Kontrak Pernikahan

Bintang segera masuk kedalam kampus untuk bertemu dua sahabatnya. Namun, tiba-tiba dia menabarak seseorang.

"Maaf-maaf, saya nggak sengaja," ucap Bintang.

"Kamu mahasiswa baru ya?" tanya orang yang dia tabrak tadi.

"Iya, saya mahasiswa baru di sini," jawab Bintang.

"Kenalkan aku Alex." Orang itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Bintang membalas uluran tangan orang yang bernama Alex tadi.

"Bintang." jawabnya kemudian.

"Maaf ya Alex aku ada urusan, permisi!" kata Bintang sambil berlari meninggalkan Alex.

Akhirnya Bintang bertemu juga dengan Ana dan Dewi, dia duduk di depan dua orang sahabatnya itu.

"Gimana kalian punya informasi terbaru tentang Lyvia nggak?" tanya Bintang.

"Sayangnya belum, Bi," jawab Ana.

"Gua curiga deh, Bi, jangan-jangan ada sosok lain yang membantu mereka. Soalnya kamu bilangkan kalau hasil diagnosanya asli. Kalau misalnya dia pura-pura nggak mungkinkan diagnosa penyakitnya itu asli. Kecuali.... "

Mereka bertiga saling tatap. "Pikiran Lo, sama kaya gue nggak? "tanya Bintang, Ana dan Dewi mengangguk.

"Jika pemikiran kita benar kita harus bisa mendapatkan bukti keterlibatan dokter itu," kata Dewi.

"Tapi, itu pasti sangat sulit." Ketiganya menghela napas bersamaan.

Dan lagi-lagi, Bintang merasakan mual yang membuatnya ingin muntah.

"Kamu, pakai parfum apaan sih, An? Baunya enek banget?" tanya Bintang sambil menutup hidungnya.

"Aku pake parfum yang biasa kok," jawab Ana sambil mencium aroma tubuhnya sendiri.

"Tapi, sumpah deh, An, bau parfum kamu tuh bikin kepalaku puyeng," protes Bintang, kemudian dia mengambil masker untuk menutup hidungnya.

"Tapi, perasaan ini emang bau parfum yang biasa Ana pakai deh. Hidung kamu kali rada nggak beres," kata Dewi.

"Enggak lah, hidungku selalu bener kok. Aku ke kelasku aja ya. Ntar pulang kuliah kita kumpul lagi!" kata Bintang. Merekapun ke kelas masing-masing.

Pulang kuliah terpaksa Bintang pulang sendirian, karena Ana dan Dewi ada urusan mendadak.

"Lebih baik aku mampir ke rumah sakit dulu deh, siapa tahu bisa nemuin bukti baru," batin Bintang. Dia segera menuju rumah sakit.

Saat hendak memasuki lift rumah sakit lagi-lagi dia menabrak seseorang.

Bugh!

"Maaf-maaf, nggak sengaja," ucap Bintang sambil menundukkan tubuhnya.

"Kamu Bintang kan?" tanya orang itu.

Bintang menatap orang itu bingung.

"Hei, masa kamu secepat itu lupa sama aku. Padahal baru tadi pagi kita ketemu," kata orang itu lagi.

Bintang mencoba mengingat-ingat wajah pria di depannya.

"Oh, iya. Kamu yang tadi pagi ya? Maaf aku lupa," ucap Bintang. Ya, pria yang saat ini berada di depan Bintang adalah Alex, orang yang sama yang tidak sengaja Bintang tabrak tadi pagi.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di sini?" tanya Alex.

"Kebetulan ada temen yang di rawat di sini" jawab Bintang. "

"Kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Bintang basa-basi. "Aku mau ketemu papaku, kebetulan dia dokter disini," jawab Alex.

"Oh, kalau begitu silakan. Aku juga harus ke tempat temenku,"" kata Bintang kemudian pergi meninggalkan Alex.

Bintang segera menuju ke ruang rawat Lyvia, saat itu dia melihat Lyvia sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kamu telpon siapa? Suamiku?" tanya Bintang.

Lyvia tidak nemperdulikan pertanyaan Bintang.

"Kalau kamu telpon suamiku percuma, dia nggak bakalan jawab telpon dari kamu." kata Bintang. Lyvia menatapnya tajam.

"Apa maksudmu?" tanya Lyvia kesal.

Bintang duduk di samping Lyvia.

"Untuk beberapa hari ini suamiku tidak akan kesini. Dia juga tidak akan menelpon ataupun menerima telpon darimu. Kau tahu kenapa? karena aku sudah mengganti simcardnya." kata Bintang lagi. Lyvia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.

"Suamiku sudah sampai belum ya? Aku coba telpon deh," kata Bintang yang sengaja membuat Lyvia semakin marah.

Bintang menelpon Rangga dari ponsel miliknya. Dia juga sengaja mengaktifkan speaker agar Lyvia mendengar pembicaraan mereka.

"Halo Sayang, apa kamu sudah sampai?" tanya Bintang.

Bintang sengaja mengajak suaminya itu berbicara dengan mesra. Dia ingin menunjukkan kepada Lyvia, betapa tidak berartinya wanita itu bagi Rangga sekarang. Setelah setengah jam mengobrol mereka pun, mengakhiri obrolan mereka dengan sebuah ciuman. Lyvia enek melihatnya.

"Aku pamit dulu ya Lyvia, besok aku akan kembali lagi kesini. Bye," pamit Bintang.

Lyvia geram dengan kemesraan yang diperkihatkan oleh Bintang. Setelah Bintang pergi, Lyvia menghubungi seseorang. "Lakukan sekarang!" perintahnya di telpon.

"Kau lihat saja Bintang, apa setelah ini kamu masih bisa tertawa," kata Lyvia dengan mata tajamnya.