Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KARYA BARU!!!
****
Shera duduk didepan hakim dengan menatap lurus. Begitu juga dengan Daren yang saat itu menyempatkan datang ke pengadilan untuk perceraian keduanya.
"Karena dari pihak kedua yang tidak memiliki kecocokan maka dengan ini sidang perceraian di kabulkan."
Suara ketukan palu membuat keduanya menghela napas panjang.
Shera berdiri begitu juga dengan Daren, keduanya saling tatap dan Shera maju lebih dulu.
"Semoga kedepannya kita sama-sama mendapatkan kebahagiaan." ucapnya sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Daren menatap sekilas lalu membalas uluran tangan Shera yang sekarang menjadi mantan istrinya.
Mereka saling berjabat tangan, tidak ada dendam ataupun luka yang tertinggal, karena murni keduanya sama-sama tidak bisa melanjutkan rumah tangga yang seharunya di jaga dengan baik.
Saat itulah semua kembali seperti semula, tidak ada yang berubah, Daren selalu sibuk dengan bisnisnya, dan Shera yang saat itu memilih melanjutkan pendidikan sebagai perancang busana. Shera memilih pergi ke luar negeri selama lima tahun, dan menutup akses untuk hubungan dengan mantan suami.
Selama menikah pun keduanya seperti orang asing yang sibuk dengan dunia mereka sendiri, tidak memikirkan apapun kecuali keinginan dan cita-cita. Bahkan untuk hubungan suami istri pun mereka tidak melakukannya, karena memang awal mereka menikah hanya sebuah perjodohan yang di landasi bisnis. Baik Shera maupun Daren tidak menuntut apapun dari kedua belah pihak, namun beberapa hal yang Daren berikan lantaran sebuah isi surat gugatan. Tak mengapa, Daren memberikannya sebagai kompensasi.
**
"Shera sepetinya kamu diterima di fashion D'She." Ucap Joli yang duduk didepan laptop milik Shera.
Shera yang masih berkutat dengan kertas gambar pun menoleh, dan melihat email yang masuk.
"Astaga...apa aku tidak salah melihat." Shera beberapa kali mengecek matanya untuk memperjelas. Dan benar namanya tertera di sana.
"Aaa...Joli! Aku diterima di perusahaan besar yang sedang booming!" Shera yang kegirangan berdiri dengan melompat-lompat, sungguh tak menyangka namanya diterima di perusahaan ternama itu.
"Selamat Shera, aku yakin dengan kemampuan mu." Joli pun memberikan pelukan pada sahabatnya itu. "Tapi itu berarti kamu harus kembali ke tanah air?" Tanya Joli menatap Shera dengan wajah murung.
Shera tersenyum tipis, "Mau bagaimana lagi, aku bisa menggunakan kemampuan ku di perusahaan besar itu." ucapnya dengan nada yang sedikit sendu.
Shera tinggal bersama sahabatnya Joli, sahabat yang menemaninya selama di Prancis. Kedua orang tuanya masih di tanah air dan Shera memilih tinggal sendiri di negara Prancis.
"Kalau begitu kita harus merayakan lebih dulu, aku rasa ini adalah perpisahan kita sementara, sebelum lamaran ku di terima m" Ucap Joli dengan suara sendunya.
Shera merangkul bahu sahabatnya, "Kau tenang saja, Tidak akan lama kau akan ikut aku ke negara ku." Ucap Shera memberi semangat.
Joli sudah tidak memiliki orang tua, dia hanya memiliki bibi di sana, namun baginya kedewasaan cukup membuatnya harus mandiri dan menentukan hidup.
"Ya, setidaknya jika aku bersama mu, aku tidak akan kesepian."
Di bar tengah kota, Shera dan Joli merayakan keberhasilan Shera diterima di perusahaan D'She. perusahaan yang berkembang pesat tiga tahun terakhir, bahkan sudah mencapai manca negara dan terkenal di negara asing dunia. Perusahaan yang bergerak dibidang fashion pemecah rekor dunia dengan penjualan tercepat dan tertinggi. Oleh sebab itu banyak para desainer yang mencoba peruntungan, dengan keahlian mereka yang sudah teruji dan memiliki sertifikat asli, tak lupa beberapa penghargaan yang cukup membuat mereka percaya diri untuk menjadi bagian dari D'She.
"Viktor, akan ke sini," Bisik Joli. Di telinga Shera.
Shera menoleh, "Kau yang mengajaknya?" tanyanya dengan mata memicing.
Kepala Joli menggeleng, dia menunjukan layar ponselnya. "Dia melihat status yang ku buat." Ucap Joli dengan senyum lebar.
Shera memutar kedua bola matanya, tampak kesal namun ia biarkan saja.
Viktor adalah pria yang beberapa tahun ini dekat dengan mereka, beberapa kali juga Shera menolak ungkapan pria itu. Namun karena Viktor selalu berbuat baik, Shera dan Joli membiarkan saja. Mereka memilih berteman.
"Jangan bilang jika aku akan pulang ke tanah air, aku tidak mau dia menyusul ku."
Joli mengangguk setuju, mengacungkan jari jempol nya.
Tak lama pria yang mereka bicarakan datang. Viktor seperti biasa, dengan penampilannya yang maskulin membuat para wanita di sana tentu melirik dan menatapnya memuja. Hanya saja entah mengapa hati Shera tak bisa melihatnya.
"Hay..ladies.." Viktor tersenyum tampan, duduk diseberang kedua wanita yang membalas senyumnya.
"Tega sekali kalian tidak mengajak ku." Ucapnya sambil menyambar sebotol minuman alkohol.
"Ku pikir kau sibuk dengan para wanita mu." Ledek Joli yang di tertawakan Shera.
"Ck..kau selalu melihat ku dengan buruk Joli, sejak dulu hanya Shera yang ku anggap wanita ku." Ucapnya sambil menatap Shera dengan dalam.
Shera yang ditatap hanya mencebikkan bibirnya.
"Uhhh.. Manisnya, tapi tetap saja, lihat wanita mu ada di mana-mana." Joli melirik kearah beberapa wanita yang selalu menatap Viktor.
Viktor hanya membasahi bibirnya lalu kembali menenggak minumnya. Tidak perduli dengan tatapan lapar dan memuja para gadis. Baginya sejak bertemu dengan Shera dunianya tak lagi sama, ia menginginkan Shera.
Ketiganya menghabiskan waktu hingga larut, tidak ada yang mabuk karena memang mereka hanya ingin bersenang-senang. Shera pulang dengan Viktor yang mengantarnya setelah mendapat sedikit paksaan.
"Terima kasih Viktor." Ucap Shera yang sudah berdiri disisi mobil Viktor.
Viktor hanya tersenyum dan mengangguk, "Kalau pergi ke Bar, hubungi aku jangan pergi berdua saja. Meskipun kalian tidak melakukan apapun tapi banyak pria hidung belang yang menggunakan kesempatan." Jelas Viktor.
Kepala Shera mengangguk, "Lain kali kami akan memberi tahu mu."
Viktor yang berdiri didepan Shera mengangguk, tangannya terulur dan mengusap pucuk kepala Shera. "Istirahatlah, dan selamat malam."
Shera hanya mengangguk, tidak heran dengan perlakuan Viktor. "Kau juga, hati-hati di jalan." Setelah mengatakan itu Shera masuk ke rumah. Meninggalkan Viktor yang masih berdiri menatapnya.
***
"Daren, datanglah ke kafe xxx."
Daren menghela napas membaca pesan yang dikirim ibunya, pria itu memijit pelipisnya guna merasakan pusing dengan pengaturan ibunya yang tak kunjung berhenti.
"Tuan, nyonya besar-"
"Aku sudah tahu, biarkan saja."
Erik hanya mengangguk, dan meninggalkan bosnya kembali.
Daren masih berkutat dengan perkejaannya, sengaja ponselnya ia silent guna menghindari acara ibunya. Hingga satu jam kedepan, Daren justru di kagetan dengan kedatangan ibunya yang menatapnya tajam.
"Bu.." Daren menutup berkasnya, menatap ibunya yang tiba-tiba datang.
"Kamu lebih memilih pekerjaan mu di banding dengan ibumu."
Daren hanya menghela napas.
"Pantas saja Shera pergi dan tidak betah mempunyai suami yang menomor satukan tumpukan kertas." Ketusnya lagi dengan wajah kesal.
****
maap thor🤭🏃♀️🏃♀️🏃♀️