NovelToon NovelToon
Bunda Bukan Wanita Malam

Bunda Bukan Wanita Malam

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Duda / Single Mom / Tamat
Popularitas:50.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)

Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.

Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.


Follow IG author : Kolom Langit

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia itu Wanita Baik-Baik

Wira melangkah masuk menuju kamarnya dengan perasaan tak menentu. Ia menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. Teringat kembali wajah bahagia Lyla saat menemukan boneka itu, namun seketika berubah sedih, saat mengetahui siapa yang membelikan boneka itu. Rasanya seperti tertusuk duri tajam saat menatap wajah Lyla yang mendadak kecewa. Ia menyadari, apa yang dilakukannya kemarin membuat Lyla terluka.

Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku jadi seperti ini? Batin Wira.

Laki-laki itu berusaha sebisa mungkin menghilangkan perasaan anehnya, namun tidak bisa. Wajah polos Lyla tetap bermunculan di ingatannya. Bahkan hingga larut malam, Wira masih membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur, akan tetapi matanya enggan terpejam.

****

Pagi itu, dengan raut wajah lesu, Wira keluar dari kamar, menuju lantai bawah. Sudah dua malam ini dirinya tak dapat tidur dengan nyenyak akibat perasaan bersalah pada Lyla. Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju dapur, dimana Via sedang membuat sarapan.

Wira terdiam sambil memperhatikan Via dari ujung kaki hingga ujung rambut, seorang wanita muda yang terpaksa menikah dengannya demi mendapatkan biaya rumah sakit anaknya. Sungguh, Via adalah seorang ibu yang sangat sempurna bagi Wira, terlepas dari pekerjaannya di masa lalu-- yang membuat Wira membencinya setengah mati.

Rambutnya yang panjang tergerai indah, wajah polosnya yang teduh, dan sikapnya yang lemah lembut sama sekali tidak mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang wanita penggoda. Via yang setiap hari membuat sarapan dan makan malam, walaupun semua itu tidak pernah disentuh oleh Wira, namun wanita itu tetap melakukannya.

Via baru saja selesai memasak. Saat akan membawa menu sarapan buatannya ke meja makan, ia terlihat terkejut menyadari Wira ada di sana. Seketika kepalanya menunduk.

"Aku mau ambil air di kulkas," ucap Wira sambil melangkah menuju lemari pendingin. Hal itu menambah keterkejutan Via. Untuk pertama kalinya Wira tidak bicara dengan nada ketus padanya. Via pun memberanikan diri menatap punggung tegap lelaki yang berstatus suaminya itu.

"Ma-mas, aku mau mengucapkan terima kasih, karena Mas Wira sudah memberikan boneka untuk Lyla," ucapnya takut-takut.

"Hmm ..." Wira menyahut dengan deheman pelan, sebelum akhirnya melangkah melewati meja makan. Ia hanya melirik menu sarapan yang dibuat Via, lalu meninggalkannya begitu saja.

****

_

_

_

_

_

Siang itu, Wira dan juga Ivan sedang makan siang bersama di sebuah restoran di dekat kantor. Wira tampak tidak bersemangat makan beberapa hari ini, terlebih saat sedang memikirkan Lyla dan Via.

"Van, menurutmu Via itu seperti apa?" tanya Wira sembari menyantap makan siangnya dengan malas.

"Kenapa tanya aku? Dia kan istrimu, seharusnya aku yang tanya padamu, Wira! Apa kau ini manusia normal?" sahut Ivan berdecak kesal.

Wira menghela napas panjang, lalu meneguk segelas air putih. Ia menatap Ivan dengan serius setelahnya. "Kau kan mengenalnya lebih dulu dari aku. Sebelumnya dia seperti apa?"

Pertanyaan Wira membuat Ivan terkekeh pelan sambil menggeleng. "Aku tidak begitu mengenalnya. Yang sangat mengenalnya itu ibuku. Via itu karyawan kesayangan ibu. Dia terus memuji wanita itu. Bahkan ibuku pernah beberapa kali memintaku mendekati Via. Dia mau menjodohkan ku dengannya."

Jawaban Ivan membuat Wira tersendak makanan. Ia terbatuk-batuk hingga merasa sesak. Ivan pun segera menyodorkan segelas air putih pada sahabat nya itu.

"Jadi kau pernah mendekati Via?" tanya Wira. Sorot matanya yang tajam membuat Ivan merinding sekaligus geli.

Ivan menatap curiga pada Wira. "Kau mau aku jawab jujur atau bohong?"

"Terserah! Jujur atau bohong sama saja bagiku," gerutunya seolah tak peduli.

Terdiam beberapa saat, Ivan masih menatap Wira dengan serius. "Sejujurnya aku sudah pernah mencobanya. Tapi Via itu bukan wanita yang mudah didekati. Dia tidak memberiku celah sedikitpun."

Ketegangan di wajah Wira sirna seketika. Namun, ia masih memaki-maki Ivan dalam hati-- yang pernah berusaha mendekati Via.

"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Wira dengan raut wajah kesal.

Ivan yang sedang menebak isi hati sahabatnya itu hanya menunjukkan senyum khasnya yang menyebalkan. "Tentu saja aku berusaha. Via itu wanita yang cantik, dia baik, dan pembawaannya tenang. Terlebih, ibuku sangat ..."

"Sudah hentikan!" Wira cepat-cepat memotong pembicaraan Ivan. Lalu kembali menyendokkan makanan ke mulutnya dengan kesal. Hingga tanpa terasa makanan di piringnya habis.

"Aku pikir kau sedang tidak berselera makan. Tapi makananmu habis," ujarnya menyeringai. "Wira, apa kau baik-baik saja? sepertinya kita harus sering-sering membicarakan Via. Aku lihat selera makanmu jadi normal kembali saat membicarakannya."

"Memang siapa yang mau membicarakan wanita itu? Kau jangan menuduh sembarangan!"

"Terserah kau saja Wir ..." Ivan menggeleng pelan. "Yang pasti selama aku mengenal Via, dia itu tidak seburuk yang kau katakan. Dia wanita yang sangat baik. Apa kau tahu, ibuku sangat kecewa saat mendengar kabar pernikahanmu dengannya. Dia berharap aku yang menikahi Via."

Entah Wira sadar atau tidak, tangannya mengepal di bawah meja. Ivan seolah sengaja menyiram air garam di atas luka sahabatnya itu. "Kau bisa diam, tidak!"

"Iya, aku baik, aku diam." Ivan meneguk air mineralnya. Lalu berkata, "Jika saja orang lain yang mengatakan Via bukan wanita baik-baik, aku tidak akan percaya begitu saja."

Raut wajah Wira terlihat semakin kesal, sebab sejak tadi Ivan terus memuji Via di depannya.

Kalau memang Via sebaik yang dikatakan Ivan, kenapa dia memilih menjadi seorang wanita malam? Apa yang membuatnya memilih pekerjaan itu?

1
Ambu Purwa
semoga tidak terjadi apa2 pada via
Ambu Purwa
tumben mau baik shereal
Ambu Purwa
si wirooo itu ada2 saja
Ambu Purwa
tuh via sedang ada benih dari getah kaktus yg disemburkan oleh babang wirooo
Ambu Purwa
cantik bisa juga jadikan visualnya lyli
Ambu Purwa
ya jelaslah pa gunawan marah saat ada yg mengatakan bahwa via bekkas wanita malam
Ambu Purwa
ada ya yg ingin mengambil anaknya dengan alasa mengandung dan melahirkan lalu dimana letak ibu kejam yg membuangnya
Ambu Purwa
cabtik sih ok taoi kelakuannya kejam tega membuang anak sendiri
Ambu Purwa
sebentar lagi benihnya tumbuh berkembang jadi kaktus kecil🤣🤣🤣🤣
Umi Syafaah
Luar biasa
Ambu Purwa
kalem.saja jangan kasar kan via jadi trauma
Ambu Purwa
babang wira lagi cemburu via 🤣🤣🤣
Ambu Purwa
belu. baca,masih pokus di kisah satu milyar semalam
Ambu Purwa
teruslah selalu yerbuka agar tidak terjadinkesalhpahaman
Ambu Purwa
manteeeppll
Ambu Purwa
nah itu babang sableng yg ganteng cocoook neng chicha akuuuuh setuju
Ambu Purwa
dasar shereal bisanya cuma cari kesalaha. orang lain
Ambu Purwa
shereaal via masuk giburan malam itu untuk mengobati anak lu,jangan tertawa dulu
Ambu Purwa
bagus voa keren selalu menjawab dibalikkan
Ambu Purwa
visual wiro sablengnya kurang greget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!