NovelToon NovelToon
Phoenix Reborn

Phoenix Reborn

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Balas Dendam / Balas dendam. / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:15.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: LuciferAter

Dikhianati oleh adiknya, dibuang oleh suaminya, kehilangan anak dalam kandungannya, hidup Huang Miaoling tidak bisa lebih buruk daripada sekarang. Ketika dia berusaha menyelamatkan suami yang sangat dia cintai, yang dia dapatkan adalah dua bilah pedang yang menembus tubuhnya tanpa belas kasihan.
"Di kehidupan berikutnya, aku, Huang Miaoling, akan membalas semuanya!"
Sebuah sumpah yang terucap karena hati yang tak rela. Tidak ada yang menyangka kalau sumpah itu akan membawanya ke sepuluh tahun sebelumnya. Sepuluh tahun sebelum semua mimpi buruk itu terjadi.
"Dengan kesempatan ini, aku akan membalas semua orang yang telah menindasku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LuciferAter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Demi Ibu

Di tengah makan siangnya, Miaoling bisa merasakan sebuah tatapan seakan ingin menembus tubuhnya dari belakang. Kening Miaoling berkerut dan dengan cepat dia menoleh ke lantai dua. Akan tetapi, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali seorang pelayan yang berdiri dengan ekspresi kebingungan.

Selama sesaat, Miaoling memperhatikan pelayan tersebut. Akan tetapi, ketika mengecek energi yang menyelimuti gadis itu, Miaoling memastikan kalau gadis itu bukanlah ahli bela diri. Yah, antara gadis itu menyembunyikan energinya atau memang dia bukan ahli bela diri. Melihat kalau gadis itu tidak mengancam membuat Miaoling mengalihkan pandangannya lagi ke makanannya.

Yuanli yang menyadari kegusaran Miaoling pun bertanya, “Tuan, ada apa? Apakah ada masalah dengan makanannya?”

Miaoling tersenyum. “Tidak, tidak. Ayo, makan, makan,” balasnya.

Di lantai atas, Jiang Feng bersama dengan Wuyu dan Junsi menunduk di balik tembok penyangga dengan ekspresi terkejut. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau kesadaran Miaoling begitu tajam.

Jiang Feng berkata, “Ahli bela diri?” Memang dirinya tahu kalau Miaoling terkenal sebagai wanita yang menyukai adu pedang. Akan tetapi, mencapai tingkat di mana gadis itu bisa merasakan tatapan yang diarahkan padanya bukanlah hal mudah. “Dia hebat,” puji Jiang Feng.

Selagi Jiang Feng merasa kagum, Junsi mendengus, “Gadis itu benar-benar berbahaya.”

Wuyu sedikit mengintip untuk melihat apakah Miaoling masih memperhatikan lantai dua. Ternyata, gadis itu telah mengalihkan pandangannya. Wuyu pun berdiri dan menepuk pakaiannya.

Sembari berjalan ke arah meja di dalam ruangan, dia berkata, “Dia sudah tidak memperhatikan. Kita sebaiknya menyelesaikan pembicaraan kita sebelum ikut campur dengan masalah orang lain.” Ketiga pria itu pun kembali ke dalam ruangan dan melanjutkan percakapan mereka.

Setelah menyelesaikan santapannya dan diantarkan oleh Yuanli ke depan pintu gerbang Lianhua Yuan, Miaoling berkata, “Lain kali, aku akan datang lagi.”

Mata Yuanli berbinar dan gadis itu tersenyum. “Apakah Tuan akan tinggal di kerajaan Shi untuk waktu yang lama?” tanya Yuanli, sadar kalau sepertinya pria yang mengaku berasal dari kerajaan lain ini sama sekali bukan pendatang baru di kerajaan Shi.

Miaoling tertawa mendengar ucapan Yuanli dan menyentil dahi gadis itu pelan. “A Li, kau adalah gadis yang pintar,” balas Miaoling, tahu apa yang ada di pikiran gadis itu. “Lain hari, kau mungkin tidak akan mengenaliku,” ujar Miaoling sembari berjalan pergi.

“Wajahmu sulit untuk dilupakan,” balas Yuanli sembari memberi hormat. Yuanli menatap punggung Miaoling yang berjalan menjauhi Lianhua Yuan. ‘Min An …. Tidak mungkin aku melupakan pria itu.’

Tepat ketika Yuanli selesai mengucapkan hal itu dalam hati, seorang tamu datang dan Yuanli pun mengantarkannya ke dalam. Dia yakin, hari itu bukanlah hari terakhirnya melihat pria bernama Min An tersebut.

Hati Miaoling terasa lebih ringan karena paling tidak, hari ini dia berhasil menjalankan rencananya dengan mulus. Walau hanya hal kecil, tapi paling tidak itu adalah sebuah awalan yang baik. Miaoling menengadahkan kepalanya, menatap matahari yang menandakan kalau waktu makan siang sudah hampir lewat.

‘Sudah waktunya untuk kembali,’ pikir Miaoling.

Setelah berjalan untuk beberapa waktu, tidak jauh di hadapannya, Miaoling melihat kerumunan orang yang mengelilingi sebuah toko. Pandangan Miaoling terangkat menatap papan nama toko tersebut.

‘Toko obat?’

Miaoling tidak pernah merasa kalau toko obat tersebut memiliki dokter ajaib atau apapun itu yang menarik. Lalu, kenapa toko ini begitu ramai hari ini?

Merasa penasaran dengan apa yang membuat orang mengerumuni tempat tersebut, Miaoling pun memutuskan untuk melihat dari lebih dekat. Setelah mendekati kerumunan itu, Miaoling melihat seorang pria muda dengan rambut yang ditarik ke belakang dan diikat setengah sedang berlutut di hadapan seorang pria paruh baya.

“Tabib Zao! Tabib Zao, aku mohon padamu selamatkan ibuku!” pinta pria muda itu.

“Anak muda, di zaman sekarang ini, mana ada yang gratis?! Jasaku memerlukan biaya! Kau tidak bisa membayarku, lalu untuk apa aku pergi? Cepat tinggalkan tempat ini! Aku masih harus menjalankan bisnisku!” geram pria tua yang dikenal dengan nama ‘Tabib Zao’ itu.

‘Hmm, masalah biasa ….’ Miaoling menggelengkan kepalanya.

Hal seperti ini bukanlah suatu hal yang jarang terjadi di ibukota. Ucapan tabib itu benar. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Pria muda itu bisa merengek selama berjam-jam dan tabib itu tidak akan merubah pikirannya.

“Tabib Zao, aku mohon. Aku hanya punya ibuku seorang. Aku akan membayarmu ketika aku memiliki uang!” Pria muda itu memeluk kaki Tabib Zao dengan erat, benar-benar memohon untuk hidup ibunya.

Tabib Zao mendengus kesal, “Astaga, kenapa kau begitu keras kepala!? Pergi!”

Pria paruh baya itu mengangkat kaki kanannya, berniat menendang wajah pria muda yang bersikeras memeluk kaki kirinya. Sebelum dasar sepatu Tabib Zao mendarat di wajah sang Pria Muda, sebuah lengan menghentikannya.

Dengan wajah terkejut, Tabib Zao berseru, “Siapa kau?! Jangan ikut campur!”

Miaoling mengipas-ngipas lengannya yang terasa sedikit ngilu ketika bertemu dengan tendangan Tabib Zao. Kemudian, dia melirik pria muda itu dan berkata, “Tuan, lepaskan kaki tabib ini. Kalaupun kau sedang melakukan ini untuk ibumu, tapi bersujud kepada seseorang yang tidak layak bukanlah tindakan yang terhormat.”

Pria muda itu terbengong menatap Miaoling yang tiba-tiba muncul. Di sisi lain, mendengar dirinya ‘tidak layak’ untuk menerima sujud pria muda dengan pakaian kusam itu membuat Tabib Zao merasa tersinggung.

“Apa maksudmu dengan tidak layak, hah?!” geram Tabib Zao.

Sebuah tatapan tajam Miaoling lemparkan kepada tabib tersebut. “Tidak mau membantu tidak memberikanmu hak untuk bertindak kejam dan melukai seseorang. Kau adalah seorang tabib. Bukankah tugasmu menyembuhkan?” Sebuah senyuman mengejek terlukis di wajah Miaoling. “Bukannya menyembuhkan malah berniat melukai, benar-benar seorang tabib yang hebat.”

Kerumunan penonton yang mengelilingi tempat tersebut mengangguk-anggukkan kepala mereka. Ucapan Miaoling sangat masuk akal, tindakan tabib tersebut sangat berkebalikan dengan tugas yang seharusnya dia laksanakan.

Melihat kalau orang-orang yang menonton setuju dengan Miaoling, Tabib Zao merasa terhina dan menunjuk Miaoling dengan jari telunjuknya yang gendut. “Kau—!”

Tidak ingin membuang-buang waktu meladeni Tabib Zao, Miaoling menarik lengan pria muda itu dan membawanya menerobos keluar kerumunan. Entah apakah karena dirinya masih terkejut atau karena ada alasan lain, pria muda itu tidak meronta maupun berkata apa-apa kepada Miaoling.

Mata Miaoling menangkap sebuah toko obat yang terletak tidak jauh dari tempat tersebut. Kemudian, dia melangkah mendekati toko tersebut.

Melihat kalau dua pria muda itu mengarah kepada toko lawannya, Tabib Zao itu malah tertawa keras. “Kau kira berpindah ke toko lain akan merubah hasil akhirnya?! Dasar bodoh!”

Tanpa banyak basa-basi, Miaoling masuk ke dalam toko bersama pria muda tersebut. Ketika pemilik toko menatap Miaoling dengan bingung, gadis itu berkata, “Aku perlu seorang tabib untuk datang dan memeriksa seorang sakit.”

Pemilik toko yang juga adalah tabib menatap penampilan Miaoling dari atas ke bawah. Tabib itu tidak bodoh dan menyadari kalau ikat pinggang Miaoling saja memiliki harga yang lebih tinggi dari biaya periksanya.

Tabib itu tidak bicara banyak dan segera mengambil kotak obatnya. Kemudian, dia keluar dari tokonya diikuti Miaoling dan pria muda tersebut. Tidak lupa dia mengunci toko obatnya.

Melihat tabib lawannya mengikuti Miaoling dan pria muda itu, Tabib Zao yang sedang melayani seorang tamu segera berseru, “Tabib Bai, kau tidak akan menerima bayaran dari pria muda itu! Dia adalah penghuni Qiongpo Di [1]!”

Mendengar hal ini membuat Tabib Bai tersenyum. Pria muda dengan pakaian putih kusam memang kentara tidak akan mampu membayar biaya periksanya. Akan tetapi, pria dengan wajah bak wanita di sebelahnya mengenakan pakaian yang berkualitas tinggi, jelas dia bisa menggantikan temannya untuk membayar biaya periksa.

“Tabib Zao, aku rasa matamu perlu diperiksa,” balas Tabib Bai singkat.

***

Di dalam sebuah kereta kuda, seorang pria sedang dengan serius menatap laporan di tangannya. Terlihat kalau laporan tersebut membuatnya sedikit marah dan kesal.

Tiba-tiba, telinga pria itu bisa menangkap suara keributan di luar kereta yang semakin lama terdengar semakin dekat. Hal ini membuat emosinya tersulut. Dengan kasar, pria itu membuka tirai untuk mencari tahu sumber keributan tersebut.

Di depan sebuah toko obat, seorang pria muda bersujud di hadapan seorang pria paruh baya sembari memohon, “Tabib Zao! Tabib Zao, aku mohon padamu selamatkan ibuku!”

Mendengar permohonan pria muda itu membuat pria di dalam kereta berseru kepada kusirnya, “Berhenti.”

Ketika kereta berhenti, seorang pengawal menghampiri jendela kereta kuda tersebut dan bertanya, “Pangeran Keenam, apakah ada masalah?”

Ah, ternyata pria di dalam kereta itu adalah Wang Chengliu.

Wang Chengliu mengeluarkan satu kantong berisi emas dan memberikannya kepada pengawal itu. “Berikan ini kepada pria muda yang sedang kesulitan itu.” Pengawal itu menganggukkan kepalanya dan segera berbalik untuk menghampiri kerumunan tersebut.

Pangeran itu pun menutup tirainya, benaknya berputar. ‘Ibu ….’

Wang Chengliu tidak pernah sekalipun melihat sosok ibunya. Wanita itu meninggal bahkan sebelum berhasil melahirkan Chengliu. Beruntung, tabib berhasil mengeluarkan Chengliu dari tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa.

Ibu angkat Chengliu, Xue Kexin atau Xue Xianfei [2], memberi tahu Chengliu kalau ibu kandung pangeran itu adalah pelayan kepercayaannya, Chen Meilian. Karena ketidakberuntungannya, pelayan itu bertemu dengan sang Kaisar yang sedang mabuk. Mengira kalau pelayan itu adalah Xianfei, Kaisar Weixin menarik Meilian ke ranjangnya dan memperkosa gadis itu.

Setelah memperkosanya, Chen Meilian dianugerahkan gelar Cairen [3] sebagai kompensasi dari kaisar. Akan tetapi, tidak disangka, beberapa bulan kemudian, Chen Meilian diketahui mengandung. Karena kehamilannya, Chen Meilian dianugerahi gelar Meiren [4].

Gelar sebagai kompensasi setelah merenggut kesucian seorang gadis. Bukan cinta, bukan kasih sayang, tapi gelar dan kekayaan. Hal ini membuat Chen Meilian sangat sedih dan tertekan, bahkan hampir mengambil nyawanya sendiri. Akan tetapi, berpikir bayi dalam kandungannya tidak bersalah, Chen Meilian pun bersikap teguh.

Karena hubungannya dengan kaisar hanyalah sebuah kecelakaan, Kaisar Weixin tidak pernah benar-benar memperhatikan keadaan Meilian. Beruntung Xue Xianfei sangat menghargai pengabdian Meilian terdahulu. Tahu kalau kehamilannya bukan suatu hal yang Meilian itu rencanakan maupun inginkan, Xianfei pun mengasihani gadis itu dan berjanji akan menjaganya.

Di luar dugaan, Meilian melalui proses melahirkan yang sangat sulit. Walaupun Xianfei telah mengundang tabib istana kepercayaannya untuk menangani Meilian, tapi wanita itu tidak selamat. Akan tetapi, tabib istana berhasil menyelamatkan bayi malang yang kepalanya telah mencuat keluar itu. Karena dirinya juga tidak memiliki kandungan yang diberkati, Xianfei pun mengangkat Chengliu menjadi putranya.

Melihat pria muda itu berjuang mati-matian untuk memanggil tabib sampai bersujud di kaki tabib itu membuat hati Chengliu tersentuh. Kalau dia berada di posisi pria tersebut, Chengliu yakin dirinya akan melakukan hal yang sama. Di benaknya, Chengliu menganggap kantong berisi emas itu adalah hadiah bagi sang Pria Muda atas perjuangannya untuk menyelamatkan ibunya.

Tiba-tiba, terdengar suara pengawal tadi dari luar kereta, “Yang Mulia.”

“Ada apa?”

“Pria muda itu sudah pergi.”

Kening Chengliu berkerut dan dia membuka tirai. “Pergi?” tanyanya. Pandangan Chengliu menangkap kerumunan yang sudah bubar. “Apa yang terjadi?”

Pengawal itu menggaruk kepalanya. “Seorang lain mendahuluiku untuk membantu pria tersebut,” jelasnya. “Mereka sudah pergi dengan seorang tabib dari toko lain.” Pengawal tersebut memberikan kantong emas itu kembali kepada sang Pangeran.

“Hmm, begitukah?” Chengliu bergumam pelan. “Sepertinya, langit memiliki rencana lain,” ujar Chengliu sembari menutup tirainya. “Jalan.”

____

[1] Qiongpo Di: Tempat di mana para pengemis, orang cacat, orang terbuang, dan berbagai macam orang yang tidak diterima komunitas lepas tinggal. Arti nama: Tanah Kemiskinan

[2] Xianfei: salah satu dari empat selir utama kaisar. Xian (贤) melambangkan berbakat, terampil, dan murah hati.

[3] Cairen: gelar selir tingkat ke-6.

[4] Meiren: gelar selir tingkat ke-5. Jauh lebih rendah dibandingkan empat selir utama yang adalah tingkat ke-2. Tingkat ke-1 dipegang oleh Permaisuri, penguasa Istana Belakang.

____

A/N: Heey, gimana nih bab 33? Author udah hampir selesai dengan bab-bab awal. Keseruan cerita ini akan dimulai beberapa bab kemudian #lah.

Gila, beberapa hari ini Author kerjaannya cuman bangun, OR, baca+bales komen, ngetik, makan, ngetik, makan, tidur. Kalian ngapain aja guys di masa corona begini?

ANYWAY, back to the story (malah curhat gw), Chengliu ternyata pnya histori kayak gitu toh. Ibunya kasian amat ... abis manis sepah dibuang. Haduh, gimana tuh guys menurut kalian? Apa masa lalu Chengliu ada efek sama sifat dia ke depannya? leave a comment! jangan lupa vote wkwkwkwk. and plis, temani Author dan Zhee Lova. Kita kesepian ngobrol berdua di grup hahaha

1
Asiana Tyas
kasihan changseng...kalo milih ibu,banyak nyawa yg akan.jd korban tp kalo sebaliknya,dia merasa menjadi anak durhaka
Rosmalinda Sary
cie ketemu ibu mertua🤣
Ririn Santi
bgmn bs yanan tdk mengungkapkan kata kata terakhir sahabatnya ttg racun kpd kaisar? yg pd akhirnya kesalahan diletakkan pd junsi
Ririn Santi
kaisar yg egois. meninggalkan istri yg hamil sendirian hny utk ucapan maaf.
Ririn Santi
uuuuh....kehidupan yg mengerikan, jauh dr kata tenang
Ririn Santi
itu sebabnya klu ingin pny istri byk jgn di kumpulkan di satu tempat. mudah bg salah satu utk menyakiti wanita lainnya.
Ririn Santi
egoisnya kaisar dan permaisuri , demi kekuasaan yg tdk memperdulikan peraasaan miaoling.
Ririn Santi
cakeeeeep
Ririn Santi
kapan sih si selir itu dpt balasan puncaknya?
Ririn Santi
kehidupan istana penuh dg tri dan intrik demi ambisi, kekuasaan dan kekayaan.
Ririn Santi
gubraaaak😲😲😲😲😲😲

😭😭😭😭😭😭
Murni Dewita
wah sehati dengan pangeran keempat
Murni Dewita
😂😂😂😂😂🤣
Murni Dewita
👣
Ririn Santi
wafuh trik dan intrik istana bikin tegang aja sih.
Ririn Santi
wah gak sadar aku nangis thor
hiks....m
Ririn Santi
wah 2x dipermalukan di hadapan khalayak persis setelah pertunangan benar" double kill. minta pembatalan aja atuh
Ririn Santi
hayo bisa gak kamu melepaskan diri dr perjodohan ini ling'er?
Ririn Santi
makan tuh umpanmu sendiri hahaha
Milaayu
tapi semua yang baca jd tau loh perdana mentri liang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!