Kisah tentang kita, merupakan kisah yang memuat cerita sehari-hari ketiga pemuda desa bernama Parto, Seno dan Beni.
Cerita kegabutan mereka karena status jomblo yang masih melekat pada ketiganya, selalu menjadi bahan ejekan saat mereka berkumpul.
Selalu saja ada hal absurd yang mereka lakukan saat bertemu.
Keseruan apa yang mereka ciptakan saat bersama?
Bagaimana cara mereka menemukan sang pemilik hati?
Temukan jawabannya di sini😆
❤️KARYA INI DI CIPTAKAN OLEH DFE DAN DI MOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK PLAGIAT! MARI BERKARYA BERSAMA, TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di bawah Guyuran Hujan
Beni memutuskan untuk pulang. Meninggalkan Seno dan Parto yang masih berada di rumah Seno. Mendapat telepon dua kali dari Mbak Lulu cukup untuk membuat Beni segera meninggalkan kedua temannya yang masih asyik ngobrol di sana.
"To.. mungkin kalau Indah lebih memilih cowok lain daripada aku, aku enggak bisa kayak gitu, seikhlas Beni maksudku.." Seno berkomentar setelah Beni pergi dari rumahnya.
"Terus kalau enggak ikhlas kamu mau apa? mau santet Indah? melet dia, biar dia mau sama kamu? jodoh kan kita enggak tahu Sen, masa kamu mau egois..!" Parto menatap Seno agak kesal.
"Ealah tutup toren.. kalau ngomong suka enggak di pikir! Ya enggak gitu juga To, aku masih waras. Enggak mungkin pakai cara lucknut kek gitu buat ambil hati Indah, buat dapetin dia,"
"Lha maksudnya enggak ikhlas itu opo?" tanya Parto sambil meminum sisa air bersoda di gelasnya.
"Ya.. gimana mau ikhlas kalau aku yang berjuang, aku yang ada buat dia selama ni tapi... amit-amit kalau endingnya dia enggak bisa sama aku kan piye ngono To, ach aku enggak mau mikir itu lah To. Belum kejadian aja udah ngilu atiku. Aku tetep optimis bisa jadiin Indah makmumku pokoe!"
"PD sekali kamu cetakan bata,,"
"Cetakan bata juga enggak apa-apa To, terserah kamu mau nyebut aku apa. Toh akhirnya cetakan bata ini lah yang nanti mencetak ponakan buat kamu hahaha"
"Kampret!"
.
.
.
Setelah mengobrol cukup lama, Parto berpamitan kepada Seno untuk pulang ke rumah. Padahal tadi pagi sangat cerah, bahkan siang harinya terik matahari sampai membuatnya bermandi keringat tapi, sore harinya kok malah diguyur hujan sederas ini. Untung saja Parto selalu membawa mantel di jok si ayam. Jadi dia tidak sampai basah kuyup karena ulah hujan yang datangnya rame-rame itu.
Licinnya jalan yang terkena air hujan membuat Parto berhati-hati melajukan motor ayamnya. Dia tidak mau kalau sampai membahayakan dirinya atau bahkan orang lain karena kecerobohannya yang ngebut saat hujan deras seperti ini.
Ini hujan kok makin deras aja, tahu gini tadi aku pulang nanti aja.
Di jalanan yang udah sepi karena derasnya hujan, mata Parto melihat seorang perempuan mendorong motornya di pinggir jalan. Entah kenapa motornya kok sampai harus didorong seperti itu. Tadinya Parto mau masa bodoh dan hanya melewati perempuan yang pasti sedang kesusahan itu, iya susah wong dorong motor pas ujan deres gini kok. Cuek dan tetap fokus pada perjalanan sucinya untuk segera sampai di rumah. Tapi, dia tidak bisa jadi orang yang enggak peduli seperti itu. Dia menghentikan motornya tepat di sisi jalan, berdekatan dengan perempuan yang sekarang dia tahu siapa itu.
"Motormu kenapa?" Tanya Parto.
Sok akrab sekali, memang siapa perempuan yang mendorong motornya di tengah hujan itu?. Dia Miss C, Shela.
"Ya Allah kenapa setiap ketemu kamu ada aja kesialan yang menimpaku! Kamu ini bisa enggak jauh-jauh aja gitu dari aku?" Shela mengelap mukanya yang basah dengan tangannya, menghilangkan air hujan yang menetes membasahi wajah cantiknya.
Shela masih mendorong motornya, tapi tiba-tiba petir menggelegar. Berbunyi saat keras sampai memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Membuat Shela menghentikan aktivitasnya. Parto segera turun dari motornya.
"Kamu kenapa belum sampai rumah? kan tadi siang udah nyelonong kayak kunti abis di acara Mela itu?" Parto bertanya seperti itu karena melihat Shela masih memakai baju yang sama yang dia kenakan di acara Mela tadi siang.
"Harus banget aku jawab?" Shela kedinginan. Entah berapa lama dia berkutat di bawah guyuran hujan sambil mendorong motornya tadi.
"Enggak usah. Ban motormu bocor? Kok bisa?" Tanya Parto lagi, dia melepas mantelnya, menaruh di jok motor Shela sambil mengisyaratkan kepada Shela untuk mengambilnya.
"Buat apa? enggak mau! orang udah kadung teles kebes ngene kok, (terlanjur basah kuyup begini kok). Kamu enggak usah sok baik dan lagi enggak usah tanya-tanya lagi. Aku enggak suka!"
Shela oh Shela kamu ini sebenarnya kenapa, suka banget emosi. Hobi kok ngomel-ngomel, enggak takut tensi naik dan darah tinggi opo hmm?
"Mau aku anter pulang?" Karena melepas mantelnya tadi, membuat baju Parto juga ikut basah karena guyuran air hujan yang belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.
"Kamu ini sebenarnya kenapa sih? Aku udah bilang kan jangan sok baik sama aku, aku.."
"Takut suka sama aku ya?" Parto tersenyum karena bisa memotong perkataan Shela. Shela mendengus kesal. Kesal sekali.
"Percaya diri sekali kamu? Aku yakin saat orang lain di berikan rasa malu, di kasih jatah rasa sungkan oleh Sang Pencipta.. kamu masih molor manjangin iler. Makanya sekarang kamu jadi orang enggak tahu malu gini, enggak punya sopan juga!"
"Aku enggak tahu malu? Enggak punya sopan? Kamu belum kenal aku makanya nilai aku kayak gitu, aslinya aku enggak kek gitu kok"
"Aslinya kamu lebih parah kan? Udah jangan deket-deket aku. Kalau mau pergi ya pergi aja,"
Jangan bayangkan bakal ada adegan Shela kaget karena bunyi petir terus mendekat ke arah Parto dan memeluk Parto ya. Enggak ada yang kayak gitu.
Parto terdiam sesaat, dia menyalakan lagi motornya. Tanpa pamit, dia meninggalkan Shela sendiri di tengah derasnya hujan. Wah itu Parto kok tega banget sih, dia pergi cuma meninggalkan mantel yang barusan dia pakai dan di letakkan di atas jok motor Shela.
"Dieh cowok gila! Enggak peka, kurang ajar, pergi sana kamu! Bisa-bisanya aku di tinggal dewean nek kene (sendirian di sini). Lanang model opo kuwi, (cowok model apa kek gitu,)"
Kan ngomel lagi. Tadi nyuruh pergi, giliran Parto beneran pergi dia masih aja marah-marah. Bukannya tadi siang Shela udah pergi meninggalkan parkiran tempat Mela mengadakan resepsi pernikahannya setelah bertengkar dengan Parto di sana? Kok bisa-bisanya dia masih ada di sini. Di bawah guyuran hujan dengan mendorong motornya karena bannya kempes.
Mungkin itu karma karena dia enggak bilang makasih dulu sama Parto setelah membantu dirinya mengeluarkan motornya dari kesemrawutan letak parkiran tadi siang. Sebenarnya bukan seperti itu, Shela yang tadinya sudah sampai di rumah diminta tolong ibundanya untuk mengantar kue pesanan pelanggan yang merayakan ulangtahun anaknya. Ibunda Shela sangat pandai membuat bermacam-macam kue, karena itu banyak yang order kepada ibunda Shela.
Setelah mengantar pesanan kue kepada pelanggan tadi, yang ternyata rumahnya berdekatan dengan rumah Mela, Shela segera melajukan motornya untuk langsung pulang. Tapi, ternyata semua enggak berjalan lancar seperti yang dia inginkan karena di tengah jalan motor Shela bannya kempes karena kurang angin. Ya di tiup aja, beres kan? Wahai pembaca budiman.. itu yang kempes ban motor bukan balon serebuan. Lagian enggak mungkin Shela yang angkuh itu mau melakukan hal absurd kek gitu.
Kenapa enggak pinjem pompa angin atau ke bengkel buat nambah angin aja? kan beres itu masalah, susah-susah amat. Kalau bisa semudah itu nanti novelnya cepet tamat dong.
Dari kejauhan Shela bisa mendengar bunyi motor yang sekarang mulai enggak asing di telinganya.