NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Riak-Riak kecil

Akhir pekan telah berlalu. Semua orang memulai kembali aktifitasnya saat ini, baik itu pelajar atau pun pekerja.

Jalanan sudah mulai padat merayap sedari subuh tadi, semua orang berlomba-lomba berangkat lebih awal demi menghindari macet di awal pekan.

Tapi sepertinya semua pengendara memiliki pemikiran yang sama, di lihat dari begitu banyaknya jumlah kendaaraan yang memadati jalan.

Hara yang tidak termasuk ke dalam euforia kemacetan subuh itu masih berada di kamarnya. Melakukan morning routines-nya.

Dia sangat bersyukur perusahaan tempatnya berkerja dekat dengan tempat tinggalnya dan juga menerapkan jam kerja nine to five jadi setidaknya dia tidak perlu berangkat pagi-pagi buta seperti kebanyakan teman kantornya.

Hara yang kini sedang menyiapkan bekal dan juga sarapannya sembari menerima telepon pagi dari Kama, ya sesuai kesepakatan, setidaknya Hara harus mengangkat teleponnya meski sedang sibuk saat berada di rumah.

Tapi saat berada di kantor, Kama akan memakluminya dan tidak menghubunginya selain di jam makan siang.

"Memang nggak repot bawa-bawa bekal?" Hara bisa mendengar suara latar klakson dan mesin kendaraan di belakang Kama.

"Nggak udah biasa" Hara menjepit ponsel di telinga dengan pundaknya, sembari tangannya sibuk memasukkan lauk ke dalam kotak bekal.

"Kapan-kapan makan siang bareng yuk"

"Nggak bisa janji ya!" Hara dengan tegas membuat batas. Hal itu di lakukan mengingat Kama akan terus saja merengek agar keinginannya terpenuhi jika Hara tidak bersikap tegas.

Sekarang Hara tau bagaimana menghadapi Kama, sama halnya dengan Ica, dia akan memperlakukan Kama begitu. Anak-anak memang harus di sikapi dengan tegas.

"Aku aja yang dateng kesana, kayaknya ada kantinnya kan disana, makan di kantin aja"

Kama masih berusaha merayu.

"Nggak janji ya!" Sekali lagi Hara menolak dengan tegas.

"Insya Allah gitu loh bae" Kama tak pantang menyerah.

Jawaban Kama membuat Hara tergelak. Selain seperti anak-anak, rupanya Kama juga seperti burung beo yang pandai meniru.

"Udah ya pak, saya mau berangkat dulu. Bye" Tanpa menunggu jawaban dari Kama, dia langsung saja menutup panggilannya.

Kini persiapannya sudah rampung, Hara melihat jam tangannya. Sudah saatnya dia berangkat kerja meski masih kurang sepuluh menit lagi.

Tak apa, toh dia bisa memakai sepuluh menitnya untuk membalas sapaan basa basi dari Pak Mul seperti biasa.

Dengan santai Hara keluar dari kamar kost-nya, mengunci pintu dan kemudian menuruni tangga.

Saat dia keluar dari rumah kost-nya, sebuah pemandangan yang akhir-akhir ini merusak harinya kembali muncul.

Apalagi kalau bukan motor sport berwarna merah milik Edward yang sengaja di parkir tepat di belakang motor Hara.

Hara mendecak kesal. Sejak malam itu, malam Hara bertemu Kama di depan Edward, sikap Edward berubah seratus delapan puluh derajat.

Dia yang tadinya ramah, bahkan ramah yang berlebih, sekarang mendadak bersikap dingin padanya.

Bukannya Hara merasa kehilangan atas sikap ramah Edward, hanya saja kedamaian tempat kost Hara menjadi sedikit terusik.

"Pak Mul" Hara menyapa pemilik kost yang sedang sibuk memandikan burung kesayangannya.

"Es lilin mah..." Pak Mul yang sibuk bersenandung itu sepertinya tidak mendengar sapaan Hara.

"Pak Mul" Hara mengeraskan suaranya. Namun tetap saja Pak Mul masih sibuk bersenandung.

"Pak Mul" Kali ini Hara memanggilnya dengan di sertai tepukan di pundaknya.

"Eh neng Hara" Pak Mul menoleh dan menatap Hara.

"Udah mau berangkat?" Tanyanya ramah.

"Iya pak Mul, tapi itu..." Hara ragu-ragu.

"Kenapa?" Tanya Pak Mul bingung.

"Itu..." Hara menunjuk sungkan ke arah motor Edward.

"Oalah Duad? Dia belum berangkat kok neng, nungguin ya?" Pak Mul menyimpulkan begitu saja.

"Eh nggak kok pak, itu motornya ngehalangin" Hara buru-buru meralat kesalahpahaman pak Mul.

"Oh gitu, tungguin sebentar ya, sebentar lagi siap anaknya" Sepertinya Pak Mul tidak peduli apapun jawaban yang di berikan Hara.

"Iya Pak" Hara mendesah pelan, memilih menyerah. Tak ingin menguras energinya di pagi hari.

Hara melihat ke arah rumah pak Mul, tapi tak nampak keberadaan Edward yang akan segera muncul. Untung saja Hara meluangkan sepuluh menit lebih awal.

"Neng Hara udah punya pacar ya?" Tanya Pak Mul tiba-tiba yang membuat Hara sedikit kaget.

"Eh? Nggak kok" Hara menjawab jujur.

"Terus siapa atuh neng cowok yang pernah main kesini itu?" Tanya Pak Mul, kali ini dia telah selesai memandikan burung perkutut miliknya, dan sekarang beralih ke burung yang lain.

"Temen" Hara menjawab singkat, dia melirik jam tangannya, sudah hampir lima menit dia disini.

Sebenarnya Hara ingin menyingkirkan sendiri motor Edward, tapi sayangnya motor itu di lengkapi kunci pengaman tambahan. Jadilah terpaksa Hara cuma bisa menunggu si pemilik sendiri yang menyingkirkan motornya.

"Oalah cuma temen toh" Pak Mul seperti terdengar lega mendengar jawaban Hara.

"Temen apa neng? Temen kerja atau temen kuliah? Perasaan bapak, temen-temen kuliah neng nggak pernah ada yang kesini" Kejar Pak Mul lagi.

"Temen nemu di jalan pak" Jawab Hara polos dan jujur.

"Mana ad-"

"Eh itu Edwardnya udah dateng pak" Hara berjalan menghampiri Edward ke tempat parkir.

"Mm... Ward" Hara ragu-ragu, menilik sikap Edward yang sangat dingin kepadanya, Hara berusaha memilih kata yang tepat.

"Itu parkir motornya bisa nggak jangan di kasih kunci tambahan"

"Lo mau tanggung jawab kalau motor gue ilang. Mahal nih!" Tapi respon Edward benar-benar membuat Hara kaget.

"Bukannya gitu" Hara tidak menyangka bahkan dia sudah bersikap bermusuhan sebelum mendengar penjelasan Hara.

"Kalau lo nggak mau kehalangan, parkir motor lu di sebelah sono noh" Dengan kasar Edward menunjuk ke arah pojokan area parkir yang tidak tertutupi kanopi.

Hara menghela napas jengah.

Sabar, sabar, sabar

Hara menggumamkan kata-kata itu di pikirannya. Kalau bukan karena Edward adalah keponakan bapak kost tempatnya, dia pasti sudah melayangkan protes kepada pak Mul.

Sudah dua minggu Edward menginap di sini dan bersikap begini kepada Hara, tapi sepertinya itu masih akan terus berlanjut.

"Iya" Hara hanya menjawab singkat. Menyudahi masalah perdebatan tempat parkir ini.

Tinggal beli cover motor terus masalah beres.

Otak Hara langsung menyusun rencana, meskipun nantinya Hara akan sedikit lebih kerepotan karena harus menyelimuti motornya setiap pulang kerja dan harus melipat selimut motornya sebelum berangkat kerja, tapi tak masalah baginya. Di bandingkan dengan energinya yang harus terbuang percuma dengan perdebatan yang bisa merusak mood-nya di pagi hari.

Hara melihat kembali jam tangannya, ternyata sudah lebih dari sepuluh menit dia habiskan untuk basa basi dan ribut mengenai motor, tapi Edward sepertinya bergerak dalam mode slow motion. Terlalu lelet untuk sekedar membuka kunci pengaman tambahan motornya.

Setelah lima belas menit, lima menit lebih lama dari waktu yang di persiapkan Hara, akhirnya motor Edward sudah tidak lagi menghalangi motor Hara.

Dengan buru-buru Hara langsung menaiki motornya dan mendorongnya keluar, setelah itu langsung menyalakan mesin dan tancap gas.

"Dasar cewek kampung, nggak ada sopan santunnya, terima kasih kek" Gerutu Edward dongkol.

Untungnya Hara yang selalu terbiasa dengan rencana cadangan itu bisa sampai tepat waktu dengan memacu laju motornya sedikit lebih kencang dari biasanya.

Meski ada hambatan di awal, namun sisa perjalanannya terpantau sesuai prediksi.

"Mir!" Hara yang baru saja masuk ke dalam lobby itu berteriak memanggil Amir.

"Tunggu" Hara berlari mengejar Amir yang sepertinya tidak mendengar panggilannya.

"Amir" Hara sedikit ngos-ngosan karena memutuskan lari secara mendadak.

"Ada apa mbak Hara?" Tanya Amir bingung.

"Beliin saya cover motor dong" Pinta Hara dengan buru-buru.

"Cover motor apaan mbak?" Tanya Amir yang belum paham maksud Hara.

"Itu loh yang buat selimutin motor" Hara menjelaskan dengan asal.

"Oalah itu" Amir manggut-manggut paham.

"Terserah kamu deh, mau online atau pergi ke tokonya, pokoknya beliin ya, kalau bisa nanti sore datang. Kalau beli online minta kiriman yang langsung sampai hari ini. Butuh banget soalnya" Cerocos Hara sambil mengeluarkan dompet dan ponselnya.

"Cash atau transfer?" Tanya Hara to the point.

"Cash aja mbak" Amir menjawab cepat.

"Ok" Hara memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan berganti membuka dompetnya. Mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.

"Nih kalau kurang talangin dulu, nanti saya gantiin" Hara mengulurkan uang kepada Amir.

"Halah kayak sama siapa aja sih mbak Hara ini, udah pokoknya beres mbak" Amir mengibaskan tangannya sungkan.

"Nih nanti masukin jok aja barangnya kalau udah dateng" Kali ini Hara mengulurkan kunci motornya.

"Siap" Amir mengacungkan jempolnya dan kemudian Hara berlari pergi menuju lift.

Di perusahaan ini, Amir adalah salah satu karyawan yang dekat dengannya, selain Sinta.

Hara hampir mempercayakan separuh urusan pribadinya kepada Amir. Dan Amir pun dengan senang hati melakukannya.

Hubungan mereka ibarat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan.

Gaji Amir sebagai OB hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hariannya dan untuk di kirim ke kampung. Tapi berkat adanya Hara, Amir bisa mendapatkan side job dengan bayaran yang lumayan.

Hara sering memberikannya imbalan yang lumayan untuk setiap tugas yang di berikannya. Dan berkat Hara yang begitu, ada banyak karyawan lainnya yang juga ikut-ikutan memakai jasa "pertolongan" Amir.

Dan jadilah Amir membuka jasa palugada-nya, selama permintaannya tidak aneh-aneh dan berbahaya, Amir akan mengerjakannya.

Hara langsung mendudukkan diri di kursinya begitu sampai di mejanya.

Membuat Sinta yang sudah datang lebih dulu keheranan. Karena tak biasanya Hara terlihat lelah di pagi hari.

"Ada apa nih?" Tanya Sinta sembari mendongak ke arah jendela.

"Tu matahari nggak keluar dari barat kan?" Ledeknya iseng.

"Capek banget gue" Keluh Hara sembari menghela napas panjang.

"Tumben-tumbenan lo capek habis weekend, biasanya paling semangat" Kejar Sinta penasaran.

"Iya nih, tempat kost gue udah nggak kondusif lagi"

"Kenapa memangnya?"

"Tau tuh, ada yang tinggal di situ resek" Jelas Hara malas, jika membicarakan Edward lagi, sepertinya dia akan menggunakan sisa energinya dan setelah kehabisan, bagaimana dia akan menjalani harinya.

"Eh?" Sinta menelengkan kepalanya. Hara adalah tipe orang yang menghindari masalah, jika sampai dia bilang "resek" tentang seseorang, itu artinya seseorang itu sudah lebih dari resek.

"Kok bisa?" Kejar Sinta.

"Tauk lah!" Hara mendengus kesal.

"Pindah aja kalau gitu" Sinta memberikan solusi asal saja, dia tau itu tidak akan di gubris oleh Hara.

"Nggak deh, ribet kalau harus pindah-pindah. Semoga aja setelah covernya dateng udah balik normal lagi" Jawaban Hara sama sekali tidak di mengerti oleh Sinta, tapi dia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.

Jika Hara ingin, maka dia akan bercerita seperti biasanya, kalau Hara hanya memberikan informasi setengah-setengah, itu artinya Hara tidak ingin membicarakannya lebih lanjut.

"Oke" Sinta mengedikkan bahunya, menyetujui jawaban Hara.

...****************...

"Pak Nael kemarin kok nggak ajak nisa kalau mau meeting sama mbak Hara?" Nisa langsung menyerbu Nael yang baru saja datang.

"Iya maaf, karena yang di bahas juga nggak terlalu banyak, jadi cukup meeting berdua aja" Jawab Nael datar.

Sekali lihat Nisa tau suasana hati Nael sedang tidak baik-baik saja, menimbang dari pekerjaan Nael yang selalu selesai tepat waktu dan jarang salah, maka suasana hati Nael pasti karena Hara.

"Padahal kemarin itu Nisa dapet tugas dari pak Rama katanya kalau ada meeting lagi sama mbak Hara, Nisa di suruh lapor" Nisa memberengut kesal dengan gaya imutnya.

"Pak Rama bilang gitu?!" Nael kaget mendengar penuturan Nisa.

Seperti dugaan Nisa, Nael pasti bertemu dengan Hara, dan mungkin saja juga dengan Kama.

"Iya kayaknya sih pak Rama ada hati sama mbak Hara deh" Nisa dengan sengaja memprovokasi Nael.

"Jangan sok tau!" Pungkas Nael ketus dan kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Ya ya ya, sangkal aja sepuasnya, kalau terlalu gampang percaya kan nggak seru jadinya.

Batin Nisa menatap Nael yang semakin gusar setelah mendengar penuturannya.

Hanya tinggal masalah waktu, Nael akan segera berpaling dari Hara dan kemudian membuka hati untuknya.

Sejauh ini hubungan Nael dan Hara berjalan sesuai prediksinya, sedari awal memang hubungan mereka tidak memiliki pondasi kuat. Jadi meski hanya dengan sedikit sentuhan, maka tak peduli seberapa lama hubungan mereka berjalan, pasti akhirnya akan putus juga.

Dan sentuhan itu haruslah dia yang memberikannya, karena melihat Hara dan Nael yang sama-sama berusaha bertahan, maka akan sulit jika Nisa tidak turun tangan.

Nisa yang baru saja berkerja di perusahaan itu memang telah menaruh hati pada Nael. Tapi sikap Nael yang tegas menolaknya sedari awal membuat harga dirinya terluka.

Saya udah punya pacar

Begitu isi pesan Nael saat dia mulai bertanya-tanya di luar topik pekerjaan.

Semula Nisa ingin mundur dan mencari laki-laki lain saja, toh masih banyak ikan di laut.

Tapi sebuah pesan yang masuk ke dalam layar laptop kerja Nael membuat Nisa mengurungkan niatnya.

Foto wallpaper laptop milik Nael adalah dirinya dengan pacarnya. Dan isi pesannya sedikit banyak mengungkapkan tentang mereka.

Melihat itu Nisa tau bahwa hubungan mereka pasti berat karena di landaskan dari perbedaan agama. Dan itu membuatnya memiliki kepercayaan diri jika dia bisa bersaing dengan Hara.

"Bukan salah gue kan" Gumam Nisa sembari mengedikkan bahu dan pergi menuju mejanya.

"Cuacanya bagus banget ya pak Nael" Seru Nisa riang dengan senyum sumringah.

"Hm" Hanya itu jawaban Nael, tapi di telinga Nisa seperti terdengar "iya sayang". Sungguh indah dan merdu.

Jari-jari lincah Nisa mengetikkan email untuk di kirimkan kepada Hara.

Dari : Nisa

Perihal : Janji Meeting

Tanggal : 13 Juni 20xx 09.17

Untuk : Mbak Hara

Selamat pagi Mbak Hara,

Nisa cuma mau bilang kenapa pas meeting kemarin Nisa nggak di ajak T.T

Padahal Nisa pengen lebih deket sama mbak Hara.

Jadi sedih deh T.T

Ps : Nisa ngirim email karena mbak Hara lama kalau balas pesan ^_^

Maapkeun

Nisa, sekertaris dari bagian sekertariat De Overwinnaar Group.

Nisa meregangkan tubuhnya setelah berhasil mengirim email tersebut.

Semua rencananya sudah berjalan hampir lima puluh persen, dan sisanya mungkin dia tidak terlalu membutuhkan banyak usaha karena Hara dan Nael sudah berpisah.

Nisa hanya perlu memunculkan sedikit riak-riak kecil di hubungan Nael dan Hara, lalu boom, the end.

1
ArianiDesy
wahhhhh,ngajak ribut emang nih cewek satu😤😤😤😤😤😤😤....
pengen aku jambak bibir nya😡
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
makin penasaran nih Thor, sama mereka....
harapan ku sih yang lain gigit jari lihat kama yang menang😅😅😅
betters
ga sabar nich
ArianiDesy
waaaaaa,udah selesai aja bacanya...
penasaran sama yang ketahuan blind date😅😅😅😅
ArianiDesy
Kama, yuk kamu bisa sama Hara😍😍😍😍😍
ArianiDesy
semoga besok mereka bertemu di tempat Hara dan Sinta double date🤭🤭🤭🤭
ArianiDesy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣...
Aku kira terpuji lah apa,ada" aja si pak Kama 😁😁😁
Aiiu Miendzycity
kak up dylan ajj yok
ArianiDesy
😍😍😍😍😍😍😍😍...
Hari ini adem ayem pak Kama nya
ArianiDesy
Ya...ya.....rebut aja Nael nya biar Hara dan pak Kama aja yang bersama..
pindah kos aja deh, biar nggak ngabisin tenaga ketemu org seperti Edward dan bapak kos,sok ngatur
Risa Amanta
si Kama udah kena sumpahan korban2nya
Risa Amanta
maaf .. Nis..kmu Islam gk
ArianiDesy
Semangat pak Kama ngejar Hara nya 😁😁😁😁😁....
oh,Nisa naksir sama Nael ya🤔🤔🤔
Risa Amanta
klo jadi Hara..mending gk usah pilih keduanya..masih banyak kok laki2 di dunia ini..yg tentunya baik
ArianiDesy
Masalah keyakinan emng sensitif sih ya,,,
ArianiDesy
Si Nael aneh banget dah🙄🙄...
nggak sabar nih nungguin kelanjutan mereka di pos security 😁😁😁😁😁
Risa Amanta
Egois bgt
Risa Amanta
Kamu knp sih Nael
ArianiDesy
Semangat Hara🥰🥰🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
wkwkwkwk.....
Sudah ku duga olahraga malam, olahraga yang sesungguhnya 🤣🤣🤣🤣...
puas banget lihat pak Kama di kerjain Hara😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!