Suamiku punya dua identitas? Mana yang benar?
Demi adik yang sedang tertidur panjang dalam komanya, Ellena akhirnya memutuskan menerima ajakan menikah dari seorang pria yang paling dia benci. Namun, apakah lelaki itu memang sejahat itu? Seiring berjalannya waktu, Ellena mulai meragukan itu. Akan tetapi, kehadiran sosok Darren yang tak pernah Ellena ketahui keberadaannya selama ini, seketika membuat keraguan Ellena kembali menguap. Mana sosok asli yang sebenarnya dari suaminya? Bima atau Darren?
Selamat datang di dunia percintaan yang bertabur intrik perebutan harta dan tahta!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
"Maksud anda apa mempermainkan sahabat saya seperti ini ?". Tanya Putri. Kini dia dan Bima saling berhadapan satu sama lain di ruang tamu.
"Saya gak ada maksud apa-apa. Semuanya atas dasar kesepakatan bersama." Jawab Bima santai.
"Kesepakatan apa kayak gini ? Cuma menguntungkan anda dan membuat Ellena rugi." Protes Putri.
"Maksudnya ?".
Putri menarik napas panjang. "Oke, gini ya Pak Bima yang terhormat !!". Putri mengambil jeda sebelum meneruskan kalimatnya. "Kata Ellena bapak menyuruh Ellena buat cari pacar selama tidak ketahuan media bukan ?".
"Iya."
"Terus kenapa bapak keberatan kalau Ellena dekat sama Pak Andra ?".
Bima terdiam membisu. Bingung untuk menjawab pertanyaan sederhana yang Putri lontarkan. Sebenarnya kenapa dia melarang Ellena dekat dengan Andra ? Kenapa ? Lelaki itu sama sekali tidak ada jawaban untuk pertanyaan satu itu.
"Ya,,, setelah saya pikir-pikir itu hal yang seharusnya tidak boleh di lakukan. Meski, pernikahan ini berjangka waktu, tapi tetap saja pernikahan saya dan El itu sah menurut hukum dan agama." Dalih Bima. Hanya itu jawaban yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Tidak salah bukan ?
Putri bersandar di sofa sambil bersedekap dada. "Jadi, anda juga tidak akan selingkuh selama pernikahan kalian masih berjalan ?".
"Tentu." Jawab Bima mantap.
"Kalau memang nggak, terus itu di leher anda apa ? Jelas-jelas itu bekas ****** wanita lain. Terus ucapan barusan maksudnya cuma kebohongan ?".
"Apa ?". Bima lagi-lagi kaget. Bekas ****** ? Bima baru saja teringat peristiwa semalam di apartemen Sandara. Sepertinya ini hari yang buruk untuk Bima.
Putri akhirnya berdiri. "Anda bisa pulang sekarang. Tenang aja, El pasti pulang ke rumah anda kok !! Cuma buat sekarang, biarkan El sendiri dulu !".
Putri kemudian melangkah hendak naik menyusul Ellena.
"Saya tetap akan bawa Ellena pulang sama saya sekarang." Sahut Bima yang sukses membuat Putri berbalik menghadapnya kembali.
"Saya mohon !! Tolong beri waktu sedikit saja buat Ellena sendiri. Hidupnya sudah terlalu berat selama ini. Tolong jangan di tambah lagi."
"Saya mengerti. Tapi saya harus tetap bawa dia pulang." Ya. Bima mengerti. Bima sudah sangat tahu seberapa berat beban yang Ellena pikul untuk saat ini. Tetapi alasannya keukeuh untuk membawa Ellena kembali adalah demi gadis itu juga. Bima hanya berpikir jika El bersama Papa dan Mama nya di rumah itu akan jauh lebih baik bagi kondisi mental Ellena saat ini.
"Please !!! Kali ini aja Pak Bima mengerti. Kalau aja bukan karena El sudah gak punya apa-apa lagi buat biaya perawatan Ellio, dia juga gak akan mau nerima tawaran gila dari Pak Bima." Ucap Putri lirih. Bima bisa tahu bahwa gadis ini benar-benar peduli terhadap bocah tengil nya.
"Kalau Pak Bima masih punya sedikit hati nurani, tolong lepaskan Ellena. Biarkan dia hidup bebas seperti gadis-gadis yang lain. El juga berhak bahagia, Pak !!". Ujar Putri menambahkan. Sekarang Putri sudah mulai menangis di depan Bima.
Bima menggeleng tak percaya dengan kedua tangan yang berada di pinggangnya. "Maksud kamu apa ?".
"Tolong ceraikan, Ellena !!!". Kata Putri tajam.
Bima seketika tertawa sumbang. Apa-apaan permintaan bocah satu ini ? Menceraikan Ellena ? Big No ! Bima tidak akan setuju sebelum waktu kontrak habis.
"Kamu pikir segampang itu ?".
"Saya akan bayar semua kerugian yang bapak alami. Saya akan cicil hutang Ellena dengan gaji saya. Bahkan, jika saya harus bekerja seumur hidup demi bayar utang, saya rela !!".
Selesai mengucapkan kalimat itu, Putri berlalu dan meninggalkan Bima yang mematung sendiri di ruang tamu.
*
*
*
Bima baru saja sampai di rumahnya. Perasaan lelaki itu benar-benar kacau sekarang. Gagal membawa pulang Ellena dan harus menanggung malu karena bekas merah akibat perbuatan Sandara tadi malam. Bima baru melihat tanda merah itu ketika dia hendak pulang dan melirik lehernya di kaca
mobil karena penasaran dengan perkataan Ellena dan Putri tadi. Dan benar saja, memang ada bekas merah tua keunguan di lehernya.Lagi-lagi, stir mobilnya yang tidak bersalah menjadi pelampiasan kemarahannya .
Bima turun dari mobil sambil menutupi bekas merah di lehernya dengan telapak tangan. Wajahnya terlihat marah sehingga membuat Pak Ardi, security di rumahnya enggan menyapa seperti biasa. Lelaki paruh baya berusia sekitar 51 tahun itu hanya diam dan menunduk hormat ketika Bima melewatinya.
"Bim, Ellena mana ?". Tanya Nyonya Puspa ketika Bima baru saja memasuki rumah. Matanya berusaha mencari keberadaan menantu kesayangannya namun tampak nihil.
"El, belum mau pulang, Ma !." Jawab Bima menyesal.
"Sebenarnya apa sih yang kamu lakuin sampai El bisa semarah inj sama kamu ?".
Bima hanya diam. Tidak punya jawaban untuk pertanyaan mamanya. Atau lebih tepatnya, bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia menjawab kalau El marah karena dia menuduh El selingkuh dengan Andra. Bisa-bisa mamanya murka. Apalagi, jika mamanya tahu bahwa dia dan Ellena hanya menikah karena perjanjian. Untuk yang satu itu, Bima bahkan tidak punya gambaran tentang bagaimana ekspresi mamanya jika ia tahu.
Nyonya Puspa heran menatap kelakuan putra semata wayangnya yang hanya bengong tidak menggubris pertanyaannya sama sekali.
"Kamu kenapa sih ? Mama tanya malah nggak di jawab." Gerutu Nyonya Puspa sebal. Tiba-tiba saja, pandangannya tertuju pada telapak tangan Bima yang terlihat sedang menutupi sesuatu di lehernya.
"Leher kamu kenapa, Bim ?". Tanya Nyonya Puspa yang kini berusaha menyampirkan tangan Bima.
Dengan sigap Bima bergerak mundur, berusaha menghindar dari jangkauan tangan mamanya. " Nggak apa-apa , Ma !! Cuma di gigit serangga doang !!". Dalihnya.
"Ya udah, sini mama lihat ! Siapa tahu parah." Nyonya Puspa kembali memaksa untuk menyingkirkan tangan Bima.
"Nggak usah, Ma !." Tolak Bima lagi namun sudah terlambat. Gerakan Nyonya Puspa lebih cepat ketimbang dirinya. Kini bekas merah itu terpampang jelas karena Bima hanya memakai kaos v neck berwarna putih polos yang membuat leher jenjangnya terlihat tanpa penghalang apapun.
"Apa-apaan ini ?". Nyonya Puspa sekali lagi memeriksa leher putranya. Ia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Setelah yakin bahwa ia tidak salah, wanita paruh baya itu terlihat shock dan terpundur ke belakang dengan tangan yang membekap mulutnya.
"Pantas aja Ellena marah. Ternyata kamu selingkuh ??? Mama nggak nyangka kamu masih belum berubah, Bim !!!". Teriak Nyonya Puspa histeris
"Bukan gitu, Ma ! Mama salah paham." Bima mulai kelabakan sekarang. Apa yang harus di katakannya agar mamanya percaya.
"Mama kecewa sama kamu, Bim !! Mama besarin kamu bukan buat jadiin kamu lelaki yang nggak menghargai perasaan wanita, Nak !!!." Tangis Nyonya Puspa sudah pecah, merasa sangat shock mengetahui kelakuan putra semata wayangnya.
"Bukan gitu, Ma !!! Bima cuma...."
"Cukup ! Mama nggak mau terima penjelasan lagi. Kalau memang kamu belum bisa mencintai perempuan lain selain dia, harusnya kamu gak perlu lakuin ini semua. Apa ini cara kamu balas dendam ke mama dan papa karena masalah dulu ?".
Bima mengusap wajahnya kasar. Sungguh, kesalahpahaman ini benar-benar sudah merambat terlalu jauh.
"Ma, dengerin Bima dulu dong ! Bima nggak ada maksud kayak gitu, kok." Bujuk Bima agar mamanya memberi dia kesempatan untuk menjelaskan.
"Sudahlah !! Mama sudah mengerti sekarang. Kalau memang kamu tidak mencintai, El ! Lebih baik ceraikan dia secepatnya. Ellena gadis yang baik, Bim. Dia nggak pantas terlibat dalam masalah keluarga kita."
"Ya , ampun Ma ! Mama beneran cuma salah paham !".
Nyonya Puspa sekarang tidak mau menerima penjelasan apapun dari putranya. Kesedihan dan kekecewaan lebih mendominasi jalan pikirannya sekarang sehingga membuat dia enggan untuk mendengarkan penjelasan Bima. Dia lebih memilih pergi dan meninggalkan Bima sendiri. Lagi-lagi Bima di tinggalkan. Pikiran Bima benar-benar kalut sekarang. Pria itu memijit pangkal hidungnya dengan tangan yang bersandar pada meja tempat sebuah vas bunga besar terpajang. Kenapa hari ini semua orang menginginkan dia dan El bercerai ?