Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.
- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )
Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.
- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.
Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pram & Kailla 34
Kondisi Kailla jauh membaik, dadanya pun sudah tidak mengeras seperti sebelumnya setelah menyusui si kembar dengan telaten. Di awal, Bentley dan Kentley berteriak kencang saat air susu yang membuat mereka kenyang dan ketagihan tidak mau keluar sederas biasanya, tetapi perlahan mereka mau mengerti.
Dengan pemberian ASI pada si kembar secara teratur, akhirnya semua berjalan normal kembali. Siang itu, ia sangat bahagia dengan keputusan Pram meliburkan diri sejenak dari rutinitas pekerjaan. Sepanjang hari, Kailla bisa bermanja-manja dan berlomba dengan kedua putranya untuk mencuri perhatian sang kepala keluarga.
"Sayang, kamu lihat ini ...." Kailla tengah berbaring di sofa dengan menjadikan paha Pram sebagai bantal kepalanya.
Bersama si kembar, keempatnya menghabiskan waktu di ruang bermain dengan diiringi musik klasik. Bentley sibuk bermain dengan mobil-mobilan dan Kentley terlihat mengejar bola yang bergulir mengelilingi ruangan.
Tidak tampak Kinara dan Binara bersama keluarga kecil itu. Tidak juga terlihat Tom maupun Sam. Ini benar-benar quality time ala keluarga Pratama.
Tampak Pram menundukan wajahnya, beradu dengan wajah sang istri yang tengah merebahkan kepala di pangkuannya.
"Apa itu?" tanya Pram, melabuhkam kecupan di bibir Kailla sekilas.
"Hypercar." Kailla menunjukan McLaren Senna yang baru saja diliris dari ponselnya.
Pram memandang sekilas, kemudian menatap mata istrinya. "Sudah berubah haluan?" tanya Pram, tergelak saat melihat wajah cemberut Kailla.
"Aku masih pecinta tas branded. Tapi ini menggodaku, Sayang. Boleh belikan?" tanya Kailla dengan tampang memelas.
"Aku tidak punya uang lagi, Sayang." Pram lagi-lagi tergelak.
"Suamiku yang gila kerja tidak mungkin tidak punya uang." Kailla berkomentar. Kedua tangannya sudah melingkar di leher Pram dan menarik kepala pria itu mendekat.
"Aw ....!" Pram menjerit pelan. Tawanya pecah saat melihat wajah Kailla tengah mengirim ancaman padanya.
"Ayolah, Sayang. Cuma dua digit. Istrimu lebih berharga dari ini. Jangan terlalu perhitungan padaku." Kailla membujuk. Matanya berkedip cepat, dengan lidah menyapu bibir tipisnya. Belum lagi raut wajah dibuat segenit mungkin demi untuk meluluhkan suaminya.
Pram lagi-lagi tergelak. Diraihnya tubuh Kailla yang tengah berbaring agar duduk di pangkuannya.
"Ayo tunjukan kemampuanmu, Nyonya. Kalau kamu bisa memuaskanku, jangankan satu ...." Pram mendekap pinggang Kailla yang kini juga sedang mengunci lehernya dengan erat.
Saling berhadapan, keduanya bicara lewat tatapan mata. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak memiliki waktu bermesraan seperti ini. Kehadiran si kembar, sedikit banyak membawa perubahan. Pram tidak bisa leluasa memiliki Kailla, demikian juga Kailla tidak bisa melayani suaminya setiap waktu. Mereka harus mengatur waktu, di sela-sela jadwal tidurnya si kembar untuk bisa saling melepas rindu.
"Kita check in ... bagaimana menurutmu, Kai?" tawar Pram.
"Tidak mau. Kalau berminat denganku ... bagaimana kalau di sini saja." Kailla memberi ide.
Pram terbelalak, tetapi tidak berlangsung lama. Kailla sudah menghadiahkannya sebuah kecupan manis di bibir. Tak sampai di situ, kedua tangan istrinya pun ikut menekan tengkuknya dengan posesif.
Pertautan bibir yang memancing hasrat dan gairah. Keduanya terseret arus sampai melupakan keberadaan duo kembar yang tengah menonton pertunjukan mereka tanpa mengerti apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya.
Tidak ada kata-kata, hanya suara decapan saat lidah saling berperang. Tidak ada kalimat cinta, keduanya saling memeluk dan berbagi rasa lewat sentuhan penuh cinta. Dada memburu, napas pun ikut tersengal. Kailla sudah melupakan semua logikanya, larut dalam perlakuan manis Pram. Apalagi saat ia merasakan sentuhan jemari suaminya yang menerobos masuk di balik pakaian. Ia hampir gila, kewarasannya nyaris musnah. Ia memohon dalam desah, di saat pertahanan dirinya tinggal satu garis tipis.
"Ayo ... terima tawaranku, Kai. Kita cari hotel atau mau ke apartemen?" tawar Pram, berbisik dengan napas naik turun. Kegilaan bukan hanya milik Kailla, Pram juga hampir tidak waras. Kalau bukan karena celotehan si kembar yang bagai alarm pengingat keduanya, sudah dipastikan ia akan menuntaskannya di sini, detik ini juga.
"Anak-anak?" bisik Kailla.
Suara Kailla lenyap, ia menggigit bibir bawahnya saat merasakan kenakalan tangan Pram yang mengusap sumber pasokan ASI si kembar. Sentuhan itu berbeda dengan sentuhan-sentuhan Pram saat memijat untuk membuat aliran air susu menjadi lancar. Sentuhan kali ini lebih menuntut lebih.
"Tidak mungkin membiarkan mereka menonton kita, kan?" Pram tergelak saat merasakan pergerakan Kailla di pangkuannya. Sejak tadi istrinya tidak bisa duduk dengan tenang. Otomatis memancingnya, ia sudah tidak sabar mendapatkan kemanjaan lebih dari Kailla.
"Ayo ... di sini tidak akan bisa maksimal. Aku tidak mau diganggu jeritan Bentley dan tangisan Kentley, Sayang. Bisa membuat aku pusing dan sakit kepala kalau sampai aku tidak menuntaskannya." Pram menjelaskan dengan wajah memelas penuh harap.
Kailla tampak berpikir. "Antarkan mereka pada Mama. Biarkan mereka bersama Mama untuk sementara. Dan minta Kinara dan Binara menjaga mereka di sana." Kailla memberi ide.
Tanpa menjawab, Pram tersenyum licik.
"Bersiaplah! Tunggu aku di kamar. Kenakan koleksi lingerie-mu yang paling seksi. Aku akan mengamankan dua pengacau kecil ini dulu." Pram menurunkan Kailla dan segera mendekati kedua anaknya.
"Sayang, kalian dengan Oma dulu, ya. Daddy membutuhkan Mommy. Sekali-kali, kalian mengalahlah pada Daddy." Pram berbisik sebelum meraih tubuh Kentley dan menggendong di tangan kirinya.
Berjalan menuju ke putra sulungnya, Pram kembali berbicara seolah-olah kedua putra itu sudah dewasa. "Tolong, anak-anak kesayangan Daddy. Bekerja sama untuk kali ini. Daddy juga butuh dimanjakan, butuh disayang dan butuh nutrisi dari Mommy." Pram tergelak saat meraih tubuh Bentley dan menggendongnya dengan tangan kanan.
"Sayang, aku ke tempat Mama dulu," ucap Pram berpamitan pada Kailla dengan semangat empat lima. Begitu bersemangat, berjalan keluar sambil meneriakan pengasuh si kembar.
"KIN!"
"BIN! Ayo ikut ke tempat Oma." Pram berteriak, mengejutkan seisi rumah.
***
Menurunkan si kembar di ranjang, tepat di sisi kiri dan kanan Ibu Citra yang tengah beristirahat siang, Pram bahkan tidak peduli dengan wanita tua yang kini tengah terlelap.
"Bangunkan Oma kalian, Sayang." Pram memerintah pada kedua anaknya.
"Ma, bangun!" Pram mengusik tidur Ibu Citra. Tampak ia menepuk kedua kaki wanita tua yang tengah berdaster katun dengan motif monstera.
"Ma ...." Pram kembali memanggil.
"Pram, kamu datang? Ada apa? Kamu tidak kerja?" tanya Ibu Citra begitu terbangun. Seharian ini ia belum sempat mengunjungi anak dan menantunya.
"Ini ... aku mau berangkat kerja. Ada masalah penting. Dan aku membawa Kailla ikut bersamaku." Pram menjelaskan.
"Hah? Kailla tidak kuliah juga?" Ibu Citra masih belum sepenuhnya sadar. Masih mengumpulkan ingatannya yang beterbangan.
"Ya."
"Kalian mau ke mana? Ada masalah apa?" tanya Ibu Citra. Ia tersenyum menatap kedua cucunya yang kini berada di sisi kiri dan kanannya.
"Ada urusan di luar. Nanti setelah urusan selesai, aku akan menjemput anak-anak di sini. Ada Kinara dan Binara juga membantu Mama menjaga mereka." Pram menjelaskan.
Ibu Citra terbelalak. Melihat gelagat putranya, seperti ada masalah serius yang disembunyikan Pram darinya. "Masalah serius? Lama?" tanya Ibu Citra, meraih tubuh Kentley yang tengah memeluknya.
"Em ... sekitar ... dua atau tiga jam. Masalah serius, Ma. Makanya aku titip anak-anak di sini. Jadi aku bisa tenang kalau anak-anak bersama Mama." Pram berdusta.
***
Tbc
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set