Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Lily Sakit
Setelah konferensi pers itu berakhir, Ghara langsung pergi dari gedung FS Models. Dia membawa mobil mewahnya membelah jalan raya menuju kampus Lily.
Dia berharap gadis cantik itu melihat pengakuan Marcell bahwa dia adalah ayah dari anak yang dikandung Keysha. Jadi, dia tidak perlu banyak menjelaskan pada Lily bahwa dia tidak bersalah.
Tiba di kampus, Ghara langsung menghubungi Lily, tetapi sampai beberapa kali dia mencobanya, Lily tetap tidak menjawab. Karena ternyata gadis itu tidak masuk kuliah.
"Ke mana sih ini, Bocil? Apa dia marah sama gue yah?" gumam Ghara, seraya melihat ke arah luar. Mencari sosok yang selama ini dia rindukan. Tiba-tiba dadanya bergemuruh, ada rasa tak sabar yang menyelinap.
Ghara keluar dari mobil, lalu memperhatikan beberapa mahasiswa yang masih lalu-lalang.
"Dilla!" panggil Ghara, ketika dia melihat seseorang yang selama ini menjadi teman dekat adiknya.
"Kak Ghara? Kenapa, Kak?" tany Dilla setelah berhasil mendekat.
"Lu liat Lily gak? Gue telpon kok gak diangkat-angkat yah?"
"Oh Lily, bukannya dia gak masuk yah? Katanya lagi sakit," jawab Dilla apa adanya, membuat Ghara langsung terperangah.
"Sakit?" Ghara memberi dengan bola matanya yang membulat sempurna.
"Iya, tadi pagi Lily telepon aku suruh izinin—" Suara Dilla terpotong karena detik selanjutnya Ghara sudah masuk kembali ke dalam mobil, dan membawa kendaraan roda empat itu dengan kecepatan tinggi, agar ia bisa segera sampai di rumah.
Dilla hanya bisa menautkan kedua alisnya, merasa bingung dengan sikap Ghara. Namun, karena dia tidak ingin ambil pusing, dia segera meneruskan langkah untuk masuk ke dalam kelas.
"Kenapa lu gak ngabarin gue sih, Li?" gumam Ghara dengan rasa cemas yang begitu besar. Dia tidak peduli dengan beberapa orang yang memakinya karena dia ugal-ugalan di jalan.
Yang penting sekarang dia bisa sampai di rumah dengan cepat.
Sementara di kamarnya, Lily baru saja beristirahat setelah minum obat. Pagi tadi tiba-tiba dia demam, sehingga Arabella langsung memanggil dokter keluarga.
Mata gadis cantik itu terlihat bengkak, karena sudah dua hari ini dia menangis entah sebab apa. Setiap ditanya sang ibu, Lily selalu menjawab tidak apa-apa.
Hingga tak berapa lama kemudian, seorang pria dengan raut cemas, berlari menapaki rumah. Dan tujuan satu-satunya adalah kamar gadisnya.
Brak!
Ghara membuka kamar Lily dengan tidak sabaran, hingga dia melihat tubuh mungil itu tengah terkulai di atas ranjang. "Lily!" Panggil Ghara seraya mendekat, tanpa peduli apapun dia merangkak ke atas tubuh gadis itu, membuat Arabella yang ada di sana jadi tertegun.
"Gue pulang buat elu, Li. Jangan buat gue khawatir," ujar Ghara, dia menekuk satu tangannya sementara bagian yang lain sudah menindih tubuh Lily. Dia seperti tidak melihat sang ibu, hingga tanpa tahu malu, dia menciumi seluruh wajah gadisnya yang terasa hangat.
"Bangun, Sayang. Gue pulang."
Sentuhan-sentuhan lembut itu, membuat Lily merasa terganggu. Hingga dia kembali membuka mata, dan perlahan melihat bayangan wajah Ghara.
Deg.
Jantung Lily langsung bergetar hebat, karena merasa terkejut dengan kehadiran Ghara. Namun, karena sedang sakit, dia merasa bahwa semua itu hanya halusinasi sehingga dia memilih untuk membuang wajah.
"Aku udah gila, kenapa aku malah bayangin Kak Ghara," lirih Lily yang masih mampu didengar oleh Ghara.
Pria itu mengulum senyum tipis. "Ini emang gue, Li. Masa elu gak bisa rasain yang asli sama yang palsu."
Deg.Deg.Deg.
Dada Lily terasa semakin bergemuruh. Dia meneguk ludahnya kasar, dengan nafas yang tidak beraturan. Dia kembali menggerakan kepalanya, hingga kedua netra mereka saling bersitatap.
"Gue khawatir banget sama elu, Li."
Dan tepat pada saat itu, Ghara langsung meraup bibir mungil Lily, dengan tangan yang menangkup kuat. Persetan dengan semua orang yang menganggap ini aneh, karena nyatanya hasrat Ghara tak terbendung ketika bersama adik angkatnya.
Namun, baru beberapa detik bunyi decapan bibir dan lidah itu mengudara. Ghara dan Lily mendengar sebuah deheman keras di belakang sana.
"Ehemmm, masih ada Mommy di sini."
***
Kita seperti setan ya, Mom🙄🙄🙄
"maen apa dad?? "😆😅