NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Hukuman

Antara Cinta Dan Hukuman

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Diam-Diam Cinta / TKP / Romansa
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Leon Harrington seorang hakim yang tegas dan adil, Namun, ia berselingkuh sehingga membuat tunangannya, Jade Valencia merasa kecewa dan pergi meninggalkan kota kelahirannya.

Setelah berpisah selama lima tahun, Mereka dipertemukan kembali. Namun, situasi mereka berbeda. Leon sebagai Hakim dan Jade sebagai pembunuh yang akan dijatuhkan hukuman mati oleh Leon sendiri.

Akankah hubungan mereka mengalami perubahan setelah pertemuan kembali? Keputusan apa yang akan dilakukan oleh Leon? Apakah ia akan membantu mantan tunangannya atau memilih lepas tangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Keesokan harinya.

Jade duduk santai di sudut sebuah kafe yang cukup tenang, jari-jarinya bermain di pinggiran cangkir kopi yang belum ia sentuh. Namun, pikirannya terasa tidak tenang. Ia melirik ke kanan dan kiri, memperhatikan seisi ruangan dengan tatapan curiga.

"Apakah hanya perasaanku saja?" gumamnya pelan, alisnya mengernyit samar.

Tiba-tiba, suara kursi ditarik di hadapannya membuat Jade terlonjak kecil. Seorang pria duduk tanpa permisi, membuat napasnya tercekat sejenak.

“Leon?” tanyanya dengan nada terkejut, matanya menatap tak percaya pada sosok pria yang kini duduk di depannya — Leon Harrington, mantan tunangannya yang diam-diam selama ini dirindukannya.

Leon menyandarkan tubuhnya santai, tersenyum ringan seolah kemunculannya tidak membawa beban apa pun.

“Kenapa tidak pesan makanan?” tanyanya ringan. “Makanan di sini cukup enak. Cocok untukmu.”

Jade hanya bisa memandangi pria itu, mencoba membaca ekspresi wajah yang dulu begitu dikenalnya. Ada kerinduan yang tersembunyi di balik tatapannya, namun ia berusaha tetap tenang.

“Kau sengaja datang untuk makan bersamaku, atau hanya kebetulan lewat?” tanyanya akhirnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap datar.

Leon mengangguk sambil tersenyum lebih lebar, matanya menyiratkan ketulusan yang sulit untuk diabaikan.

“Kalau kamu tidak keberatan, aku akan selalu menemanimu makan bersama,” ucapnya pelan namun penuh makna.

Ucapan itu membuat jantung Jade berdebar pelan. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangan, menyembunyikan senyum tipis yang nyaris muncul di bibirnya.

“Bagaimana dengan hasil interogasi terhadap orang-orang yang menyerang kita semalam?” tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan ke hal yang lebih serius.

Leon menghela napas, lalu membuka menu yang ada di mejanya.

“Tidak ada informasi dari mereka. Aku rasa mereka tidak tahu siapa dalang utamanya,” jawabnya sambil memilih menu. “Sepertinya kita harus mencari jawaban di tempat lain.”

“Pancakes, waffles, eggs benedict, omelette... mana yang kamu suka?” tanya Leon sambil membaca menu yang disodorkan pelayan. Tatapannya serius, seolah sedang memilihkan menu terbaik untuk seseorang yang sangat ia perhatikan.

Jade mengangkat bahu pelan sambil meneguk minuman dari cangkirnya, uap hangat menyentuh wajahnya yang sedang berusaha tetap tenang.

“Aku tidak pilih-pilih makanan. Pesan saja yang menurutmu cocok untukku,” jawabnya santai, namun tatapannya sedikit menerawang.

Leon mengangguk dan tersenyum. “Kalau begitu, aku pesan omelette untukmu. Rasanya enak, aku pernah coba sebelumnya.”

Kalimat itu membuat Jade mendongak, pandangannya menatap Leon lebih dalam dari sebelumnya. Matanya seolah menyiratkan sesuatu—keraguan, kenangan, atau mungkin kecurigaan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.

Leon menyadari tatapan itu. Ia menatap balik dengan alis terangkat.

“Kenapa? Kamu tidak suka?” tanyanya pelan.

Jade cepat-cepat menunduk, menyembunyikan ekspresi wajahnya. Tangannya memutar sendok kecil di dalam cangkir, berusaha menenangkan hatinya yang tiba-tiba berdebar.

“Tidak... pesan saja, tidak apa-apa,” jawabnya singkat.

Suasana hening sejenak di antara mereka, sebelum Leon kembali bersuara, kali ini dengan nada lembut dan hangat.

“Setelah makan, aku akan membawamu ke suatu tempat.”

Jade mengangkat alis. “Tempat apa?”

Leon tersenyum, kali ini lebih lembut. “Tempat yang tenang dan nyaman. Kau butuh udara segar. Aku tahu akhir-akhir ini semuanya terasa berat.”

Jade tidak menjawab. Matanya kembali tertuju pada cangkir di tangannya. Ada sesuatu yang mengguncang pikirannya—entah tentang Leon, masa lalu mereka, atau firasat yang sejak tadi mengganggu hatinya.

Ia menarik napas pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Apa yang sebenarnya direncanakan Leon?

Beberapa saat kemudian, Jade dan Leon tengah dalam perjalanan. Jade memandang ke luar jendela dengan wajah lesu.

"Kenapa diam saja sejak kita meninggalkan kafe?" tanya Leon sambil terus menyetir.

Jade menoleh perlahan ke arahnya. "Leon, aku merindukan pertemuan pertama kita."

Leon tersenyum kecil. "Apa kamu masih ingat di mana pertama kali kita bertemu?"

"Di restoran," jawab Jade yakin.

Leon mengangguk. "Pertemuan yang sulit dilupakan. Mana mungkin aku bisa lupa?"

"Saat itu aku sedang bersama Jane, dan kamu duduk sendirian. Sejak awal aku tertarik padamu. Ketegasanmu… dan caramu menghukum penjahat," ucap Jade lirih.

"Kamu adalah gadis yang istimewa," ujar Leon sambil melirik sekilas ke arah Jade, suaranya terdengar tulus dan tenang.

Jade tersenyum tipis, lalu berkata dengan nada sedikit ragu, "Leon, bagaimana kalau besok saja kita pergi? Aku baru ingat, aku ada janji dengan Detektif Cindy dan Kian. Mereka pasti sudah menungguku di apartemen."

Leon terdiam sejenak, mengalihkan pandangannya ke jalanan di depan mereka. Setelah beberapa detik, dia mengangguk pelan. "Baiklah. Besok aku datang menjemputmu," jawabnya dengan suara datar namun lembut.

Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan gedung apartemen Jade. Tanpa banyak kata, Jade membuka pintu dan turun dari mobil. Ia menutup pintunya perlahan, lalu membungkuk sedikit sambil menatap Leon yang masih duduk di balik kemudi.

"Apa kamu tidak ingin bertemu dengan Detektif Cindy dan Kian?" tanyanya lembut, sedikit menunduk agar bisa melihat wajah pria itu lebih jelas.

Leon menatapnya sebentar, lalu menggeleng pelan. "Tidak, aku masih ada urusan lain. Sampai jumpa besok!" ucapnya singkat, kemudian segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Jade menatap kepergian mobil Leon dengan pandangan kosong. Angin di pagi hari membelai rambutnya yang terurai. Ia menghela napas panjang, lalu bergumam lirih, nyaris tak terdengar, "Asal kau tahu, pertemuan pertama kita bukan di restoran. Tapi... di kafe tadi."

1
wiemay
Leon sengaja itu
Aisyah Christine
leon pura² lupa itu. dia kan hakim pasti dia lagi liat body language jade. Pasti leon tau klu jade masih mencintainya
Myra Myra
kasihan dgn jade...
Isnanun
oooo Jade😭😭
Aisyah Christine
cinta yg tragis..
Myra Myra
kasihan jade...bila semua terbongkar kamu mula Ae hidup baru jade...pergi jauh dari org2 yg kamu kenal dan mulakan hidup tempat yg baru...
wiemay
pahlawan nya jade
Aisyah Christine
keren banget ceritanya.. teruskan thor sampe end
Elli romlah
wawww tambah seru nih ...semangat terus tour saya senang dengan semua karya mu
Isnanun
karen Jade gak ada takut"nya
Aisyah Christine
keren lah jade... bunuh saja mereka
Aisyah Christine
siapa sebenar yang memberi arahan
Isnanun
Jade di incar
Ecca K.D
lanjut
Rossida Sity
up yg byk thor
Oktalien Paroke
ceritanya seru dan.menegangkan
Myra Myra
semangat thor
Naufal Affiq
lanjut thor
Naufal Affiq
bagus leon,kau sudah mengambil tindakan paling adil untuk jeda
wiemay
akhirnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!