Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. memeluk figuran ayah untuk pertama kalinya
Sekitar jam 4 sore, mereka berdua pun langsung menuju gedung serbaguna. karena penonton juga masih sedikit, akhirnya mereka bisa masuk ke dalam untuk menyaksikan kompetisi olimpiade tersebut.
terlihat, Di sana banyak sekali orang tua murid yang datang dan menyaksikan pertandingan itu. dan yang paling banyak tentunya adalah instansi para penyelenggara olimpiade ini.
"lihat Bu.. Putri kita di sebelah sana.." ucap Tuan Edwin dengan bangga. entah kenapa rasa sayangnya kepada Tita muncul begitu saja tanpa perantara.
mungkin karena di masa lalu, dia juga menginginkan anak perempuan. tapi anak perempuan tak pernah berhasil ia dapatkan sampai akhirnya istrinya meninggal dunia setelah melahirkan anak bungsunya yaitu putra bungsunya Arnold.
sejak bayi Arnold diasuh oleh dirinya sendiri yang dibantu oleh kedua orang tuanya. dan sejak saat itu dia juga tak lagi memikirkan pernikahan. sekarang Arnold juga sudah sekolah di bangku SMA. lebih tepatnya kelas 2 SMA yang kemungkinan Arnold lebih tua 1 tahun daripada Tita.
sementara dua anaknya yang lain sudah berada di bangku perkuliahan dan juga sibuk membangun bisnis mereka sendiri. dan tanpa dirinya kali ini, bisnis yang dipegang olehnya pasti sedang dikendalikan oleh kedua putranya.
Tita yang melihat kedatangan kedua orang tuanya langsung tersenyum senang. dia tidak menyangka kalau ternyata kedua orang tuanya akan datang. bahkan dia melihat Tuan Edwin melambaikan tangannya dan melihat bibirnya berkomat-kamit untuk memberikannya semangat.
Tita yang melihat hal itu semakin percaya diri dan rasa sayang untuk ayah barunya ini juga semakin tumbuh besar.
"lihat Bu." tanpa sadar, tuan Edwin menggenggam tangan ibu Susan. Di mana ibu Susan sedikit tersentak, dan seketika wajahnya langsung bersemu merah ketika mendapatkan perlakuan hangat dari suami yang dinikahinya secara mendadak ini.
acara pun berlangsung dengan meriah. setiap kali Dita dan timnya bisa menjawab pertanyaan dengan benar, Tuan Edwin selalu yang paling heboh dan bersiul untuk menyemangati putrinya.
Dia sangat bersemangat walaupun tita bukan Putri kandungnya. Ibu Susan yang melihat kelakuan suaminya, dan mendapati sang suami yang tertawa bahagia melihat putrinya selalu menjawab dengan benar juga membuatnya ikut tersenyum puas.
Setelah sekian babak dilalui, dan saat penghitungan nilai skor yang didapatkan oleh masing-masing tim, kiranya tim tita masuk ke babak selanjutnya. dan itu langsung disambut meria oleh wali murid dan juga pihak sekolah mereka.
"hebat!! hebat!! anak kita menang dan masuk ke babak selanjutnya Bu!! Putri kita sangat hebat sekali.!!" Tuan Edwin benar-benar memperlihatkan rasa bahagia dan bangganya kepada tita
walaupun Tuan Edwin Baru beberapa hari mengenal mereka, tapi nalurinya tidak bisa berbohong kalau dia dapat merasakan Tita dan ibunya adalah orang baik dan jujur. dan karena instingnya itu pula lah, dia dapat memberikan kepercayaan untuk mereka.
*****
di tempat lain, tepatnya di sebuah kota metropolitan, yang bisa diakses dengan menggunakan transportasi laut dan juga udara, tampak seorang laki-laki muda yang baru saja mendapatkan panggilan telepon dari orang terkasihnya langsung meneteskan air matanya.
sudah sekitar seminggu lamanya mereka mencari keberadaan sang ayah semenjak insiden jatuhnya pesawat di perairan, membuat mereka menjadi putus asa.
semua korban telah berhasil ditemukan, karena memang penumpangnya tidak seberapa. mereka semua ditemukan dalam kondisi yang berbeda. ada yang masih bisa diselamatkan ada juga yang sudah tidak bernyawa.
dan semuanya adalah anak buah pesawat yang bekerja dalam pesawat pribadi milik Tuan Edwin. beruntungnya mereka selamat, karena pesawatnya tidak meledak, melainkan kehilangan kontrol sehingga penyelamatan darurat bisa diaktifkan.
"ayah.. syukurlah ayah selamat." gumamnya sambil meneteskan air matanya. dia tersenyum menatap berkas-berkas yang baru saja difoto olehnya dan dikirimkan secara online ke nomor yang digunakan oleh ayahnya untuk menghubunginya.
"aku harus menelpon Dimas dan juga Arnold. mereka pasti senang mendengar kabar ini." ucapnya lagi sambil mengusap air matanya. dengan cepat dia mengirimkan pesan ke nomor grup mereka bertiga.
pesan singkatnya itu mengatakan kepada mereka agar malam ini harus berkumpul di rumah dan tidak boleh ada yang pergi. tentunya dia juga mengatakan kalau ada informasi penting yang harus disampaikannya. dan dia tidak bisa menyampaikannya melalui online.
"Dimas, Arnold. nanti malam tetap berada di rumah. tunggu Abang pulang dari kantor. ada hal penting yang ingin Abang sampaikan kepada kalian berdua." tulisnya.
"Apa itu bang!! kenapa tiba-tiba seperti ini. apa nggak bisa Abang jelaskan di sini saja. aku sudah tidak sabar ingin mendengarnya." balas Arnold.
"betul bang.. Informasi apa itu."
"pokoknya, kalian nurut aja sama Abang. tunggu Abang pulang. Kalau tidak, abang akan meninggalkan kalian." ucapnya lagi. Karena, Rendy sendiri sudah berniat untuk pergi menyusul ayahnya.
"hah!! Baiklah bang.. Abang yang berkuasa." balas Arnold lagi dengan pasrah.
"betul, Abang kaptennya." sambung Dimas.
Arnold yang membaca balasan pesan adik-adiknya, membuatnya langsung tersenyum.
"baiklah."
Rendy meletakkan handphonenya, dan seketika pandangannya ia arahkan ke foto keluarga yang sudah mereka edit, karena menambah sang ibu dengan lengkap.
"syukurlah ayah baik-baik saja.. Aku sangat takut yah. aku takut karena tidak mampu menjaga semua amanah ayah. masih ada Dimas dan Arnold yang harus aku jaga ya. tapi untung saja ayah baik-baik saja. ibu, Ibu tolong jangan terlalu cepat memanggil ayah untuk pergi bersama ibu.. kami masih membutuhkan ayah Bu.." ucap Rendy dengan lirih.
tangisnya pecah, dan tangis yang pecah itu bercampur dengan rasa haru. dia sendiri masih tidak sanggup kehilangan ayahnya. Dan ayahnya adalah harta paling berharga satu-satunya yang paling mereka miliki.
ayah yang melakukan segalanya dan merawat mereka serta melimpahkan kasih sayang sejak. Bahkan, ayah mereka memilih untuk tidak menikah saat mereka masih berusia di bawah 10 tahun.
kekhawatiran ayahnya cuma Satu, ayahnya takut ibu tiri mereka nanti tidak akan memperlakukan anak-anaknya dengan baik. dia takut anak-anaknya malah akan hidup menderita Setelah dia menikah dengan istri keduanya.
dan saat anak-anak itu telah mandiri, Rendy pernah mengatakan kepada ayahnya, Apakah ayahnya tidak kepikiran untuk menikah ? tapi lagi-lagi ayahnya malah tersenyum dan tak memberikan jawaban yang memuaskan.
dan dari sanalah, mereka tak lagi bertanya-tanya tentang ayahnya yang mau menikah atau tidak. karena mereka sudah mendengar alasan yang paling masuk akal yang diberikan oleh seorang ayah.
*****
Sementara itu, di luar gedung serbaguna.
"Kamu hebat sekali nak!! ayah sangat bangga padamu.!! ayah dan ibu, beruntung memiliki anak yang cerdas sepertimu. pertahankan prestasi kamu ya nak.. kamu harus fokus pada pendidikanmu." ucapkan Edwin sambil menepuk-nepuk pundak tita dan tak berani merangkul dan memeluk anak tirinya itu untuk menyalurkan rasa sayangnya kepada anak tirinya. dia sendiri masih merasa sedikit segan.
"terima kasih ayah, ibu. karena ayah dan ibu sudah men-support tita. terima kasih ayah.." tita yang baru merasakan kasih sayang seorang ayah tanpa ragu langsung memeluk Tuan Edwin dari arah samping.
dan Tuan Edwin yang memang berencana untuk memeluk anak tirinya ini hanya bisa tersenyum dan membalas dengan rangkulan kecil sambil mengusap-usap punggung putrinya dengan penuh perhatian.
"pertahankan prestasinya ya nak. insya Allah ayah dan ibu akan selalu mendukungmu. dan ada kabar bagus, ayah dan ibu sudah mengurus surat nikah dan pernikahan ayah dan ibu telah sah di mata agama dan juga negara." tutur Tuan Edwin membuat tita mengangkat wajahnya.