NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:557.9k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 - Berbalas!!

Tak disangka-sangka, tepat beberapa menit setelah Dea meninggalkan ruangannya, ponsel di atas meja kerja Aliya tiba-tiba berdering pelan.

Suara getarannya menggema lembut di ruangan sunyi itu, tapi cukup untuk membuat jantungnya seolah tersengat listrik.

Aliya menoleh cepat. Sekilas ia pikir itu panggilan biasa, mungkin dari pasien, atau bagian administrasi rumah sakit. Namun, begitu melihat nama yang terpampang jelas di layar, tubuhnya langsung menegang.

Kak Bagas ....

Jari-jarinya sempat ragu menyentuh layar. Napasnya tertahan di tenggorokan, dan tanpa sadar bibirnya bergetar kecil. Rasanya seperti baru saja dipanggil oleh seseorang yang diam-diam selalu ia tunggu.

Setelah lima kali upaya sia-sia, akhirnya, sang suami menelpon balik.

Tangannya yang sempat dingin perlahan menggenggam ponsel itu erat-erat, berusaha tidak gemetar. “Ya Tuhan,” gumamnya pelan sambil menatap layar yang terus bergetar. “Jangan bodoh, Al. Angkat aja.”

Dengan sisa keberanian yang tersisa, ia akhirnya menekan tombol hijau.

“Ha–halo, Kak?” Suaranya keluar pelan, nyaris bergetar. Ia segera memperbaiki posisi duduk, menegakkan punggung, seolah dengan begitu suaranya bisa terdengar lebih tenang.

Suara di seberang terdengar rendah dan stabil. “Kenapa? Tadi ada urusan sedikit. HP-ku ketinggalan di ruang kerja,” ucap Bagaskara dengan nada datar, tapi bagi Aliya, suara itu terdengar sangat berbeda. Ada sesuatu yang lembut, atau mungkin hanya perasaannya sendiri yang melebih-lebihkan.

Begitu mendengarnya, Aliya langsung lupa pada semua ucapan Dea barusan tentang cinta sendirian atau perasaan yang mungkin hanya ia rasakan sendiri. Dalam sekejap, semua kata-kata itu seakan terhapus dari ingatan.

Yang tersisa hanyalah debar aneh yang membuat perutnya terasa hangat dan dadanya bergetar.

“Al?” Suara Bagaskara terdengar lagi, kali ini sedikit lebih keras.

“Hah?” Aliya tersentak, lalu buru-buru menggeleng, panik sendiri. “I-iya, Kak? Kenapa?”

Bagaskara terdengar menarik napas dari seberang sana. “Aku tanya, kamu telpon berkali-kali kenapa? Ada yang mau kamu bicarakan?”

Aliya menelan ludah, dia tahu suaminya tidak bermaksud memarahinya, tapi nada serius itu tetap saja membuatnya salah tingkah. “Ehm … bukan apa-apa, tadi cuma … ya, cuma ingin memastikan aja kalau Kakak baik-baik saja,” ucap Aliya asal, suaranya nyaris tenggelam di ujung kalimat.

Keheningan sempat mengisi ruang di antara mereka selama beberapa detik, sebelum akhirnya Bagaskara bertanya lagi dengan nada yang jauh lebih tenang.

“Sudah makan?”

Aliya membeku. Detik berikutnya, jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

Si-al!! Pertanyaan sederhana itu, entah kenapa terdengar begitu romantis di telinganya.

Dia bahkan harus menahan diri agar tidak menjerit bahagia di tempat. “Be–belum,” jawabnya pelan, matanya membulat sempurna.

“Kalau belum, makan siang bersamaku, mau?” ujar Bagaskara santai, seolah itu hal biasa. “Kebetulan aku lagi dalam perjalanan ke restoran dekat tempatmu kerja.”

“Hah? Serius, Kak?” Aliya sontak menegakkan tubuhnya. Tangannya yang sedari tadi memainkan pulpen kini berhenti total.

“Iya,” jawab Bagas singkat. “Aku jemput kalau mau.”

Aliya langsung gelagapan. “T-tidak usah!!” Suaranya lebih tinggi dari seharusnya, membuat beberapa perawat yang lewat di depan ruangan menoleh penasaran.

Dari seberang sana, Bagaskara sempat terdiam. “Hem? Kenapa? Tidak mau ya?” Nadanya terdengar heran, tapi masih tetap kalem.

Aliya menutup wajahnya dengan tangan kiri, berusaha menenangkan diri. “Bukan begitu, Kak … aku … aku saja yang ke sana. Tidak usah dijemput, Kakak kasih tahu saja restorannya di mana.”

Ia tahu ucapannya berantakan, tetapi terlalu malu untuk menariknya kembali. Saking senangnya, otaknya seperti berhenti berfungsi. Ia bahkan tidak menyadari satu hal penting, bahwa hari ini ia tidak membawa kendaraan sama sekali.

Dari seberang, Bagaskara terdengar menahan tawa. “Yakin?”

“I-iya, yakin banget!” jawab Aliya cepat, suaranya meninggi lagi.

“Baiklah, tunggu ya.”

Aliya hanya mengangguk, meski tahu suaminya tak bisa melihat. Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya suara berat itu terdengar lagi. “Aku kirim lokasinya. Kemungkinan kamu akan tiba lebih dulu, jadi tunggu aja di depan.”

“Oteeey, Kak Bagas!!” serunya penuh semangat, tanpa sadar terlalu manja.

Begitu panggilan berakhir, Aliya masih menatap layar ponselnya dengan wajah yang benar-benar sulit dijelaskan. Bibirnya tak berhenti tersenyum, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru diberi hadiah.

Dia bersandar di kursi, lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Astaga, Aliya … apa-apaan sih kamu barusan?” gumamnya dengan tawa kecil.

Wajahnya terasa panas, bukan karena malu, tapi karena terlalu bahagia.

Ia bahkan sempat menatap cermin kecil di meja dan tersenyum pada pantulan dirinya sendiri. “Dibilang cinta sendirian apa coba … buktinya, dia ngajak makan siang bareng,” ucapnya pelan, senyum itu tidak juga pudar.

Namun, di sisi lain hatinya berdebar kencang. Ada gugup yang ikut menyelip, seperti seseorang yang akan menjalani kencan pertamanya.

Segera Aliya berdiri, menepuk-nepuk pipinya sendiri pelan. “Oke, Al, tenang. Jangan kelihatan norak nanti di depan Kak Bagas.” Tapi detik berikutnya, ia malah terkikik sendiri, pipinya makin merah.

“Ya ampun … gimana kalau dia lihat aku begini?”

Aliya menghela napas panjang, menatap ponselnya sekali lagi sebelum akhirnya bergegas merapikan jasnya. Hati Wanita itu terasa ringan, langkahnya nyaris melayang.

Entah kenapa, hanya satu panggilan singkat darinya saja sudah cukup untuk menghapus semua keraguan dan kata-kata Dea sebelumnya.

Mungkin memang benar, cinta yang ia yakini tidak sepenuhnya sepihak. Karena bagi Aliya, hari ini, satu telepon dari Bagaskara saja sudah lebih berharga daripada seribu kata manis dari siapa pun di dunia ini. “I'm coming, love!!”

.

.

- To Be Continued -

1
Rina Kurnia
emak koq thoor.....kadang pikiran seseorang tdak sllu selaras dg pikiran org yg qt ajak bicara....bagas dg ego n defense dirinya n aliya dg sikap yg twrus berusaha dg tekatnya spy bagas bisa mncintainya....
jadi pakeukeuh keukeuh dg pikiran masing2.....😆😆
semoga segera bisa berkomunikasi dg baik ya pasangan gumush.....😍😍
Rif'ah 1223
masih menebak2 seperti apa badai yg akan menerjang mereka
partini
Weh ngmngya bikin sedih aja ,,apa kepikiran orang yg keluar dari penjara si Bagas ?
jangan di bikin methong Thor kasihan Al nya
dyah EkaPratiwi
Bagaskara bener2 susah ditebak ini
Ria Ningroem
Jangan melamun saja Aliya...🤭
Aliya diajak ngomong serius pening..🤣🤣🤣
daroe
Hhhh..... can't word word 😔😔😔😔
Dwi ratna
akankah ada badai besar menerjang 😭
Ika Shanti Budipertiwi
waduh ada apa ini ada apa ini
Joko Medan
al klw pingin nangis y nangis az. gk ush sok kuat klw gk tahn dgn ap yg kmu rasa kn al. bagas ni msih susah ditebak al.
Juni Hutabalian
karya KK bagus. semoga semangat trus dan selalu sehat
Desy Puspita
First!!
Layla 🌹
🤣🤣🤣🤣
Nabila hasir
bagus banget aiyan ma bagaskara lope lope
erma
maksudnya ngelawak....tp kurang lucu, jadi aneh. ... dokter yg sdh usia cukup tp pemikiran dan gayanya kok spt anak remaja...gak nyambung
Desy Puspita: Lu ribet banget sih, makanya sebelum baca itu sempetin untuk lihat blurb karena di situ secara sekilas udah dikasih gambaran karakter tokohnya. Level bacaan udah 20, tapi nggak bisa memahami hal sesederhana itu. Intinya aja ini bukan selera lu, jadi daripada lu nyampah di kolom komentar gue mending cari bahan bacaan yang sesuai sama keinginan lu.
total 1 replies
Layla 🌹
gantian bibir bagas yg merona🤣🤣🤣
Fitriatul Ilmi
bagas : tua tua gini juga bisa buat km terpesona. apalagi klo msh muda 😂
Fitriatul Ilmi
komprin terus jend; biar si babang satu ini luluh sama biniknya/Facepalm/
Fitriatul Ilmi
aduh adek meleleh bang/Kiss/
Herlita Liem
lanjut Thor makin seru ceritanya....😍😍
Hafifah Hafifah
kelakuannya kayak bocah ya gas 🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!