Sungguh berat beban hidup yang di jalani Sri Qonita, karena harus membesarkan anak tanpa suami. Ia tidak menyangka, suaminya yang bernama Widodo pamit ingin mencari kerja tetapi tidak pernah pulang. Selama 5 tahun Sri jatuh bangun untuk membesarkan anaknya. Hingga suatu ketika, Sri tidak sanggup lagi hidup di desa karena kerja kerasnya semakin tidak cukup untuk biaya hidup. Sri memutuskan mengajak anaknya bekerja di Jakarta.
Namun, betapa hancur berkeping-keping hati Sri ketika bekerja di salah satu rumah seorang pengusaha. Pengusaha tersebut adalah suaminya sendiri. Widodo suami yang ia tunggu-tunggu sudah menikah lagi bahkan sudah mempunyai anak.
"Kamu tega Mas membiarkan darah dagingmu kelaparan selama 5 tahun, tapi kamu menggait wanita kaya demi kebahagiaan kamu sendiri"
"Bukan begitu Sri, maafkan aku"
Nahlo, apa alasan Widodo sampai menikah lagi? Apakah yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka? Kita ikuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Sally menggebrak meja kerja begitu Adam masuk ruangan. "Apa saja kerja kamu selama ini Pak Adam?" Tanya Sally membentak. "Sudah bagus saya beri kepercayaan untuk memimpin bengkel ini, tapi Pak Adam tidak bekerja dengan baik" Sally menatap Adam menyeramkan.
Namun, pria bertubuh atletis itu hanya menunduk tidak berani menatap wajah Sally.
Membuat Sally semakin marah. "Kenapa diam Pak Adam, jika Anda sudah tidak mampu, banyak orang yang antri jabatan ini" Sally tidak main-main, lebih baik mencari pengganti Adam daripada bengkel ini terancam tutup.
"Beri saya kesempatan sekali lagi Bu, tapi memang pengunjung bengkel ini terus menurun" Adam beralasan bahwa bengkel ini tidak mampu lagi bersaing di pasar yang dinamis.
"Kalau itu masalahnya, promosi dong, masa begitu saja harus diajari" Sally memberi tahu cara promosi. Seperti Widodo dulu selalu gencar promosi dengan cara menyebar brosur, dan yang mampu menjangkau lebih jauh adalah media sosial.
"Baik Bu, akan saya coba, kalau begitu saya permisi" Pak Adam cepat-cepat keluar karena tidak mau mendapat marah berikutnya.
Tentu saja Sally sewot karena ia belum selesai bicara. "Dasar pria tidak sopan" Sally pun akhirnya pulang ke rumah mommy dengan wajah suntuk.
"Kamu kenapa lagi Sal? Mom perhatikan wajahmu itu setiap hari kusut terus" ujar mommy, beliau khawatir jika Sally lama-lama setres.
"Siapa yang tidak marah Mom, Adam itu diberi kepercayaan mengurus bengkel tapi tidak becus" Sally menceritakan jika laporan keuangan bengkel setiap bulan menurun terus.
"Itu artinya, kamu salah memilih orang Sally"
"Nggak tahu mommy, aku pusing" Sally bingung kenapa semua masalah datang menimpanya tak ada henti. Widodo pergi, kenakalan Ara semakin hari semakin menjadi-jadi, dan bengkel pun kini mulai ada masalah.
***************
Sementara itu di tempat lain, seorang wanita sedang dirias tipis-tipis oleh tetangga karena calon suami, dan calon mertua akan datang melamar. Baju muslim dan hijab itu yang kini melekat di tubuh rampingnya.
"Wah, Mbak Sri lebih cantik jika menggunakan hijab begini" Yani berputar-putar memperhatikan penampilan bos nya itu.
"Laras juga mau bilang begitu Mbak, Bunda cantik banget" Laras pun sudah menggunakan pakaian baru yang dibelikan Sri. Dia memperhatikan bundanya yang dirias Yani hingga selesai.
Sri hanya tersenyum, lalu memperhatikan wajahnya di cermin. Dalam hati kecilnya tiba-tiba tergerak untuk menggunakan hijab seperti ini untuk selamanya. Sri ingin memperbaiki pakaiannya sesuai ajaran agama yang ia anut.
"Yani, tolong ambil foto aku sama Laras ya" Sri sudah siap difoto sembari memeluk Laras dari belakang.
"Siap Mbak" Yani ambil gambar Sri dengan putrinya tiga kali foto berbeda gaya.
"Laras lihat hasil fotonya Bunda" ujarnya tidak sabar.
"Bagus kok, lihat" Sri menunjukkan foto di galery.
"Sudah kan, kita ke bawah yuk" Sri yang sudah tampil cantik, menggandeng Laras ke lantai bawah diikuti Yani. Disana sudah ada bu Sudriah, dan suaminya untuk menyambut tamu, mengingat Sri tidak mempunyai keluarga.
Pak rt pun sudah ada di sana, Sri segera berjabat tangan mereka satu persatu, setelah selesai lalu duduk di lantai bersama Sudriah, Laras dan juga Yani.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikum sallam..."
Pria tampan bersama sang ibu sudah tiba, mereka adalah Prasetyo dan ibu Ratri. Ibu dan anak itu membungkuk memberi salam dengan sopan.
"Silakan duduk Tuan Pras, dan Ibu Gayatri" ujar Sudriah, karena ia bagian terakhir yang berjabat tangan.
"Terima kasih" bu Ratri pun akhirnya bergabung dengan mereka, tidak ada masalah meskipun duduk di lantai, jauh dari kata mewah seperti ketika di rumahnya.
Pak rt lantas memberi sambutan sepatah dua patah kata. Di lanjutkan calon pengantin pria yang mohon doa restu agar dilancarkan semuanya.
Hingga tiba acara inti, Pras duduk di depan Sri hendak menyelipkan cincin lamaran. Namun, Pras justru menatapnya tidak berkedip. Penampilan Sri pagi ini membuat Pras semakin cinta saja.
Pras sampai lupa jika orang-orang sudah siap kamera hape hendak mengabadikan momen menyelinapkan cincin.
"Mas, hai..." Sri salah tingkah diperhatikan seperti itu.
"Kamu cantik banget" Pras terkekeh lalu mengangkat tangan kiri Sri. "Ini bukan hanya sekedar cincin, tapi simbol cinta kita. Aku berjanji mencintai kamu, melindungimu, semoga kita menjadi pasangan yang abadi" Pras menyelipkan cincin di jari manis Sri.
"Aku tidak mau janji Mas, tapi bukti" Sri sudah bosan dengan janji Widodo dulu, tapi berujung menyakitkan.
"InsyaAllah... jika aku salah nanti ingatkan" pungkas Pras kemudian membungkuk kembali duduk bersila di sebelah sang bu Ratri.
"Sri, kamu sudah menerima lamaran putraku, itu artinya sudah siap untuk menjadi istri Prasetyo. Ibu minta kalian harus cepat menikah, kapan kira-kira rencanamu?" Bu Gayatri tidak ingin putranya lama-lama bertunangan.
"Bagaimana kalau tiga bulan dari sekarang Bu" Sri sudah merencanakan sejak kemarin.
"Terlalu lama Sri, banyak yang akan terjadi selama tiga bulan. Kalau saran ibu lebih baik satu bulan saja. Kamu tidak perlu memikirkan segala sesuatunya, biar kami yang akan urus" tegas bu Ratri.
"Baik Bu" Sri pun akhirnya menurut. Toh ia hanya ikut saja apa rencana Prasetyo di hari pernikahan nanti. Setelah semua sepakat mereka makan siang yang sudah disediakan oleh Sri untuk menjamu tamu-tamunya. Ruko kali ini tidak ada pembeli yang datang sebab di depan sudah dipasang pemberitahuan tutup.
"Mas, besok aku mau pulang kampung sebentar ya" izin Sri ketika sedang makan bersama Pras dan Laras.
"Mau apa?" Pras seketika berhenti makan.
"Aku kan mau menikah Mas, mau ziarah ke kuburan Bapak ibu dulu" Sri juga ingin bertemu rt rw desanya dan juga tetangga sebelah minta doa, karena hanya mereka yang Sri punya.
"Aku antar ya" Pras antusias begitu tahu alasannya.
"Tidak usah Mas, mau ditangkap pemuda Desa" Sri tersenyum menatap Pras yang sudah semangat seketika mengendur.
"Baiklah, aku antar ke bandara saja" Pras akhirnya mengalah.
"Terima kasih Mas"
Acara makan pun selesai semua tamu pamit pulang termasuk bu Ratri dan Pras, tapi pulang paling akhir karena melanjutkan ngobrol dengan Sri membahas acara resepsi pernikahannya nanti.
"Kata Pras besok kamu mau pulang ke daerah, hati-hati di jalan, Nak" Gayatri mengusap kepala calon menantunya kemudian Laras.
"Baik Bu" Sri bersama Laras mengantar hingga depan ruko.
"Sampai besok Laras" Pras melambaikan tangan.
"Sampai besok, Om"
"Kok panggilnya masih Om terus... sebentar lagi aku jadi Ayah kamu, loh" Pras minta Laras memanggilnya Ayah.
"Iya Om, tapi Laras tidak mau panggil Ayah" Laras tidak mau memanggil Pras sama dengan panggilan Widodo.
"Terus apa dong" Pras tidak mau panggilan aneh karena tidak sesuai dengan orang jawa.
"Menurut Bunda apa?" Laras mendongak menatap bundanya yang hanya senyum-senyum mendengar obrolan anak dan calon suami.
"Menurut Bunda, ada dua panggilan yang cocok. Satu, Bapak, dan yang kedua Papi" Sri sebenarnya malu membahas ini sekarang terutama di pinggir jalan. Di dalam mobil nampak bu Ratri sudah menunggu sembari tersenyum.
"Papi..." ujar Laras dan Pras bersamaan, hingga akhirnya Pras pun berangkat.
Mereka tidak tahu jika ada wanita yang bersembunyi mendengarkan mereka dengan perasaan iri.
...~Bersambung~...
hrse libur kerja selesaikan dng cepat tes DNA mlh pilih kantor di utamakan.
dr sini dah klihatan pras gk nganggap penting urusan kluarga. dia gk family man.
kasian sri dua kali nikah salah pilih suami terus.