Berawal dari pekerjaan sebagai 'suami bayaran' Devan akhirnya terjebak dalam sebuah kisah cinta rumit diantara kaka beradik, Bellinda Halley dan Clarissa Halley.
Pada siapa akhirnya Devan melabuhkan hatinya?
Baca juga side story dari karya ini:
"Bidadari untuk Theo" yang merupakan kisah dari Theo Rainer, sepupu sekaligus asisten dari Bellinda Halley.
"Oh, My Bee" yang merupakan kisah dari Nick Kyler, mantan calon tunangan Bellinda Halley yang mempunyai penyakit alergi pada wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEMBURU?
Jam makan siang,
Bellinda sudah tiba di restorant milik paman Owen. Rencananya Bellinda akan makan siang bersama Devan disini saja, sekalian membahas tentang undangan dari Mr. Josh.
Bellinda baru masuk ke dalam restorant saat seorang pelayan menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona," sapa pelayan itu ramah.
"Pak Devan ada?" Tanya Bellinda.
"Pak Devan sedang makan siang bersama temannya." Pelayan tadi menunjuk ke salah satu meja yang ada di dalam restoran.
Devan terlihat sedang tertawa lepas bersama seorang wanita yang posisinya membelakangi Bellinda.
Siapa itu?
Tanpa mengucapkan terima kasih, Bellinda berlalu begitu saja dari hadapan pelayan tadi dan langsung menghampiri meja Devan.
"Dev!" Sapa Bellinda yang langsung membuat gadis yang tadi duduk bersama Devan menoleh ke arah Bellinda.
Astaga!
"Hai, Bell! Mau makan siang bersama suamimu?" Sapa Clarissa menipiskan bibirnya.
"Kau sedang apa disini?" Tanya Bellinda ketus.
"Makan siang bersama kakak iparku," jawab Clarissa santai.
Bellinda duduk begitu saja di kursi kosong yang ada di samping Devan.
"Tumben kesini? Mau kupesankan sesuatu?" Devan berbisik di telinga Bellinda.
Sebuah sikap yang wajar sebenarnya. Tapi entah mengapa darah Bellinda menjadi berdesir dan wajahnya mendadak terasa panas.
Ooh! Jangan bilang kalau pipi Bellinda sudah bersemu merah sekarang.
"Te...terserah kau saja, Dev!" Jawab Bellinda tergagap.
Devan mengangguk dan segera memanggil pelayan untuk memesan makanan.
"Kau sudah lama disini, Cla?" Tanya Bellinda yang ganti menginterogasi Clarissa.
"Baru sekitar tiga puluh menit," jawab Clarissa seraya melirik jarum jam di arlojinya.
Bellinda berdecak.
"Aku tidak sedang berselingkuh dengan suamimu, Kakakku yang ketus!" Ujar Clarissa lagi yang seolah bisa menangkap raut kecurigaan di wajah Bellinda.
"Apa aku menuduhmu?" Bellinda memutar bola matanya dengan kesal.
"Kau memang tidak melontarkan tuduhan kepadaku, tapi dari tatapan matamu, kau mengintimidasiku!" Sergah Clarissa seraya menunjuk ke arah wajah Bellinda.
"Aku akan pulang saja kalau begitu," ujar Clarissa selanjutnya yang kini sudah beranjak dari duduknya. Gadis itu meraih tasnya.
"Aku pulang dulu, Dev!" Pamit Clarissa pada Devan yang hanya diam sedari tadi.
Devan mengangguk,
"Terima kasih sudah menemaniku makan siang," ucap Devan seraya tersenyum pada Clarissa.
"Terima kasih juga karena sudah mentraktirku, Kakak ipar," balas Clarissa yang juga tersenyum pada Devan.
"Bye, Kakakku yang ketus!" Pamit Clarissa pada Bellinda tanpa senyum sedikitpun.
Dasar tidak sopan!
Clarissa berjalan cepat menuju pintu keluar resto, dan Bellinda serta Devan hanya memandangi punggung gadis itu hingga menghilang di balik pintu resto.
Sejenak suasana menjadi hening.
Seorang pelayan yang membawa makan siang Bellinda sudah datang dan segera menyajikannya di atas meja.
Bellinda dan Devan masih saling diam.
Bellinda menyantap makan siangnya tanpa selera, dan Devan hanya memainkan sedotan di gelas di hadapannya.
"Kau sudah makan?" Bellinda akhirnya buka suara.
"Sudah tadi bersama Clarissa," jawab Devan datar.
Bellinda mengeluarkan undangan dari Mr. Josh Elliot dari dalam tas dan memberikannya pada Devan.
"Apa ini?"
"Undangan." jawab Bellinda sebelum meneguk air di gelasnya.
Devan membuka undangan berwarna silver tersebut dan membaca isinya dengan seksama.
"Kita akan menginap di resort milik Mr. Elliot?" Tebak Devan yang langsung bisa menangkap isi dari undangan tersebut.
"Bukan hanya kita. Ada tamu lain yang juga akan menginap. Jadi tidak perlu khawatir seperti itu!" Dengkus Bellinda memutar bola matanya.
"Itu adalah acara peresmian. Dan semua tamu yang diundang mendapatkan bonus menginap di resort baru tersebut," imbuh Bellinda lagi seakan sedang menjelaskan pada Devan.
Devan manggut-manggut pertanda paham dengan penjelasan dari Bellinda.
"Aku akan minta izin pada paman Owen. Acaranya masih akhir minggu ini, kan?" Tanya Devan memastikan.
"Ya." Jawab Bellinda singkat.
Hening kembali.
Bellinda meneguk sisa minuman di gelasnya hingga tandas. Makan siangnya masih tersisa banyak. Nona direktur itu hanya mengaduk-aduknya sedari tadi.
"Kau tadi ngobrol apa dengan Clarissa?"
Astaga, Belle!
Haruskah kau bertanya hal itu?
Kau seperti seorang istri pencemburu yang baru saja memergoki suamimu yang selingkuh.
Ayolah, Belle! Devan hanya suami bayaranmu!
Tidak perlu ikut campur atau mengorek kegiatannya dengan begitu detail!
Batin Bellinda berontak, seakan merutuki pertanyaan yang baru saja di lontarkan Bellinda untuk Devan.
"Kami mengobrol ringan. Hanya membahas tentang film dan tentang masakan apa yang kira-kira cocok untuk makan malam nanti," jelas Devan santai.
"Kalian akan memasak bersama lagi?" Tebak Bellinda cepat.
Devan menggeleng,
"Clarissa yang akan memasak, karena aku harus menggantikan paman Owen bertemu klien sore ini," jawab Devan menjelaskan.
"Jadi mungkin aku akan pulang sedikit terlambat," imbuh Devan lagi.
Gantian Bellinda yang mengangguk.
"Kau kembali ke kantor jam berapa? Mau aku antar?" Tawar Devan melirik arloji di tangannya.
"Tidak usah! Theo akan menjemputku," jawab Bellinda ketus.
Sedetik kemudian, ponsel wanita itu berdering.
"Halo, Theo! Kau dimana?"
"Di parkiran depan restorant. Apa aku perlu masuk?"
"Tidak! Aku akan keluar sekarang. Aku sudah selesai makan siang," jawab Bellinda seraya beranjak dari duduknya.
Nona direktur itu menyambar tasnya dan segera berlalu tanpa berpamitan pada Devan.
"Baiklah, aku tunggu," pungkas Theo mengakhiri panggilannya.
Devan mengekori Bellinda yang sudah berjalan cepat ke pintu keluar restoran.
"Hati-hati, Bell!" Pesan Devan yang sepertinya tidak didengar oleh Bellinda. Wanita itu sudah melesat dengan cepat menuju tempat parkir, dimana mobil Theo sudah menunggunya.
****
Sore hari,
Bellinda baru saja membuka pintu utama apartemennya saat aroma harum masakan menguar memenuhi indera penciumannya.
Suara gelak tawa terdengar dari dapur. Sepertinya ada orang lain selain Clarissa.
Apa gadis itu membawa pria ke apartemen Bellinda?
Bellinda mengayunkan langkahnya dengan cepat menuju ke arah dapur. Nona direktur itu sedikit kaget saat mendapati Devan yang tengah bersenda gurau di dapur bersama Clarissa.
"Eheem!" Bellinda berdehem lumayan keras, sengaja ingin menginterupsi suami dan adiknya tersebut.
"Hai, Bell! Kau sudah pulang?" Sapa Clarissa berusaha menghentikan tawanya bersama Devan.
Entah hal lucu apa yang baru saja dibicarakan dua orang ini, hingga mereka begitu akrab dan bisa tertawa terbahak-bahak.
"Dev! Kau sudah pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan Clarissa, Bellinda malah bertanya pada Devan yang sedang mencuci sayuran.
"Mendadak klien membatalkan janji pertemuan. Jadi aku pulang cepat," jawab Devan santai.
"Dan aku membantu Clarissa menyiapkan makan malam," imbuh Devan lagi seakan sedang menjelaskan pada Bellinda.
"Devan tadinya ingin menjemputmu ke kantor, tapi kau tidak menjawab telepon. Jadi Devan langsung pulang saja," timpal Clarissa yang seakan tahu dengan semua kegiatan Devan.
Apa dua orang ini berpacaran di belakang Bellinda?
Kenapa mereka begitu dekat, akrab, dan memahami satu sama lain?
Rasa kesal mendadak bergelayut di hati Bellinda.
"Kenapa wajahmu merah padam begitu, Bell? Kau tidak sedang cemburu kepadaku, kan?" Tegur Clarissa yang sontak membuat Bellinda salah tingkah.
"Hawa disini terlalu panas. Dan aku kepanasan. Makanya wajahku memerah," sahut Bellinda mencari alasan.
"Syukurlah kalau begitu. Semoga kau tidak berpikir macam-macam tentang kedekatanku bersama Devan," timpal Clarissa sedikit terkekeh.
"Kami hanya memasak dan mengobrol biasa. Tadi kami membahas tentang Clarissa yang salah membeli bahan untuk masakan, makanya kami tertawa," ujar Devan yang ikut-ikutan menimpali penjelasan Clarissa.
Bellinda hanya tersenyum kaku menanggapi cerita Devan barusan.
"Aku akan ke kamar dan berendam. Menghilangkan hawa panas di tubuhku," tukas Bellinda seraya berbalik dan berjalan cepat menuju ke kamar Devan.
Apa memang udara di apartemen ini panas?
Atau hati Bellinda yang sebenarnya sedang panas karena melihat keakraban Devan dan Clarissa?
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini 👠.