

"Aku suka bentuk tubuhmu yang mungil. Mudah di bawa kemana-mana." Puji Yuan sambil mengenakan jaket.

"Bilang saja mau meledek."

"Tidak Baby. Kamu sempurna."

"Bagaimana kalau ada yang mengenali ku seperti kemarin?" Ellen memegang erat lengan Yuan dan keduanya mulai berjalan." Kamu tidak malu Kak?" Imbuhnya menuntut jawaban.

"Tidak."

"Maaf. Dulu aku bertindak bodoh tanpa memikirkan dampak nya." Tutur Ellen pelan.

"Itu dulu, sekarang kamu milikku." Jawab Yuan.

"Hum ya milikmu. Aku bangga menjadi milikmu."

Johan yang mendengar itu tampak tersenyum tipis. Bagaimana tidak cepat hanyut jika Ellen bisa mengimbangi sikap yang Yuan suguhkan meski tanpa cinta. Johan paham tidak mudah bagi Ellen melakukannya. Berpindah ke lain hati tentu membutuhkan senggang waktu apalagi kehidupan pernikahan Ellen begitu menyakitkan.

Namun Ellen berhasil menyembunyikan semua dengan sangat rapi, seolah-olah hubungan keduanya sudah terjalin berbulan-bulan.

🌹🌹🌹

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!