Bermodal paras cantik dan tubuh yang indah. Gendhis, bukan nama aslinya. Bertahan hidup dengan bekerja sebagai koki di sebuah hotel bintang lima. Namun, sesuatu hal yang tak terduga terjadi padanya, hingga Gendhis bertekad untuk mengambil pekerjaan sampingan sebagai "teman kencan semalam" tamu-tamu VIP hotel Pacifik.
Narendra Arjuna Guinandra, pengusaha di bidang perhotelan dan pariwisata yang terobsesi untuk menyewa jasa Gendhis. Berapa pun budget yang dia keluarkan, dia tidak perduli. Asalkan gadis itu tetap berada dalam genggaman dan menuruti segala perintahnya.
Sebuah fakta terungkap, membuat Narendra terperosok semakin jauh ke dalam dendam dan kebencian atas kejadian yang tidak pernah dilakukan oleh Gendhis. Hingga gadis itu harus berjuang untuk sebuah kepercayaan yang menyakinkan hati seorang Narendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biar lebih akurat
Happy reading..
Kedua bola mata Yudistira rasanya burem melihat pria tampan di depannya itu mondar-mandir seperti setrikaan bik Marni. Ingin rasanya melempar pria itu dengan sepatunya yang berbahan kulit premium. Tapi keberaniannya seakan menguar begitu saja. Ya, dia adalah Narendra, Tuannya. Yang sejak tadi mondar-mandir di ruang tunggu UGD dengan wajah gelisah, resah, khawatir semua tumplek blek diborong oleh Narendra.
"Bos," tegur Yudistira pada Narendra.
"Lama periksanya! Lelet!" ucap Narendra, tidak ke arah sang assisten.
Matanya fokus ke arah dalam ruang pemeriksaan yang tertutup.
"Biar lebih akurat, Bos," timpal Yudistira.
"Akurat apanya?" rasa cemas yang tinggi mengakibatkan pikiran Narendra terblokir sesaat.
'Orang secerdas dan hebat seperti Bos Narendra saja, pikirannya bisa langsung lemot juga kalau sesuatu terjadi pada wanita yang disayanginya,' gumam Yudistira dalam hati. 'Apalagi aku, bisa langsung nyusruk,' Yudistira bermonolog sendiri.
"Sabar, Bos. Mungkin dokter masih memeriksa Nona Nayaka lebih detail lagi, biar tahu penyakitnya, Bos. Duduk dulu, Bos."
Narendra langsung memindahkan pandangannya ke arah Yudistira dengan tatapan tajam menghunus.
"Sabar katamu! Nayaka hampir mati, kau bilang sabar!" suara bernada tinggi yang keluar dari bibir Narendra.
Pria itu mengacak rambutnya frustrasi. "Apa aku harus diam saja melihat Nayaka begitu? Aku tidak mau orang menuduhku sebagai pembunuh Nayaka!" hardik Narendra.
"Tapi Tuan-"
"Tapi apa? Hah!" suara Narendra semakin naik volumenya.
Untung saja di saat itu, UGD tidak seramai biasanya. Kalau tempat itu ramai pengunjung sudah malu sang assisten dibentak seperti itu. Tapi bagi Yudistira, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari.
Sementara di rumah yang tidak begitu besar yang hanya ditinggali oleh wanita setengah baya, tiba-tiba terdengar suara hantaman benda terjatuh ke lantai.
Pyarrr...
Tangan wanita setengah baya itu gemetaran, gelas yang dipegangnya tiba-tiba merosot dan jatuh ke lantai putih di ruang makan rumahnya. Detak jantungnya terpompa cepat, pikirannya hanya ada putrinya seorang.
Ya, wanita setengah baya itu sedang menghawatirkan keadaan Nayaka yang tak kunjung datang menjenguknya. Ia menghela nafas panjang dan perlahan mendudukkan bok0ngnya di kursi. 'Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nayaka,' gumam Ibunya.
Tapi, firasat seorang ibu tidak akan pernah meleset. Karena keadaan putri kesayangannya itu, sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Nayaka sedang berperang dengan maut, akibat ulah tangan jahil seseorang yang akan membunuhnya. Kini tubuh Nayaka tergolek lemah di brankar UGD sebuah rumah sakit di kota J.
"Ya Alloh, lindungi putriku dari marabahaya di luar sana," doa Ibu Nayaka.
Dari semalam wanita yang melahirkan Nayaka itu, tidak tenang hati dan pikirannya. Rasa was-was akan sesuatu terjadi pada diri putrinya.
Setelah menenangkan hatinya sesaat dan mengambil ponsel yang ada di kamarnya. Wanita yang terlihat pucat itu mengatur nafasnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya menghubungi nomor ponsel Nayaka. 'Bismillahirrahmanirrahim,' Ibu Nayaka mengucapkan basmalah terlebih dulu.
Hampir beberapa detik kemudian, barulah sambungan selularnya diterima di sebrang sana.
"Assalamualaikum, Nayaka," salam sang Ibu setelah melihat seseorang menerimanya.
"Wa'alaikumussalam," sahut seseorang di ponsel Nayaka.
Nampak guratan kebingungan di wajah wanita itu, ketika mendengar suara yang berbeda dari suara putrinya. Suara laki-laki yang menerima panggilannya, membuat Ibu Nayaka mengerutkan dahinya dalam. 'Siapa ini yang sedang menerima telepon? Apa Nayaka mengalami kecelakaan? Dan yang sedang menerima telepon ini adalah seorang petugas dari kepolisian yang menangani Nayaka?' Wanita setengah baya itu bermonolog sendiri dengan pikiran yang tidak-tidak tentang putrinya.
Narendra melihat nama yang ada di kontak tersebut. Tertera dengan nama 'Ibu peri cantik'. Seketika bibir Narendra menyunggingkan senyum.
Ia tertawa gemas dalam hatinya, membaca nama yang diberikan oleh Nayaka pada seseorang di dalam ponselnya.
Beberapa detik kemudian, Narendra dikagetkan kembali dengan suara wanita di ponsel yang masih tersambung dengan nya.
"Halo.. Halo.. Nayaka," panggil Ibunya berulang-ulang.
Narendra tersadar dari lamunannya oleh suara wanita di seberang sana.
"Iya, Ibu," jawab Narendra singkat.
"Ini siapa? Dimana Nayaka?" tanya wanita itu dengan suara bergetar dan bertubi-tubi pada Narendra.
"Maaf, Ibu. Ini dengan Narendra, Bosnya Nayaka."
"Tuan Narendra," tanya Ibu Nayaka dengan meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Ia memegangi dadanya terasa sesak.
"Iya saya Narendra, Ibu."
"Kemana Nayaka? Kenapa ponselnya ada bersama Tuan Narendra?" rentetan pertanyaan kembali Ibu Nayaka layangkan pada pria yang masih tersambung dengan nya.
"Maaf, Ibu. Nayaka sedang berbelanja, ponselnya ketinggalan di meja. Apa ada hal penting, Ibu. Nanti bisa saya sampaikan pada Nayaka," tanya Narendra hati-hati.
"Ohh, sedang berbelanja. Ya sudah nanti saja Ibu telepon kembali. Tidak ada hal penting, hanya kemarin Nayaka berjanji akan mengunjungi Ibu," ujar Ibu Nayaka.
"Iya Ibu, nanti pasti saya sampaikan pada Nayaka," jawab Narendra dengan meraup wajahnya kasar.
Setelah memberi salam untuk menyudahi pembicaraannya. Wanita itu segera mematikan layar ponselnya.
Narendra memasukkan kembali ponsel milik Nayaka dalam saku celananya.
Wanita dengan jubah putihnya keluar dari ruang pemeriksaan UGD. Narendra bergegas menghampiri wanita itu.
"Dokter bagaimana kondisi istri saya?" Narendra langsung menanyakan kondisi Nayaka pada wanita yang berprofesi sebagai dokter itu.
Dokter wanita itu memperhatikan Narendra sejenak. Lalu, melihat ke arah Yudistira yang berdiri di sebelahnya.
"Maaf ini siapanya pasien?" tanya Dokter itu, yang sekarang ini pandangan nya mengarah pada Yudistira.
Narendra langsung faham dengan tatapan dokter itu pada Yudistira.
"Dia keluargaku," jawab Narendra cepat.
Sedari tadi Yudistira sudah dikejutkan dengan jawaban-jawaban sang Tuannya. Mulai dari Nayaka adalah istrinya, hingga kini. Menjawab pertanyaan dokter itu, bahwa dirinya adalah keluarga dari sang Tuannya. Yudistira tidak heran melihat rasa cemas yang dirasakan oleh Tuannya itu. Hingga dengan seenaknya dia memberikan jawaban pada dokter itu.
Setelah masuk dan duduk di ruang konsultasi. Dokter wanita itu menjelaskan bahwa pasien yang mengalami sesak napas dan pingsan beberapa menit yang lalu menghidap 'Alergi akut'.
Manik hitam milik Narendra membelalakkan seketika mendengar penjelasan dari sang dokter.
"Alergi akut?"
☘️☘️☘️☘️
dan semoga nayaka berbahagia dengan ...... tuan gapian . yesss 😍
ganbatte, nay 💪💪💪
di novel aja ada judulnya tuh
CINTA DAN DENDAM
atau
CINTA DI ANTARA DENDAM
atau
MENIKAH KARENA DENDAM
awalnya mah dendam, nay.... eehhhh ujung ujung nya duit ...ehhh salah 😅
ujung ujungnya cinta lahhh
kaya miskin
cantik jelek
....... bukanlah suatu patokan akan hadirnya cinta dan kemana cinta akan bermuara .
jadi .... jangan pesimis, nay ..... 💪😁