Season 1.
Kisah cinta antara bangsawan buta dengan seorang pelayan.
Alex Smith, seorang bangsawan raya yang mengalami kebutaan karena kecelakaan. Sialnya lagi, ia ditinggalkan oleh calon istrinya yang tidak mau menerima keadaan Alex.
Pada akhirnya, Alex menikah dengan Kinara Lee, seorang pelayan biasa yang menjadi pengantin pengganti. Kinara rela menikah dengan laki-laki yang tak mencintainya hanya karena tawaran yang menggiurkan.
Namun, benarkah hanya itu alasan mereka untuk menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru Samudera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Perasaan Apa Ini?
Alex?
Deg. Deg. Deg ....
Untuk apa ia ke sini? Oh, astaga, jantungku ....
Kinara membeku untuk sesaat ketika Billy mendorong Alex masuk ke dalam kedai kopi. Waktu seakan terhenti saat itu juga, Kinara tak mampu berkedip. Pria di atas kursi roda itu luar biasa tampan. Seluruh waktu seakan berpusat pada pria itu, hingga suara Billy yang terdengar khawatir menyadarkan Kinara.
"Nona? Nona Kinara!"
"Ah. Oh. Apa?" Kinara tergagap. Bagaimana caranya dua pria itu sudah berada tepat di hadapannya kini?
Semua bodyguard ini ....
Kinara terbengong, sekarang seluruh kedai kopi terisi oleh orang-orang bayaran tuan muda Smith. Para pengunjung menatap ke arahnya sambil berbisk-bisik. Beberapa menunjuk Alex sambil tersenyum simpul. Sebagai wanita, ia tahu persis apa yang sedang dipikirkan oleh gadis-gadis seusianya itu.
"Anda baik-baik saja?" tanya Billy lagi.
"Aku, aku baik," jawab Kinara, kembali memusatkan pandangannya pada Alex Smith.
Mengapa pria itu terlihat sangat tampan dalam balutan kaos putih itu, ya, Tuhan?
"Kau baik-baik saja?" tanya Alex dengan nada sedikit khawatir, membuat jutaan kupu-kupu dalam perut Kinara seakan ingin merangsek keluar.
Astaga, Tuan Muda, gunakan saja intonasimu yang menyebalkan itu, jangan membuatku seperti ini ....
Tanpa sadar Kinara mendesah dan menutupi wajahnya, membuat Billy semakin khawatir.
"Ada apa, Nona?" Billy ingin melangkah mendekati Kinara, tapi tangan Alex mencengkeram lengannya.
"Apa yang terjadi padanya?" desak Alex.
Pria itu benar-benar merasa frustasi, jantungnya hampir melompat keluar ketika Billy mengatakan Kinara kecelakaan tadi. Tidak bisa melihat apa yang terjadi pada gadis itu sungguh membuatnya kesal karena merasa tak berguna.
"Entah. Nona Kinara menutup wajah dengan tangannya," jawab Billy.
Alex melonggarkan pegangannya sebelum berkata, "Pergi periksa!"
"Aku tidak apa-apa!" sela Kinara. Ia sungguh tidak ingin menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Namun melihat reaksi dua pria di depann ini, harapannya itu sangat mustahil.
Billy hendak melangkah maju untuk memeriksa Kinara, tapi lagi-lagi tangan Alex menghentikan niatnya itu.
"Tidak," kata Alex, "Ajak dia ke mobil, periksa di rumah saja!"
Billy mengigit bibirnya untuk menahan kata-kata yang sudah sampai di ujung lidahnya. Lebih baik tidak mendebat sahabatnya dalam keadaan seperti ini. Diam adalah emas, kadang pepatah lama memang sangat tepat.
"Baik," jawab Billy dengan senyum lebar muncul di wajahnya, "tapi lepaskan dulu tanganku," sambungnya lagi.
Alex mengempaskan tangan Billy lalu berkata, "Cepat ajak gadis itu masuk ke mobil."
"Mari, Nona," ujar Billy seraya memberi jalan pada Kinara.
"Terima kasih," ujar Kinara.
Gadis itu berjalan menuju pintu. Para bodyguard langsung membentuk barikade yang melindunginya dari sisi kanan dan kiri.
Ini pasti terlihat benar-benar berlebihan. Apakah ini tidak terlalu mencolok? Pangeran tampan dan itik buruk rupa ... tidak, maksudku semua bodyguard ini ....
Kinara menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Otaknya benar-benar kacau saat ini. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Dulu tidak begini, dirinya adalah gadis paling rasional yang ada di muka bumi ini, tapi sejak mengenal tuan muda Smith lebih dekat, otaknya yang malang seakan kehilangan kewarasannya.
Kinara berdiri di samping mobil, menunggu Billy mendorong Alex masuk ke dalam Limousin itu. Setelah melihat tuan muda Smith telah duduk dengan nyaman, Kinara menundukkan tubuhnya dan masuk.
"Duduk di sebelahku!" perintah Alex.
Langkah kaki Kinara tertahan di udara. Ia menoleh pada Billy yang sedang mengangguk dengan cepat ke arahnya. Gadis itu baru ingin membantah ketika suara Alex Smith yang berat dan dalam kembali terdengar dengan nada penuh ancaman.
"Duduk di sebelahku atau kau pulang menggunakan kaki pendekmu itu."
Apa? Kaki pendek?
Kinara melotot, lalu mengempaskan bokongnya dengan keras di samping Alex. Ia bersedekap dan menatap lurus ke depan.
"Terima kasih," ujar gadis itu, "Berkat Anda, saya kehilangan mood untuk merasa takut."
"Takut?" tanya Alex, "Apa yang terjadi padamu?"
"Tidak ada!" jawab Kinara dengan ketus.
Mengapa pria ini sangat suka memerintah? Menyuruh orang lain melakukan ini dan itu tanpa menanyakan kesediaan mereka lebih dulu? Menyebalkan!
Mataku pasti telah buta! Bisa-bisanya memuji ketampanan pria arogan seperti ini? Tampan dari mananya? Cih!
Billy masuk dengan senyum simpul di wajahnya. Ia lebih memilih duduk di samping sopir, tempat yang paling tepat unruk mengawasi dua sejoli di belakangnya itu.
"Jalan, Pak," pinta Billy pada pria paruh baya yang duduk di kursi pengemudi.
Kinara menolehkan kepala dan menatap keluar jendela ketika mobil mulai berjalan. Ada masing-masing tiga mobil jeep di depan dan belalang Limousine yang dinaikinya. Iring-iringan mereka terlihat seperti iringan bos mafia yang akan menikah. Kinara tertawa pelan karena pemikiran konyolnya itu.
"Apa yang kau tertawakan?" selidik Alex.
"Apa?" balas Kinara, "Apakah semua yang sedang saya pikirkan pun harus saya laporkan pada Anda?" ketus gadis itu.
Kinara masih kesal karena tuan muda Smith mengatai kakinya pendek. Gadis itu menunduk dan memerhatikan sepasang tungkainya. Memangnya kakinya harus sepanjang galah? Pria dan wanita 'kan memang berbeda! Dasar menyebalkan!
Kinara menoleh pada kaki yang menjuntai di atas kursi roda. Memang kaki itu terlihat lebih panjang, lebih ramping dan kuat. Tidak seperti kedua kakinya yang tampak lemah dan menyedihkan. Lagi pula, kalau diingat-ingat, ia hanya setinggi ketiak tuan muda Smith jika mereka beridiri berdampingan. Jadi perkataan pria itu mengenai kakinya tidak sepenuh salah.
Tapi 'kan tidak perlu mengatakan kakiku pendek secara terang-terangan juga! Aarghh ... menyebalkan!
"Kakimu memang pendek, tapi jika memakiku bisa membuatmu puas, teruskanlah," kata Alex Smith.
"Apa?" Kinara hampir tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana pria itu bisa tahu?
"Apa yang kau lakukan?" Alex tersentak ketika merasakan permukaan kulit yang lembut dan hangat menutupi telapak tangannya.
"Apa kau sudah gila?" sentak Alex saat kedua tangannya ditarik dan dibolak-balik oleh Kinara beberapa kali.
"Apa yang kau lakukan?" ulang Alex Smith sambil menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik badan.
"Apa kau sudah gila?" desisnya lagi. Sialan! Sentuhan gadis itu membuat sekujur tubuhnya kembali meremang! Mungkin sebentar lagi ia akan demam tinggi.
"Saya pikir, Anda memiliki mata tambahan di tangan," ujar Kinara, "Atau, Anda memiliki kemampuan cenayang?"
"Singkirkan khayalanmu yang berlebihan itu!" Alex Smith mendesis penuh peringatan. "Apa kau lupa, aku buta, bukan tuli. Suaramu berdecak dan menggumam pelan itu masih bisa terdengar olehku!"
Kinara menutup mulut dengan kedua tangannya secara refleks. Jadi tadi ia bergumam, bukannya hanya memikirkan dalam hati?
"M-maaf ...," ujar Kinara lirih.
"Abaikan sikapnya itu," celetuk Billy dari depan, "Sikap dinginnya itu hanya untuk menutupi rasa--"
"Tutup mulutmu, Billy!" ancam Alex.
"Dia lebih panik dariku saat mendengar kau kecelakaan," lanjut Billy tanpa memedulikan seruan protes sahabatnya, "Dia langsung memanggil pasukan dan meminta sopir melajukan mobil secepat mungkin. Kalau ia bisa melihat, kurasa ia sendiri yang akan menyetir ke mari."
"Billy!" geram Alex.
"Benji!" Kinara melotot saat melihat sosok yang dikenalnya di dekat lampu merah. Pria itu baru saja turun dari mobilnya dan membuka kap, sepertinya kendaraannya mogok.
"Benji?" tanya Alex dan Billy serentak.
"Berhenti!" pekik Kinara. Bisa jadi mobil pria itu rusak karena menolongnya tadi.
"Siapa Benji?" tanya Alex dengan sikap waspada.
"Pria yang tadi menyelamatkan saya," jawab Kinara, "Saya mohon, tolong berhenti sebentar."
Billy mengangguk pada sopir, membuat pria itu menepikan mobil tak jauh dari jeep yang penyok di bagian depannya itu. Kinara buru-buru membuka pintu dan melompat keluar. Ia berlari ke arah pria yang terlihat sedang serius memeriksa mobilnya.
"Benji?" panggil Kinara.
Pria itu menoleh dengan tatapan berbinar, ia tersenyum sambil berkata, "Sepertinya tadi kudengar kau mengajak bertemu besok siang. Apa aku sudah melewatkan satu malam yang membosankan karena ingin bertemu dengan seorang gadis cantik?"
Kinara tertawa lepas, tak menyangka pria itu memiliki jiwa humor yang bagus. Andai saja ia bisa melihat ekspresi Alex Smith saat ini, ia pasti tidak akan menganggap perkataan Benji barusan termasuk ke dalam kategori humor.
"Periksa semuanya!" perintah Alex dengan penuh penekanan. Suara tawa Benji dan Kinara yang terbawa angin terasa menyakiti gendang telinganya.
"Baik," jawab Billy. Ia tentu saja mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.
***
Alex- Nara cuma di kasi bareng ga sampe 2 th.. Kasian Alex..
ya ampuuun skrg baca lagi, ttp mewek jugaaa😭😭