Sebuah novel tentang kebucinan suami bernama Ren pada istrinya Ayana, Ini kisah tentang cinta suami berbeda usia. Ini tentang suami yang jauh lebih muda.
Ayana : Tokoh aku, istri yang bekerja sebagai guru SMU. Dia dipanggil kakak oleh suaminya karena perbedaan usia mereka.
Yang gak suka dan ngerasa aneh dengan panggilan Ren pada istrinya, sepertinya ini novel bukan selera kamu kayaknya ya. Karena keuwunan, keimutan dan kegemasan Ren saat memanggil istrinya kakak menjadi titik poinku dalam menceritakan kebucinan Ren. Kalau kalian gak ngerasa fell imut dan mengemaskannya maka fix kita tidak satu aliran. Aku suka cerita ala noona korea soalnya. Hehe.
Renan : Dia biasa di panggil Ren( cuma aya yang panggil begitu) kenapa? suka-suka kak Aya ya. Biar lebih keliatan imutnya. hehe.
Hanya cerita kebucinan suami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada konflik menegangkan atau apalah. Apalagi pelakor agresif, jauh-jauh dari mereka. Silahkan di baca dan nikmati alurnya ya ^_^
Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulang tahun pernikahan
Selepas sholat isya, malam yang sejuk, diluar angin juga berhembus dengan tenang. cuaca cerah namun tidak panas. diluar rumah masih terdengar suara anak-anak berlarian selepas sholat dari masjid. memanfaatkan waktu bermain sampai maksimal, sebelum para ibu berteriak memanggil.
Sementara aku dan Ren menikmati waktu kami berdua.
“ Selamat ulang tahun.” Aku dan Ren duduk di karpet di depan
tv. Di depan kami ada kue coklat yang dia beli ditoko tempat kami makan es
cream gratisan waktu itu. Lilin dua buah ada diatasnya. Kami bernyanyi dengan suara alakadarnya, lalu
tertawa dan meniupnya bersama.
“ Selamat ulang tahun untuk kita berdua.” Muah, muah, muah.
Ren menciumku sampai aku ambruk di atas bantal. “ Terimakasih untuk dua tahun
ini. Aku mencintai kakak.” Kami berciuman cukup lama, sampai dia sudah tidak
bisa mengkondisikan tangannya.
“ Sayang, kita mau makan kuenya dulukan. Bangun!” kudorong tubuhnya, aku tahu sia-sia, tapi terus saja kucoba.
“ Gak mau. Mau peluk kakak lebih lama.” Dia benar-benar
memeluku sampai dia merasa puas, setelah dia merasa cukup dia bangun sendiri. Lalu
menarik tanganku.
“ Hari ini kakak makin cantik dari biasanya lho?” mengusap pipiku dengan tangannya yang lembut. mencium pipiku sekali lagi.
“ Benarkah?”
“ Kakak makan apa ya kok bisa jadi makin cantik begini.” Ren
menempelkan hidungnya kehidungku, lalu mengoyangkan wajahnya gemas.
“ Gak makan apa-apa kok, cuma makan cintanya ren.” haha, ada yang mau kebelakang, muntah. Haha, bercanda.
Aku mengambil piring, mengiris kue, lalu meletakan
potongan besar disana. Kuserahkan sendok padanya, aku juga memegang sendok. “
Ayo makan! Untuk cinta Ayana dan Ren, semoga Allah menjaganya sampai akhir usia
kita.” Ren mencium bibirku lembut, lalu kami makan kue.
“ Rasanya masih sama enaknya ya.”
“ Kakak suka.” Ren mengusap kepalaku. Lalu dia juga makan. Kami
menghabiskan potongan besar cake yang ada dipiring. Kutawari dia apa mau lagi
dia menolak. “ Sekarang saatnya membuka hadiah!” dia bangun dari duduk. Bersemangat
sekali.
Ren muncul dari luar rumah membawa setumpuk hadiah. Dua buah
kotak besar, tas kertas. Dia meletakan di depanku. Apa ini! Dia tidak
membelikan aku barang-barang mewahkan.
“ Mama kasih apa ya? Kunci mobil bukan ya. Haha, bercanda
kakak, aku gak minta mobil kok, beneran.” Ren terbahak saat melihatku
menatapnya tajam. Awasya kamu kalau beneran minta mobil. “ Ini dari mama sama
papa.” Ren menyodorkan kotak berukuran kecil, meletakannya di depanku. “Ini
dari kakak pertama.” Sebuah kotak besar. “Ini dari kakak kedua, haha, taulah
dia paling malas suruh pilih barang, jadi dia kasih uang tunai.” Apa coba.
Aku membayangkan kakak kedua melemparkan amplop uang pada Ren sambil
rebahan di sofa, sambil bilang “ Ambil ini, jangan menyusahkan orang, cari
sendiri hadiah yang kalian suka.” Kakak kedua Ren hanya rajin kalau memasak
saja, diluar itu jangan tanya.
“ Kalau ini dari kakak ketiga.” Ren menyodorkan Tas kertas. “
Dan ini spesial dariku, tarara, untuk istriku tercinta.” Kotak paling besar
dari semuanya. “ Ayo buka satu-satu, dari punyaku dulu.”
Ren mendoron kotak besar kedepanku. Kuusap kotak itu
ditanganku, meraba isinya. Jangan bilang baju tidur seksi dengan belahan dada
terbuka.
“ Haha, tebakan kakak benar.” Ren tertawa terbahak-bahak
saat aku membuka kotak. Aku meliriknya. “Apa? Wajib dipakai setiap hari ya.” Dia
masih tertawa. Lalu memeluk dan menciumku. “I love you kak, terimakasih karena
mencintaiku.” isinya banyak sekali.
Kutepuk bahunya lama. “ Terimakasih ya, untuk semua cintamu.”
Lalu satu persatu kubuka semua hadiah yang diberikan
keluarga Ren. Mama dan papa memberi kami tempelan kulkas yang sangat cantik,
ada foto kami berdua saat pernikahan. Dan sepertinya ini bukan barang murah,
aku bahkan melihat sertifikat di bagian bawahnya. Dan juga ada cincin cantik
yang tidak akan mungkin aku pakai kalau tidak keacara khusus. Duh mama, ini
pasti dibuat khusus untuk kami. Kakak pertama memberiku dua buah tas, dan aku
rasa harganya pasti diluar jangkauan gajiku. Kakak kedua memberi kami uang
tunai, jumlahnya, hemm lagi-lagi melebihi gajiku beberapa bulan. Sedangkan
kakak ketiga memberiku pakaian untuk bekerja. Lho, kenapa semuanya untukku. Inikan
ulang tahun pernikahan kami, bukannya ulang tahunku.
“ Sayang.” Aku mengusap kepala Ren disampingku, dia sedang
melihat pakaian yang diberikan kakak ketiganya. “ Kok semuanya hadiahnya buat
aku? Inikan pernikahan kita, bukan ulang tahunku.”
Lalu berceritalah Ren.
Hari ini Ren pulang kerumah mama, karena mama bilang ada hadiah
pernikahan untuknya dan aku. Ini memang kebiasaan dikeluarga Ren, setiap ada
momen khusus mereka memang selalu berbagi hadiah. Tapi tentu saja yang paling
spesial kalau semua berhubungan dengan Ren. ulang tahun Ren, ulang tahun
pernikahan kami, ataupun ulangtahunku. Kami selalu dibanjiri hadiah mewah. Terkadang
aku merasa tidak enak, karena aku tidak bisa membalas mereka. Tapi setiap kali
aku mengutarakan ketidaknyamananku, mama atau ketiga akakak Ren selalu
mengatakan. “ Ayana kau mencintau Renan kami itu sudah lebih dari cukup sebagai
hadiah untuk kami.” Aku menangis saat itu saat mereka bicara.
Baiklah, kembali kecerita Ren.
Dirumah mama Ren membuka semua kado. Protes dia.
“ Kenapa kadonya buat kakak semua? Mama juga cuma kasih buat
kakak. Inikan ulang tahun pernikahan kami.” Gerutunya memandang kado yang
diberikan orangtua dan ketiga saudaranya.
Kakak kedua mendekat. Menepukan amplop kedadanya. “Nih beli
sendiri ya kadonya, tapi jatah Aya lebih besar dari jatah buat kamu.”
“ Aaaa, gitukan pilih kasih. Adik kalian aku atau kakak si.”
Merengek, sambil memasukan amplop kedalam tas, bercampur dengan hadiah kakak
ketiga.
“ kemarilah adikku yang tampan dan manis. Kakak kasih tahu
ya.” Renan mendekat, duduk disebelah kakak kedua dan mama. “ Kamu sudah gak
perlu hadiah apa-apa dari mama dan kami, karena apa, kamu sudah dapat hadiah
paling besar yang ada dimuka bumi ini.”
“ Apa?” Renan menjawab binggung.
“ Apa lagi, ya istrimulah. Kamu sudah dapat hadiah besar itu
Ayana, memang apalagi.”
Ren memeluk kakak keduanya dan mama bergantian, mencium pipi
mereka.
“ Kalian kok tahu si, haha, kakak memang hadiah istimewa
yang diberikan Tuhan padaku.”
Akhirnya dia membawa semua kado dari keluarganya dengan
perasaan bahagia.
Aku tertawa, memeluk Ren, apa si keluarga ini. Aku ingin
ngakak sekaligus malu secara bersamaan. Cara berfikir mereka kadang diluar batas
manusia normal sepertiku. “Terimakasih ya, untuk semuanya, karena Ren membuatku
disayangi oleh banyak orang.”
" Sekarang mana hadiahku?" seringai muncul dibibirnya, ya, ini pasti momen yang paling dia tunggukan. meminta hadiahku.
Aku bangun dari duduk. "Tunggu ya, aku ambil dikamar."
" Wahh, kakak mau kasih apa ni ya kira-kira." Ren sudah mau bergerak mengikuti. aku berhenti melangkah menyuruhnya diam ditempatnya. Dia patuh, dan kembali duduk dikarpet.
Agak cukup lama aku di dalam kamar. ya Tuhan, apa benar aku tidak setau malu ini. antara maju dan mundur, sudahlah, biarkan aku tidak tahu malu untuk hari ini.
" Sayang, pejamkan matamu dulu ya, aku mau bawa hadiahnya ni."
" Kenapa harus pakai memejamkan mata segala." protes.
" Kalau gak mau gak jadi ya hadiahnya." aku mengancam sambil mengintipnya dibalik pintu. saat memastikan dia sudah menutup mata aku berjinjit keluar kamar mendekat.
" Sekarang sudah boleh buka mata."
Ren duduk, membuka matanya perlahan menatapku. Wajahnya tiba-tiba berubah merah.
" Kakak jangan menyesal lho sudah memberiku hadiah ini." Aaaa, tunggu, aku bahkan belum bergaya seksi atau mengodamu. Ren sudah mengangkatku dalam gendongannya.
" Suka?"
" Ini hadiah terindah untukku, jangan pernah mengambilnya lagi ya." Muah, muah, mencium bibirku sambil membawaku masuk kekamar, dia menendang pintu dengan kedua kakinya.
BERSAMBUNG...........
Epilog:
Aku pasti sudah gila, hari ini aku membeli baju tidur yang masuk kategori seksi untuk ukuranku biasanya. sebuah pita warna senada dengan baju tidur, juga bantal bulu imut dengan warna pink. aku akan memakai baju tidur ini, membuat simpul pita dileherku dan memegang bantal berbentuk hati di dadaku. serta bergaya seksi dan mengodanya. Ya inilah aku, hadiah ulang tahun untuk Ren dipernikahan kami yang kedua. setengah mati menahan malu, apa aku akan berani melakukan perbuatan ini. ntahlah, aku juga masih ragu.
membaggongkan