TAMAT HINGGA MUSIM KE-3~
"Uncle Sam aku tidak mau menikah dengannya....ini sama saja mempertaruhkan masa depanku....hiks "
"Lalu bagaimana cara kau membayar semua hutang orang tuamu? " uncle Sam mencengkram tangan nya dengan keras.
Baru sehari setelah orang tuanya meninggal dunia. Renesmee yang merupakan anak tunggal kesayangan keluarga Phoenix.
Harus menghadapi kenyataan pahit kembali. Ketika sang paman memaksa dirinya untuk menikah dengan seorang Presdir yang sangat angkuh, kejam, dan tidak memiliki perasaan. Ia bernama Nathan Efron.
🌹Tahap Revisi🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayraa Ibnurafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 31
Dipandanginya langit-langit kamarnya, bagaimana bisa sekarang dia berada didalam kamar yang sama dengan seorang wanita. Bahkan dirinya tak habis fikir dirinya bisa menikah, mengingat rasa traumanya yang sudah lama menetap didalam dirinya.
"Step....Apa kamu bisa melihatku dari atas sana? Apa kau bahagia atau kau marah,karna diriku sudah menggantikan posisi mu sebagai istriku kepadanya?" gumam Nathan pada lamaunannya.
Nathan merasa sangat bersalah kepada Stephanie. Mengingat pengorbanan besar Stephanie dan dirinya untuk mencapai mimpi mereka yaitu menikah. Sudah banyak hal dan cobaan yang mereka lewati bersama. Namun pengorbanan itu semua sia-sia, dalam sekejap saja hidup mereka mimpi-mimpi mereka lenyap seperti sudah ditakdirkan dari awal. Tak terasa air matanya mulai menetes dengan sendirinya. Tiba-tiba saja......
Cklek......
Pintu kamar mandi terbuka sedikit, Rens mengintip dicelah pintu yang terbuka. Dibalik pintu kamar mandi itu dirinya sama sekali tidak mengenakan sehelai benang pun diseluruh tubuhnya. Dengan ragu-ragu dia melirik kesana kemari mencari keberadaan Nathan. Sampai akhirnya pandangannya tertuju kearah ranjang, nampak Nathan tengah berbaring menatap keatas.
Mau tidak mau dia memberanikan diri untuk memanggil Nathan. Walaupun dia tahu Nathan pastinya akan marah jika dirinya diganggu, apa lagi dirinya terlihat nyaman dengan posisinya.
"Permisi......Tu-tuan" panggil Rens sedikit pelan.
Suara Rens membuyarkan lamunannya, sesaat tersadar Nathan langsung menghapus air matanya seketika. Nathan tak menjawab sedikit pun, walaupun dirinya mendengar Rens memanggilnya. Tetapi dia enggan untuk menyahut. Dia malah menutup kedua matanya, seolah tak mendengar.
"Tu-tuan...." panggil Rens lagi, namun masih sama tidak ada jawaban dari Nathan. Merasa tak dihiraukan sama sekali oleh Nathan. Rens pun memanggil Nathan lagi dengan nada sedikit keras, bahkan dia menyebut langsung nama Nathan.
"NATHAN....." panggil Rens lagi dengan membentak, meski sedikit pelan namun bagi Nathan itu sedikit kasar. Karna Rens dengan berani langsung memanggil namanya, bahkan nada bicaranya seperti membentak.
Nathan menghela nafasnya dengan kasar, dirinya terlihat geram. Dia pun langsung beranjak dari tidurnya, disisirnya rambut depannya kebelakang menggunakan jemarinya.
"Huh.....apa lagi sih? Tidak bisa kah kau membiarkan aku tenang sebentar saja? Sungguh menyebalkan" ucap Nathan yang geram, nada bicara nya sungguh kasar dan keras hingga terdengar dari sudut-sudut kamarnya. Tetapi tidak sampai terdengar hingga keluar, karna kamar itu sudah didesain agar kedap suara.
"Begini tuan......bisa kah anda membantu saya" ucap Rens menunduk.
Nathan pun langsung menghampirinya didepan pintu kamar mandi. Wajahnya terlihat marah dan geram.
Deg....
Jantungnya tiba-tiba berdegup dengan kerasnya lagi, wajahnya kembali merona merah karna gugup saat Nathan semakin mendekat kearahnya.
"Berhenti......diam disana" Rens melayangkan tangannya kedepan dan mengisyaratkan agar Nathan berhenti.
Nathan pun langsung berhenti seketika, dia mengerutkan dahinya menatap kearah Rens. Sungguh dia tidak bisa mengerti maksud dari wanita yang kini ada dihadapannya itu. "kenapa dia bersembunyi dibalik pintu....dasar aneh" gumamnya.
"Cepat katakan, kenapa kau memanggilku?" ucap Nathan sembari memalingkan wajahnya.
"....aku lelah mau istirahat" tambahnya lagi.
"Emm.....bisakah kau ambilkan aku handuk dan pakaian yang akan aku kenakan?" ucapnya pelan, kini wajahnya sangat merah seolah akan meledak.
"Hah...?" Nathan mengerutkan dahinya
"Aku lupa jika tidak ada handuk didalam kamar mandi karna tadi aku pakai, sedangkan piyama nya ada didalam lemariku...hahaha jadi dia sedang tidak mengenakan apapun? Aaaaaa.....Nathan Sadar lah apa yang sedang kau fikirkan dasar gila" gumam Nathan.
"Cepat sedikit....aku kedinginan" ucap Rens lirih.
"Ohh...baiklah tunggu sebentar" jawab Nathan.
Nathan pun berlalu kearah lemari nya dan mengambil handuknya serta piyama hitam milik Rens yang sudah disiapkan juga oleh Barbara. Setelah itu dia melangkah kembali kearah kamar mandi dan memberikan handuk serta piyama tersebut pada Rens.
"Ini....."
Belum sempat selesai berbicara Rens langsung merampas piyama dan handuk tersebut dari tangan Nathan. Kemudian......
Brukk.....
Dia menutup pintu kamar mandi saat Nathan masih ada disana. Nathan sangat marah saat itu, namun dia memilih untuk diam dan kembali melangkah kearah ranjangnya.
"Huh.....wanita sialan" Nathan mengehela nafas dengan kasar sembari terus berjalan meninggalkan Rens.
Nathan (abduction)